Iklim ekstrem juga akan memberikan dampak pada kesehatan, kematian, ketahanan pangan, pola migrasi, ekosistem alami dan kesejahteraan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional
Tindak Lanjut
Selama beberapa dekade terakhir, penelitian dan pemodelan telah menghasilkan kemajuan yang signifikan dalam memprediksi iklim, produk - produk prediksi iklim, yaitu produk prakiraan untuk sepuluh harian, beberapa bulan mendatang hingga musiman telah di kembangkan oleh BMKG Stasiun klimatologi Kelas II Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Peningkatan signifikan dalam pemahaman ilmiah tentang iklim dan produk -produk iklim merupakan hal yang sangat penting. Prediksi iklim yang handal, tepat waktu, tidaklah berarti tidak dapat ditindaklanjuti, untuk adaptasi dan mitigasi.
Penerapan prediksi iklim yang efektif juga bergantung pada pembentukan informasi iklim yang terintegrasi dengan tepat kepada pengguna.
Informasi iklim dapat disebarluaskan dengan cepat dan tepat sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Proses ini melibatkan kemitraan yang kuat di antara penyedia informasi seperti BMKG dan pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah, swasta dan akademisi, yang bertujuan untuk menafsirkan dan menerapkan informasi prediksi iklim untuk pengambilan keputusan, pembangunan berkelanjutan serta pengurangan risiko bencana.
Baca juga: Opini: Merawat Persaudaraan Sejati
Berkaca dari kejadian iklim ekstrim dan bencana 2022 maka setidaknya ada tiga hal sederhana yang perlu dipersiapkan masyarakat.
Pertama adalah jadikan iklim sebagai jendela untuk mengawali kegiatan atau rencana. Misalnya, perlu adanya kajian iklim khusus curah hujan dan kelembaban ketika pemerintah hendak membangun waduk atau bendungan.
Kedua jadikan iklim sebagai peringatan dini, misalnya ada informasi kekeringan di beberapa bulan akibat El Nino maka masalah kebutuhan air menjadi perhatian kita bersama.
Ketiga adalah jadikan iklim sebagai ciri khas suatu daerah. Misalnya ciri khas daerah di pesisir pantai selatan Pulau timor sangat rentan dengan banjir pada bulan Desember, Januari, Februari.
Atau ketika kita hendak berkunjung ke Kota Ruteng yang memiliki karakteristik suhu udara yang rendah maka kita harus sudah menyiapkan diri dalam menghadapi perubahan suhu tersebut.
Dalam menghadapi kebencanaan, mitigasi dan langkah antisipatif sangatlah penting, setidaknya kita bisa sedia payung sebelum hujan.
Langkah antisipatif yang sangat sederhana dan muda dipahami masyarakat dalam menghadapi bencana banjir atau longsor dengan memahami karakteristik lingkungan sekitar sebagai wilayah rawan bencana dan segera evakusi diri jika terjadi iklim ekstrem.
Sebagai contoh jika terjadi hujan lebih dari satu jam dan jarak pandang objek sekitar 30 meter tidak terlihat jelas, masyarakat di titik-titik rawan bencana harus segera mengevakuasi diri ke titik aman. (penulis adalah Climate Forcaster Pada Stasiun Klimatologi Kelas II Provinsi NTT)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS