Halim menyebut, 11 warga ini berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Mereka adalah LMT (21) dan EST (18), warga Kabupaten Malaka, NTT. Lalu, SF (19), S (18), A (25), SAS (26), MH (28), dan CA (19), yang merupakan warga Medan, Sumatera Utara. Kemudian R (32) dari Cikarang, S (41) dari Padang, dan TAT (38) asal Bandar Lampung.
Menurut Halim, LMT dan EST dideportasi karena masuk ke Timor Leste lewat jalur ilegal di sekitar PLBN Motaain.
Kedua WNI itu tak membawa kartu identitas lainnya. Sedangkan sembilan warga yang lain, melintas menggunakan paspor kebangsaan Indonesia serta menggunakan izin tinggal kunjungan.
Namun, saat berada di Timor Leste, mereka malah bekerja dan tidak mengurus visa kerja.
"Sembilan orang ini dicekal oleh pihak Imigrasi Timor Leste selama kurang lebih dua tahun," kata Halim.
Saat ini, 11 warga Indonesia ini telah kembali ke kampung halamannya masing-masing.
”Sembilan orang ini masih diselidiki, jangan-jangan ada yang sengaja memasukkan mereka ke sana untuk bekerja,” ujar Halim.
Bakti sosial
Dalam sosialisasi itu, Ismoyo bersama perwakilan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi NTT menggelar bakti sosial. Mereka menyerahkan bantuan berupa sarana untuk mendukung kegiatan ibadah, seperti wireless dan kursi plastik, serta paket makanan sehat bagi warga Desa Hamusu C.
Baca juga: Ramos Horta: Saya ke Indonesia untuk Perkuat Hubungan
Acara itu dihadiri perwakilan pemerintah kabupaten setempat, tokoh agama, dan warga. Acara dilangsungkan di dalam aula Paroki Santo Fransiskus Xaverius Wini. Selanjutnya, pada Senin (25/7/2022) akan dilanjutkan dengan program pembuatan paspor dan pas lintas batas di perkampungan itu.
Alfons Lois Kolo (36), warga setempat, mengatakan, pas lintas batas sangat berguna bagi mereka. Selama ini, banyak warga melintas secara ilegal lantaran belum mengetahui kemudahan tersebut. Kendati gratis, mereka pun berharap agar proses pengurusan pas dimudahkan.
”Paling penting dari semua itu adalah kami senang dengan pembangunan di perbatasan. Presiden Joko Widodo sangat memperhatikan perbatasan. Kami sangat berterima kasih. Kami bangga jadi warga perbatasan,” kata guru Matematika itu.
Sumber: kompas.id/kompas.com
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS