POS-KUPANG.COM- Negara kecil Timor Leste yang belum lama melepaskan diri dari Indonesia selalu menjadi topik pembahasan dan sorotan.
Ada yang meragukan negara itu bisa bertahan.
Bahkan ada yang berani memprediksi 10 tahun lagi negara itu sudah mati. Masa sih?
Ya, setelah 21 tahun terpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ternyata tidak juga membuat negara Timor Leste makmur, bahkan Xanana Gusmao memprediksi dalam 10 tahun mendatang Bumi Lorosae akan jadi negara mati.
Baca juga: Dansatgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur : 68 Patok Batas Wilayah Indonesia-Timor Leste Hilang
Negara kecil di Pulau Timor itu masih terbelenggu dengan kemiskinan, pengangguran dan korupsi.
Padahal, cita-cita suci rakyat Timor Leste yang ngotot ingin merdeka dari Indonesia adalah mengatur diri sendiri dengan kekayaan yang melimpah agar sejahtera.
Lembaga pembangunan PBB, UNDP pun menyebut negara kecil itu berada di urutan 152 dari 162 negara termiskin di dunia.
Hal ini merupakan kabar mengejutkan bagi rakyat Timor Leste, sebuah negara yang telah memisahkan diri dari Indonesia.
Baca juga: Tak Banyak Diketahui, Bentang Alam Timor Leste Menyajikan Keindahan Alam Liar, Ada Makhluk Langka
Mantan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao membeberkan permasalahan pokok negara itu.
Ia pesimistis rakyat Timor Leste akan keluar dari zona krisis kemiskinan.
Xanana Gusmao mengungkapkan bahwa Timor Leste memiliki dana abadi dengan nominal ratusan triliunan rupiah.
Dana itu, Gusmao mengatakan, sekarang tersimpan di Bank New York, Amerika Serikat.
Baca juga: Ternyata Ini Rahasia Timor Leste Berhasil Rebut Ladang Minyak dari Australia, Sosok Ini Jadi Kuncian
Namun, dia mengatakan bahwa meski dana ratusan triliun rupiah itu cair, 10 tahun mendatang Timor Leste akan menjadi negara yang mati.
Diwartakan The Oekusi Post, laporan trimestral dari Banco Central Timor Leste (BCTL), baru-baru ini mengumumkan bahwa, jumlah dana perminyakan Timor Leste yang tersimpan di Bank New York sebesar 18,4 miliar dolar AS (Rp 273 triliun – kurs Rp 14.840).
Mulai 2021, Pemerintah Timor Leste akan menggunakan uang simpanan itu sebagai kebutuhan belanja negaranya sebesar 1,4 miliar dolar AS atau Rp 20,77 triliun.
Sehubungan dengan hal itu, banyak orang yang mulai berpikir dan prihatin terhadap keberlanjutan kondisi keuangan Timor Leste.
Baca juga: Lepas dari Indonesia, Bukan Portugal, Ternyata Negara Ini Jadi Mitra Besar untuk Timor Leste
Sebuah seminar digelar di negara itu untuk mendiskusikan segala prioritas anggaran nasional Timor Leste.
Dalam acara itu, mantan PM dan juga pejabat kharismatik Timor Leste, Xanana Gusmao percaya bahwa negaranya memiliki uang yang disimpan di Bank New York.
Gusmao juga sangat percaya bahwa Rancangan Anggaran Negara akan lolos di tingkat parlemen, karena memiliki suara mayoritas.
“Anggaran bisa saja lolos, tetapi prosedurnya yang bermasalah,” katanya.
Baca juga: Orang yang Masuk Dili Timor Leste dengan Vaksinasi Lengkap Tak Perlu Karantina Lagi
Ia menambahkan, dana perminyakan masih ada.
Tetapi menurutnya, jika pemerintahan Taur Matan Ruak memimpin hingga 10 tahun lagi, semua orang akan mati.
Anak kecil di Timor Leste terlihat kelaparan dan kurang gizi.
Dia mengambil contoh, untuk membayar hotel yang digunakan untuk karantina, bayar catering, juga tidak tahu bagaimana cara kelola uang.
Baca juga: Beredar Kabar Warga Timor Leste Menyesal Pilih Referendum 1999, Kini Susah di Indonesia, Benarkah?
Pemerintahan itu juga tutup mata dalam menganggarkan untuk proyek yang bersifat emergensi, seperti pandemi Covid-19.
“Ini artinya selama 10 tahun mereka tetap memimpin, lebih baik kita lari saja entah ke mana."
"Kalau 10 tahun mereka memimpin, kotamadya jangan disebutkan,” katanya.
Gusmao menyebutkan, hampir dua tahun lebih pemerintahan yang dipimpin PM Taur Matan Ruak tidak memiliki anggaran negara, hingga saat ini.
Baca juga: Mitra Australia dan Indo-Pasifik Mengakhiri Latihan Multilateral di Timor Leste
Sementara itu, PM Taur Matan Ruak mengatakan Timor Leste yang dilanda bencana alam pada 13 Maret 2020 dan 22 Mei 2020 dan merusak rumah warga dan fasilitas publik yang mengalami kerugian mencapai 50 juta dolar AS (Rp 742 miliar).
“Timbul Covid-19 yang bukan hanya memberikan pengaruh terhadap layanan kesehatan, tetapi memicu dampak ekonomi dan sosial,” ujarnya.