Terumbu Karang Timor Leste Paling Beragam di Dunia. Mengapa Mereka Bertahan dari Perubahan Iklim?
POS-KUPANG.COM, DILI - Luis Melky Here-Huno — atau Melky begitu ia dikenal di sekitar sini — adalah instruktur selam berkualifikasi pertama di Timor Leste.
Kami bertemu di Dili, di mana Melky mengajari lebih dari 40 anak Timor Leste cara berenang dan memperkenalkan mereka pada teori menyelam, sebelum membawa mereka pada penyelaman pertama mereka.
Bagi sebagian besar anak-anak ini, pelajaran Melky adalah pengenalan mereka terhadap terumbu karang Timor Leste yang menakjubkan, yang diakui sebagai yang paling beraneka ragam di dunia.
"Saya ingin terus mengajar orang Timor Leste untuk menyelam dan membantu mereka memahami apa yang ada di bawah laut kita sehingga kita orang Timor dapat belajar untuk merawat terumbu karang kita," katanya.
Semua orang berbicara tentang perubahan iklim
Republik Demokratik Timor Leste adalah salah satu negara termuda di dunia, memperoleh kemerdekaannya dan secara resmi mengubah namanya pada tahun 2002, setelah perang brutal dengan Indonesia.
Sejak awal, negara kecil ini telah berusaha memproyeksikan dirinya sebagai alternatif ekowisata selain pulau Bali di Indonesia, 2.000 kilometer barat.
Tetapi ketika Timor Leste dibuka kembali ke dunia pasca-COVID, tantangan utama tetap ada: bagaimana lingkungan alamnya yang murni dapat dipertahankan sambil membangun mata pencaharian yang berkelanjutan bagi penduduk setempat seperti Melky?
"Semua orang membicarakan perubahan iklim di sini — orang-orang khawatir tentang masa depan terumbu karang," kata Melky. "Saya tahu apa yang ada di dalam lautan di sini sekarang - dan jika terumbu karang mati, kita tidak akan memiliki industri."
Dari pemulung hingga pelindung terumbu karang
Melky, 30, dibesarkan di Dili dekat dengan laut, dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di pantai.
Dia tidak pernah bermimpi suatu hari dia akan mencari nafkah sebagai guru selam, tetapi dia baru-baru ini memenangkan penghargaan juara pariwisata untuk usahanya.
Dia baru berusia 10 tahun ketika perang berakhir dan memiliki ingatan yang jelas tentang meringkuk di pelabuhan di Dili, menunggu pasukan penjaga perdamaian PBB tiba untuk memberikan perlindungan dari pasukan pendudukan Indonesia.
"Begitu banyak orang yang meninggal, tetapi bagi orang-orang muda saat itu kami merasa sangat bahagia," katanya. "Timor-Leste sangat kecil tapi setidaknya kita merdeka."