Ramadhan 2023

Apa Itu Imsak? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad, Begini Sejarah Imsak

Editor: Adiana Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Apa Itu Imsak/ Ilustrasi waktu imsak - Apa Itu Imsak? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad, begini Sejarah Imsak

POS-KUPANG.COM - Apa Itu Imsak? Istilah Imsak hanya ada pada Bulan Ramadhan dan waktu Imsak sering dianggap sebagai waktu dimulainya Puasa Ramadhan sehingga kebanyakan orang akan berhenti makan Sahur ketika tiba waktu Imsak. 

Lalu Apa Itu Imsak? Benarkah harus berhenti makan Sahur ketika waktu Imsak?

Berikut Penjelasan Ustadz Abdul Somad. 

Dikutip dari gramedia.com, bagi sebagian orang, Imsak merupakan waktu dimana dianggap sebagai salah satu penanda bahwa waktu Puasa Ramadhan sudah dimulai.

Baca juga: Doa Buka Puasa Ramadan dalam Bahasa Arab, Latin & Terjemaah Juga Hukum Makan Setelah Imsak

Imsak digunakan sebagai pengingat bahwa waktu Sahur telah berakhir.

Namun jika mengutip dari hadist-hadist, sesungguhnya masih ada banyak orang yang salah dalam memahami Imsak.

Sebab, Imsak dianggap sebagai penanda dimulainya waktu Puasa Ramadhan.

Pada kenyataannya, Imsak tidak ada di dalam ajaran Islam. Sehingga hal itu hanyalah sebuah istilah yang digunakan untuk membantu kita untuk mengingat bahwa seseorang masih bisa makan untuk beberapa menit lagi sebelum waktu Subuh tiba.

Sementara itu, Ustadz Abdul Somad menjelaskan Imsak tidak berperan sebagai lampu merah yang artinya tidak boleh makan atau minum sama sekali.

Baca juga: Sahkah Puasa Ramadhan Jika Suami Istri Belum Mandi Junub hingga Waktu Imsak? Ini Penjelasan Ulama

Ustadz Abdul Somad juga mengatakan bahwa di Negara-negara Timur Tengah, seperti halnya Maroko, disana tidak ada istilah Imsak.

Sehingga umat muslim Maroko akan berhenti makan dan minum Sahur tepat saat adzan subuh dikumandangkan.

Akan tetapi, waktu Imsak memang dianjurkan untuk dilakukan demi kebaikan umat muslim sendiri

Menurut Ustadz Abdul Somad, pada zaman Nabi istilah Imsak belum ada. Imsak baru muncul saat mazhab syafi’i.

Pada waktu itu, Imsak merupakan lampu kuning yang digunakan sebagai tanda bahwa seseorang harus bersiap untuk berhenti makan Sahur.

Akan tetapi, jika seseorang baru terbangun saat waktu Imsak, maka mereka masih bisa untuk makan dan minum Sahur hingga terdengar waktu adzan subuh.

Saat adzan subuh dikumandangkan, maka aktivitas makan dan juga minum juga harus dihentikan dan mulut harus sesegera mungkin untuk dibersihkan.

Hal tersebut untuk memastikan tidak ada lagi sisa makanan yang tersisa di mulut dan bisa membatalkan Puasa Ramadhan.

Sementara secara tuntunan nabawi, konsep dari Imsak sendiri dianggap sudah ada sejak zaman nabi, walaupun tidak disebutkan langsung atau memakai istilah khusus.

Al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad meriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit:

عن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال : تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسُّحُوْرِ ؟ قَالَ قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً

Sahabat Zaid bin Tsabit ra meriwayatkan, “dahulu kami bersahur bersama Nabi saw kemudian beberapa saat beliau shalat subuh”.

Anas bin Malik bertanya, “berapa jeda waktu antara adzan dengan sahur?”

“Kira-kira rentang waktu membaca 50 ayat”, jawab Zaid bin Tsabit.

Jeda waktu yang hampir sama dengan bacaan 50 ayat, antara makan sahur dan adzan subuh menjadi salah satu bukti bahwa imsak memang sudah ada tapi lebih dipahami secara praktis yaitu tentang adanya pemisahan jarak dari awal puasa yaitu pada waktu subuh dan makan sahur.

Masih Boleh Makan Saat Imsak

Adapun ketentuan yang menyatakan bahwa umat muslim masih diizinkan untuk makan atau minum sahur saat Imsak yaitu ada di beberapa dalil. Salah satu dalil yang membahas mengenai hal tersebut yaitu:

“Jika salah satu dari kamu mendengar adzan, sedangkan ia masih memegang piring (makanan) maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menyelesaikan makannya,” HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Hakim dan telah dishahihkan oleh Adz Dzahabi.

Selain itu, Imam Al-Mawardi juga menurutkan di dalam kitab Iqna’-nya, yaitu:

وزمان الصّيام من طُلُوع الْفجْر الثَّانِي إِلَى غرُوب الشَّمْس لَكِن عَلَيْهِ تَقْدِيم الامساك يَسِيرا قبل طُلُوع الْفجْر وَتَأْخِير (الْفطر) يَسِيرا بعد غرُوب الشَّمْس ليصير مُسْتَوْفيا لامساكمَا بَينهمَا

 “Waktu berpuasa adalah dari terbitnya fajar kedua sampai tenggelamnya matahari. Akan tetapi (akan lebih baik bila) orang yang berpuasa melakukan imsak (menghentikan makan dan minum) sedikit lebih awal sebelum terbitnya fajar dan menunda berbuka sejenak setelah tenggelamnya matahari agar ia menyempurnakan imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa) di antara keduanya.” (lihat Ali bin Muhammad Al-Mawardi, Al-Iqnaa’ [Teheran: Dar Ihsan, 1420 H] hal. 74).

Dengan begitu, sudah jelas bahwa orang-orang yang sedang sahur masih diperbolehkan makan dan minum sahur ketika waktu imsak tiba hingga masuki fajar dan juga adzan subuh.

Akan tetapi, memang alangkah lebih baik jika kita mengakhiri makan ataupun minum di waktu imsak.

Hal ini bertujuan supaya makan dan minum kita tidak dilakukan dengan terburu-buru dan segera melaksanakan ibadah sholat subuh dengan tenang.

Sejarah Imsak

Istilah Imsak berasal dari Bahasa Arab yang menurut Wassim Afifi memiliki arti sebagai puasa. Istilah imsak pertama kali dikenalkan di Mesir pada Bulan Ramadhan tahun 1262 H.

Sedangkan dalam kalender masehi terjadi di Bulan September 1846 M. Hal tersebut dimulai dari seni penulisan dan juga penerbitan modern yang ada di Mesir.

Sebelum masuk tahun 1798 M, Mesir tidak begitu menyadari bahwa perkembangan ilmiah sampai penduduk Perancis menjadi sebuah awal kemajuan pengetahuan mengenai tulisan modern.

Walaupun Al-Azhar pada saat itu diserbu saat kependudukan Perancis, tapi penduduk ini juga membuat Pusat Ilmu Pengetahuan di Mesir. Kemudian Perancis memulai pencetakan pertama yang berisi mengenai jadwal imsakiyah.

Jadwal imsakiyah dicetak pertama kali dicetak di media yang bernama Bulaq dan dikenal sebagai Imsakiyah Wali Al-Nu’man. Dimana jadwal tersebut dicetak di kertas yang berwarna kuning yang berukuran 27 cm 17 cm.

Pada waktu itu, jadwal imsakiyah berisi mengenai hari pertama Ramadhan yang jatuh di hari Senin dan Bulan Sabii bisa diamati dengan sangat jelas di Selatan selama 35 menit.

Di dalam media percetakan tersebut dicantumkan juga mengenai Muhammad Ali Pasha, yaitu seorang tokoh sejarah Utsmaniyah.

Jadwal imsakiyah juga berisi mengenai jam sholat dan juga puasa setiap hari menurut kalender Arab.

Lalu, jadwal tersebut dibagikan ke semua kantor pemerintahan dan menyebarkannya secara luas kepada setiap pegawai yang ada di perusahaan.

Selama tahun 1920 sampai tahun 1940, jadwal imsakiyah pada bulan Ramadhan lalu dicetak atau dipublikasikan untuk beberapa tujuan.

Awalnya, jadwal imsakiyah dipakai sebagai media iklan untuk dibagikan oleh percetakan Patung Renaisans Mesir yang pada saat itu masih menjadi milik Mahmoud Khalil Ibrahim, tepatnya di bulan Ramadhan tahun 1347 H atau sekitar Bulan Februari tahun 1929 M.

Bahkan di tahun tersebut, imsak juga sempat dicetak sebagai suatu pengumuman resmi dalam bentuk buku yang sangat rapi.

Lalu, pengusaha Yahudi yang bernama Daoud Adas menggunakan jadwal imsak sebagai salah satu bahan dekorasi di toko-tokonya pada saat Bulan Ramadhan.

Pada saat itu, media cetak yang memuat jadwal imsakiyah dihargai cukup mahal karena jadwal tersebut mencakup berbagai macam informasi yang berhubungan dengan puasa, Agama Islam, kebajikan, dan untuk mengiklankan suatu produk komersial.

Jadwal imsakiyah yang dicetak oleh Daoud Ada merupakan sebuah inspirasi mengenai informasi Ramadhan yang beraneka macam, tapi tetap mudah untuk dimengerti.

Kemudian pada tahun 1356 H atau sekitar tahun 1937 M, jadwal imsakiyah juga memuat mengenai informasi puasa, ayat-ayat AlQuran, doa, bacaan pagi dan sore, jadwal harian puasa, dan informasi mengenai zakat fitrah.

Pendistribusian jadwal imsakiyah tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lewat dan berlalu lalang.

Sejak saat itu, jadwal imsakiyah selalu mengalami perkembangan status dan menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting saat Bulan Ramadhan tiba, termasuk di Indonesia.

Sekarang ini, jadwal imsakiyah digunakan supaya umat muslim lebih berhati-hati lagi saat ingin mengonsumsi makanan ketika sahur mendekati waktu subuh.

Imsak Di Indonesia

Di Indonesia sendiri, waktu imsak biasanya akan ditandai dengan suara sirine atau lantunan ayat suci Al-Quran dan bunyi tertentu yang berasal dari masjid.

Dimana hal itu akan dilakukan sebelum waktu subuh tiba. Fenomena tersebut pada kenyataannya tidak bisa kita temui di negara manapun, selain di Indonesia.

Para ulama Indonesia sendiri menetapkan bahwa waktu imsak digunakan sebagai pengingat bahwa adzan subuh sudah dekat.

Alangkah lebih baik, umat muslim segara menggunakan waktu tersebut untuk membersihkan mulut, menggosok gigi, mandi, dan bersiap untuk segera melakukan sholat subuh.

Waktu imsak yang kerap kita baca di jadwal imsakiyah merupakan waktu yang dibuat oleh para ulama di Indonesia dengan menyesuaikan kaidah yang berlaku.

Itulah yang dianggap sebagai suatu kreativitas ulama Indonesia. Dimana hal itu menjadi sebuah bentuk perhatian dari para ulama.

Karena rasa sayang para ulama kepada umat muslim yang ada di Indonesia, maka mereka menetapkan waktu imsak untuk dijadikan sebagai patokan dalam memudahkan waktu puasa di Bulan Ramadhan.

Dalam situasi tersebut seorang muslim yang melakukan jadwal imsak lebih awal, misalnya 10 sampai 15 menit sebelum adzan subuh dikumandangkan merupakan salah satu bentuk tindakan pencegahan.

Akan tetapi, karena hal tersebut tidak wajib, maka siapapun diperbolehkan untuk mengikuti jadwal imsak atau mempunyai pilihannya sendiri dalam melakukan ibadah puasa Ramadhan.

Namun, pastinya apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan puasa yang sudah dijelaskan di dalam Al-Quran dan hadist.

Adapun ketentuan puasa yang menjadi salah satu rujukan utama untuk memulai puasa yaitu ada pada surat Al-Baqarah ayat 187, berikut adalah artinya:

“Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian perbedaan benang putih dari benang hitam yakni fajar” (Al-Baqarah: 187)

 Kata “fajar” yang ada di dalam surat di atas sebenarnya masih membingungkan atau ambigu dan samar. Tapi, melalui sebuah hadist dari HR. Ahmad & al-Hakim dari Abdullah bin Abbas, mengungkapkan bahwa fajar dapat diartikan menjadi dua, yaitu fajar palsu dan fajar asli.

Yang dimaksud dengan fajar palsu adalah masih diperbolehkan makan dan minum serta belum boleh sholat subuh. Itulah yang kita kenal sebagai imsak.

Sedangkan untuk fajar asli adalah sudah tidak diperbolehkan makan ataupun minum dan boleh melakukan sholat subuh.

Oleh karena itu, mengakhiri makan dan juga minum saat sahur sampai benar-benar sebelum masuk waktu subuh merupakan salah satu hal yang sebaiknya kita lakukan.

Karena bagaimanapun, diperlukan jeda waktu untuk mempersiapkan diri melakukan ibadah sholat subuh.

Biasanya, waktu imsak di negara Indonesia memiliki selisih waktu sekitar 10 hingga 15 menit.

Sedangkan di benua lain, mungkin saja jadwal imsak tidak dicantumkan secara tersurat.

Tapi umumnya mereka akan membagikan jadwal sholat selama Bulan Ramadhan dengan selisih waktu yang berbeda-beda.

Hal tersebut didasarkan pada sumber data dari astronomi tertentu yang ditujukan untuk dijadikan rujukan atau panduan bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah puasa pada waktu yang dianggap tepat.

Dengan begitu, jadwal imsak sangatlah berguna untuk meminimalisir adanya kebingungan yang muncul bila seseorang tengah menikmati hidangan sahur, tapi tidak tahu kapan waktu subuh akan tiba.

Oleh karena itu, imsak akan membuat ibadah puasa kita menjadi lebih aman dan teratur. Dengan begitu, kita akan lebih siap secara fisik dan mental dalam melakukan ibadah puasa. (*) 

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS

Berita Terkini