Jadi saya tadi ke dia, kamu mau cerita apa adanya, dia bilang mau bang. Ya sudah saya kasih empat lembar kertas, tulislah bebas suka-suka kau. Tulislah apapun yang ada dipikirkan tulis termasuk pengalaman batin apa yang terjadi.
Pokoknya apa yang ngana lihat, dia bilang lagi iya bang kita juga mau tulis itu kan. Lantas saya kasih dia pulpen dan saya tinggal.
Saya setelkan dia lagu rohani lagi, saya tinggal. Itu cepat loh dua jam jadi empat lembar.
BAP kemudian keluar semua. Gatau itu Tuhan bekerja di pikiran dia sehingga data itu begitu jelas disampaikan. Ketika data itu jelas disampaikan dalam BAP itu belum justicia.
Tapi empat surat ini adalah yang dia buat tulisan tangan itu di cap jempol dia, tulisan tangan dia sitandanganan. atas bawah tanda tangan. itu kemudian diolah menjadi bagian dari penyidikan.
Itu bisa bagian dari penyidikan?
Barang bukti, bisa barang bukti tapi kan itu bukan pro justitia karena kan tulisan tangan. Konversi ke BAP dalam BAP dalam penulisan ulang.
Artinya curahan hati itu jadi barang bukti?
Iya barang bukti tapi diulang untuk dimasukkan ke dalam BAP dan minta mendampingi, yang mendampingi saya dan rekan pengacara Muhammad Burhanuddin.
Kita menyimak setiap perkataan-perkataan. Nah kita rekam dengan baik oke sudah dapat posisinya, oke tandatangan semua sepakat, kami sebagai yang mengetahui.
Lalu apa yang disampaikan Bharada E di rumah dinas komandannya?
Tidak ada tembak-menembak yang ada tembak tembak. Dor dor dor dor bisa lebih dari dua. (tribun network/reynas abdila)