Renungan Harian Katolik, Selasa 8 Februari 2022: Bangsa Ini Memuliakan Aku dengan Bibirnya, Tapi Hatinya Jauh Daripada-Ku (1Raj 8: 22-23, 27-30; Mk 7: 1-13)
Oleh: RD. Ambros Ladjar
POS-KUPANG.COM - Penerapan prokes di masa pandemi yang sudah masuk tahun kedua ini membuat orang semakin taat.
Biarpun pada kenyataan belum semua orang menyadari pencegahan Covid dengan pola penerapan 5M.
Dengan semakin banyak korban yang berjatuhan sebelumnya, maka mata orang mulai terbuka lebar.
Ada perilaku baru yang positif yakni orang mulai rajin mencuci tangan. Masuk keluar rumah orang wajib pakai masker dan handsanitizer.
Hal ini terkait erat dengan tuntutan kesehatan, bukan karena adat istiadat orang Yahudi.
Perjalanan jauh melelahkan Yesus dan para murid bisa dimengerti kalau sampai lapar. Mereka langsung makan tanpa peduli lagi aturan, hukum Yahudi untuk cuci tangan.
Sesuai adat-istiadat Yahudi, tindakan orang seperti itu dianggap najis. Sama halnya kalau baru pulang pasar langsung makan tanpa mandi berarti najis.
Atas praktek demikian, maka orang ajukan pertanyaan kepada Yesus. Mengapa para murid-Mu makan dengan tangan najis?
Mereka itu hidup tak sesuai adat nenek moyang kita.
Dengan kesal Yesus jawab, bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, tapi hatinya jauh dari pada-Ku.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 7 Februari 2022: Menjumpai, Mengimani dan Mengamini
Yesus ingatkan kaum Farisi akan bahaya kemunafikan, terlebih terkait dengan ketaatan palsu.
Kenyataan dalam praktek penerapan, orang hanya tekankan hal lahiriah tapi yang rohani mereka abaikan.
Dengan penghayatan yang dangkal, maka tak ada keseimbangan hidup.
Di zaman sekarang ini, tanpa sadar sering kali perilaku hidup kita bertolak belakang. Kita pertontonkan gaya hidup elite dan hebat tapi bagian di dalamnya keropos.
Bersama orang Farisi, Yesus menuntut semangat pertobatan yang serius dari kita agar kita tak lupa asal usul.
Bagaimana pemahaman dan penghayatan hidup kita?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 4 Februari 2022: Pengambilan Keputusan, Berdiri di Atas Nama Kebaikan?
Salam sehat di hari Selasa buat semuanya. Tetap taat menjalankan Prokes.
Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu. Amin.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 8 Februari 2022:
Bacaan Pertama: 1 Raja-Raja 8:22-23.27-30
"Engkau telah bersabda, "Nama-Ku akan tinggal di sana." Dengarkanlah permohonan umat-Mu Israel."
Pada hari pentahbisan rumah Allah, Raja Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel.
Ia menadahkan tangannya ke langit, lalu berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas, dan di bumi di bawah.
Engkau memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu.
Benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, apalagi rumah yang kudirikan ini!
Karena itu berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!
Kiranya siang malam mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, terhadap tempat yang tentangnya Kaukatakan: ‘Nama-Ku akan tinggal di sana’.
Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.
Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel, yang mereka panjatkan di tempat ini; dengarkanlah dari tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau mendengarnya maka Engkau akan mengampuni.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 84:3.4.5.10.11
Refrein: Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Lihatlah kami, ya Allah, perisai kami, pandanglah wajah orang yang Kauurapi.
4. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.
Bait Pengantar Injil: Mzm 119:36a.29b
Refrein: Alleluya
Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku.
Bacaan Injil: Markus 7:1-13
"Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang.
Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga.
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.”
Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.
Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu.
Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya