Dari sini kita disadarkan bahwa orang perlu membiarkan diri untuk ditanam seperti gandum di dalam tanah, menanggalkan kepentingan diri dan mau menjadi pribadi yang menghasilkan buah.
Menanggalkan kepentingan diri berarti mau untuk berkorban, mau untuk berbagi kehidupan.
Pada titik ini, kasih yang sesungguhnya nampak.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 9 Agustus 2022, Jangan Menganggap Rendah Seorang dari Anak-anak Ini
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Sebagai orang beriman, kita tidak boleh mencintai diri sendiri dan keluarga, tetapi juga mencintai orang lain di sekitar kita. Cinta itu mendorong kita untuk berani berkorban dan melayani sesama.
Berkorban bagi sesama berarti berkorban untuk Tuhan yang hadir di dalam diri mereka.
Santo Laurensius telah meneladani Yesus dan rela ditanam, tapi dia menghasilkan buah berlimpah yakni sukacita iman yang mendalam.
Bagaimana sikap kita terhadap sesama?
Mari kita teladani Santo Laurensius yang siap melayani sesama dan Tuhan dalam keseharian hidupnya.
Kontemplasi
Pejamkan matamu. Bayangkanlah dirimu ada di hadapan Tuhan Yesus. Ia mengarahkanmu tentang salib derita hidup ini, bahwa biji gandum harus mati
untuk menghasilkan buah. Sanggupkan Anda untuk smenjalaninya?
Doa
Ya Tuhan, berilah aku kekuatan agar mampu dan rela mengorbankan hidupku demi orang lain, terlebih orang-orang yang saya jumpai dan layani setiap hari. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Rabu. Salam sehat selalu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh
Kudus. Amin. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Rabu 10 Agustus 2022