Sebaliknya, sikap acuh tak acuh, masa bodoh dan tak peduli nuncul justru karena egoisme. Tindakan orang Samaria itu melebihi hukum kasih kristiani yang dihafal luar kepala.
Korban yang dirampok dan dianiaya bukan lagi orang asing bagi orang Samaria. Bukan juga musuh bangsa Yahudi, tapi sahabat dan saudaranya yang harus segera ditolong.
Ini yang menjadi gerakan hati untuk peduli dan menjadi pelayan P3K. Sebuah tindakan yang bertolak belakang dengan sikap imam yang mengabaikan penderita.
Juga orang Lewi yang mencari posisi aman di TKP, tapi mata dan hati mereka rapat tertutup.
Kasih yang melebihi perbuatan sejatinya mengurangi penderitaan. Karena orang melihat Tuhan yang ada dalam diri sesama.
Kisah orang Samaria yang baik hati adalah kilas balik buat kita di zaman milenial ini. Sebab rasa peduli semakin pudar dalam diri generasi biarpun mereka tahu banyak masalah di media, tapi tak punya kepekaan dan kepedulian.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 10 Juli 2022, Orang Samaria yang Baik Hati
Ada soal penderitaan dan kelaparan, lingkungan rusak dan bencana alam, sampah perkotaan yang meresahkan.
Jika kita peduli, berhenti sejenak dan berlaku murah hati maka di situlah kita menjadi sama seperti orang Samaria yang murah hati.
Ia memperlakukan sesama seperti dirinya sendiri. Sudahkah kita berlaku menjadi sesama bagi orang di sekitar kita yang sakit, menderita, lanjut usia dan ketiadaan?
Salam sehat di hari Minggu buat segenap keluarga. Tetap taat menjalankan Prokes.
Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu. Amin.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 10 Juli 2022
Bacaan Pertama: Ulangan 30:10-14
Hendaklah engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu
Pembacaan dari Kitab Ulangan: