POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Meneladani Cara Hidup Elia dan Yohanes Pembaptis.
RP. Markus Tulu menulis Renungan Harian Katolik ini dengan mengacu pada bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh 48: 1-4.9-11; dan bacaan Injil Matius 17:10-13.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Sabtu 10 Desember 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Semangat hidup benar, tegas dan saleh yang ditunjukkan oleh nabi Elia dan Yohanes Pembaptis sebenarnya tidak akan bisa terjadi, jikalau Tuhan sendiri tidak menyertai mereka.
Semangat Elia untuk membawa pulang kembali bangsa Israel ke jalan hidup yang benar dan kembali menyembah Allah ditemukan juga dalam diri Yohanes Pembaptis, dengan seruannya untuk bertobat.
Kritikan tajam yang menusuk rasa dan inti diri yang dilakukan oleh nabi Elia terhadap keluarga raja membuat dirinya dicari untuk dibinasakan.
Hal yang sama dilakukan Yohanes Pembaptis terhadap raja Herodes, ketika Herodes mengambil istri Filipus saudaranya menjadikan istrinya.
Kritikan tajam menusuk rasa dan menikam hati itulah yang membawa kepalanya dipenggal oleh Herodes.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Desember 2022, Hilangkan Cap Negatif kepada Sesama
Ketika kita rajin dan tekun setia membaca Kitab Suci, kita tentu tahu bahwa penampilan Elia dahulu kala tampaknya bagaikan api yang membakar hangus semua dosa dan kejahatan.
Dan perkataannya membakar laksana obor yang menerangi kembali jalan hidup yang setelah sekian lama tenggelam dalam kegelapan dosa.
Nabi Elia menuntun dan membawa pulang bangsa Israel kepada Allah dan menyembah Allah dalam kerendahan hati dan kebenaran.
Nabi Elia sanggup melakukan semuanya ini karena memang dari hakekatnya hidupnya senantiasa berada di hadirat Allah.
Kesalehannya inilah yang membuat nabi Elia itu sanggup mengadakan mukjizat di mana-mana.
Menariknya bahwa kemampuannya untuk melakukan mukjizat di mana-mana itu tidak sedikit pun mendorong dirinya menjadi sombong.
Tapi sebaliknya menggerakkan hatinya untuk semakin mengakui kebesaran Allah bahwa semuanya itu Allahlah yang mengadakannya. Bukan dirinya. Karena dirinya hanyalah alat yang dipakai Allah untuk semua yang telah terjadi itu.