POS KUPANG.COM -- Aliansi militer baru tiga negara Australia , Inggris dan Amerika telah menyebabkan kerisauan di negara-negara Asia Tenggara dan Pasfifik
China bahkan terang-terangan menentang aliansi itu bahkan mengancam akan menggunakan senjara nuklir bila perang benar-benar berkecamuk
Aliansi AUKUS yang terdiri dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia itu telah menyetujui kesepakatan kapal selam nuklir baru.
Tujuannya guna menanggapi agresi China di Indo-Pasifik.
Ketika aliansi baru terbentuk di Pasifik melawan China, seorang diplomat senior China angkat bicara.
Baca juga: Apakah Kesepakatan AUKUS Mengarah ke Perang di Laut China Selatan?
Sha Zukang, mantan duta besar untuk PBB, mengatakan kepada China Arms Control and Disarmament Association bahwa China harus memeriksa kembali dan menyempurnakan pendekatannya terhadap senjata nuklir.
Sha mengatakan kebijakan untuk tidak menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir harus dibatalkan.
Alasannya karena AS membangun aliansi militer baru dan karena meningkatkan kehadiran militernya di lingkungan China.
Baca juga: Bagaimana Australia Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Prancis Setelah Sengketa Kapal Selam AUKUS?
Kini negosiasi antara China-AS yang setuju bahwa tidak ada pihak yang akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu sudah tidak cocok lagi.
“Untuk beberapa waktu di masa depan, AS akan melihat China sebagai pesaing utamanya dan bahkan musuhnya," kata Sha seperti dilansir dari express.co.uk pada Sabtu (25/9/2021).
Sejak 1968, Beijing telah mengadopsi kebijakan di mana ia hanya akan menggunakan senjata nuklir sebagai pembalasan.
Laporan Barat menunjukkan China, negara kelima yang mengembangkan persenjataan nuklir, memiliki persenjataan antara 250 hingga 350 rudal.
Hu Xijin, editor outlet yang dikelola negara Global Times, mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat harus memperbesar persenjataannya menjadi 1.000 hulu ledak.
Baca juga: Australia Beli 8 Kapal Selam Nuklir , Pemerintah Indonesia Beri Peringatan Krim 5 Pernyataan Sikap
“Kita perlu memiliki persenjataan senjata nuklir yang lebih besar untuk mengekang ambisi strategis AS dan dorongannya terhadap China," kata Hu Xijin.
“Anda tidak memohon untuk hidup berdampingan secara damai antar negara, tetapi Anda membutuhkan alat strategis untuk membentuknya.”