Penerimaan itu kemudian dikembalikan ke umat Tahiti dalam bentuk pengabdian dan pelayanan. Dalam wawancara itu beberapa kali Pater Ferry begitu merendah dengan ungkapan bahasa daerah yang sangat mendalam:
“Do ter ate kerumek, meigehe debe le ke te tule har-hare no orehe wujei” (Kita ini orang sangat sederhana, kecil karena itu hanya bisa buat baik dan tulus”.
Harus Sekolah
Berbicara tentang sekolah, pater Ferry yang sejak beberapa tahun terakhir dipercayakan menjadi regional (setingkat provincial kongregasi) untuk para misionaris SS.CC di Polinesia Perancis mengungkapkan bahwa pendidikan sangat penting.
Sebagai anak dari kampung yang bisa bermisi di luar negeri dan mendapatkan kepercayaan sebagai pimpinan, ia sangat sadari pentingnya pendidikan. Karena itu kepada siapapun yang berkehendak baik, ia selalu berusaha untuk mengembangkan pendidikan.
“Saya sangat mendukung kalau ada anak-anak yang mau sekolah. Kalau mereka sungguh-sungguh dan menunjukkan prestasinya, maka jalan akan selalu terbuka. Lebih lagi kalau orang senang bertanya, ia akan mendapatkan jalan," katanya.
Pastor yang pernah belajar di Universitas Parahyangan Bandung berucap, “minimal kita terus berusaha tanap kenal lelah dan orang lain akan melihat kesungguhan kita akan membantu."
Hal seperti ini yang ia sampaikan kepada siswa-siswi SMA SKO SMARD. Melalui WA group dan pemberitaan di medsos, Pater Ferry melihat kerja keras anak-anak untuk berprestasi di tengah kesederhanaan. Baginya, kesederhanaan itu bisa jadi tantangan sekaligus peluang.
Ia pun berharap bahwa para guru terus bersemangat membawa anak-anak mencapai prestasi. Juga berharap agar nilai-nilai 5K dalam Koker (Kejujuran, Komitmen, Kepedulian, Kontribusi dan Kolaborasi) yang menjadi pijakan nilai Yayasan Koker, terus dihidupi, demikian tuturnya sambil meminta maaf karena wawancara harus diputus berhubung ada pertemuan para provincial /regional SS.CC seluruh dunia, sambil dari ujung telepon hanya bisa berucap Merci beaucoup (terima kasih).(*)