Perhatian khusus gereja pada ekologi bukan baru kali ini. Dalam dasawarsa terakhir, pewartaan gereja selalu menyentuh aspek ekologi. Panggilan memelihara dan menjaga lingkungan selalu menjadi topik katekese umat.
Pada tataran gereja universal, Sri Paus juga berulang kali menyerukan keprihatinannya atas kondisi bumi. Dalam ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus membeberkan kenyataan-kenyataan yang menunjukkan kondisi lingkungan kita yang tercemar oleh berbagai polusi, pembuangan jutaan ton limbah yang secara biologis tidak dapat diurai (bdk. Bahan Katekese Umat Keuskupan Agung Kupang).
Dalam keprihatinan yang sama, Gereja Katolik Indonesia memandang penting dan urgen untuk sekali lagi pada masa puasa ini menggerakkan umat melaksanakan katekese dengan tema, “Memulihkan Kehidupan (Bumi Sehat-Manusia Sejahtera).
Tema umum ini kemudian dijabarkan dalam empat subtema, yakni (1) Menjaga Kebersihan Lingkungan, (2) Membangun Ketahanan Pangan dan Gizi, (3) Mewujudkan Ekologi Berkelanjutan, dan (4) Menggerakkan Solidaritas yang Dinamis.
Keempat subtema ini didalami selama empat pertemuan katekese.
Memungut Sampah: Pertaruhan Harga Diri
Hari Selasa dan Kamis adalah waktu yang disiapkan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Klas II Kupang untuk kegiatan Penyuluhan Agama (PA) Katolik.
Biasanya kegiatan ini difasilitasi oleh para Penyuluh Agama Katolik, baik yang fungsional (PNS) maupun yang non-PNS.
Sementara pada hari Minggu, pihak Lapas juga menyediakan waktu bagi imam untuk merayakan Ekaristi bersama warga binaan.
Dengan peluang yang diberikan Lapas Perempuan, pada hari Kamis, 10 Maret 2022, penulis dan seorang teman Penyuluh Agama Katolik non-PNS melaksanakan tugas PA.
Sewaktu persiapan PA, kami berdiskusi tentang kondisi kebersihan di lingkungan Lapas Perempuan Kupang. Kami menyadari bahwa setiap hari selalu ada warga binaan yang bertugas membersihkan lingkungan tersebut.
Artinya kebersihan lingkungan bukan lagi menjadi persoalan utama. Maka fokus pertanyaan pendalaman situasi bukan lagi tentang bagaimana penanganan kebersihan, melainkan perihal disposisi batin dalam memungut sampah.
Pertanyaan ini betul memantik reaksi peserta katekese. Warga binaan Katolik yang berjumlah 21 orang lama terdiam.
Namun kemudian seorang ibu memberanikan diri membagi pengalaman hidupnya.
Dia sudah beberapa kali bertugas memungut sampah dari yang paling jorok sampai dengan yang “biasa-biasa” saja. Semua itu dilakukan dengan tangan.