Berita Nasional

PON XX Papua Steril dari Mahkota Burung Cenderawasih, Ini Kata Pegiat Lingkungan ke PB PON

Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PON XX PAPUA 2021 - Penggiat lingkungan dan konservasi Abdel Gamel Naser, meminta PB agar mensterilkan penggunaan Mahkota Cenderawasih asli saat PON XX Papua berlangsung, Selasa (7/9/2021).

POS KUPANG.COM -- Pemerhati lingkungan hidup dan konservasi di Kota Jayapura, meminta Panitia Besar (PB) PON agar meniadakan penggunaan bagian tertentu dari Burung Cenderawasih, sebagai mahkota ataupun aksesoris.

Hal itu disampaikan pemerhati lingkungan dan konservasi Abdel Gamel Naser, melalui telewicara kepada Tribun-Papua.com, Selasa (7/9/2021).

"Saya bersama teman-teman pengiat lingkungan di Jayapura dan daerah lainnya, berharap agar pada seremoni PON, mahkota Cenderawasih tidak dimunculkan,"katanya.

Gamel bersama rekan-rekan sesama pemerhati satwa endemik dan konservasi, meminta PB PON agar mensterilkan, semua aktivitas seremoni ataupun penyambutan tamu dengan mahkota asli Burung Cenderawasih.

Sebab menurutnya, dalam konteks adat kesukuan di Papua, mahkota asli Burung Cemderawasih hanya dapat digunakan oleh kepala suku atau ondoafi.

Baca juga: Fasilitas Kesehatan untuk PON XX Klaster Kota Jayapura Siap Digunakan

"Untuk itu, kekhasan dan kehormatan serta nilai-nilai adat yang melekat pada mahkota Burung Cenderawasih harus diperhatikan,"ujarnya.

Pendiri Komunitas Rumah Bakau Jayapura itu menyebutkan, secara regulasi, penggunaan Burung Cenderawasih sebagai mahkota ataupun aksesoris tentu dilarang.

"Hal itu sesuai Undang-undang No 5 tahun 1990 dan Surat Edaran Gubernur Papua 2017 lalu,"katanya.

Secara status, Gamel memaparkan Burung Cenderawasih, termasuk dalam Apendix II dengan status terancam punah.

"Akan menjadi aneh jika Undang-undang sudah berbicara soal status terancam punah, namun kita masih mempertontonkan sesuatu yang salah,"ujarnya.

Baca juga: Ambassador Budaya PON XX Papua Dipersiapkan Sambut Tamu Program Wisata Gratis

Apabila dibiarkan untuk digunakan dalam seremoni penyambutan tamu atau aktivitas lainnya, maka hal ini menurut Gamel merupakan suatu kampanye yang keliru.

"Kalau ditampilkan dalam kegiatan ataupun seremoni resmi, tentu orang akan melihat berarti dibolehkan,"ujarnya.

Gamel juga menambahkan, secara tatanan adat, pihaknya sudah intens bertemu dengan para Ondoafi atau kepala adat dan telah diakui mahkota tersebut, hanya diperuntukkan oleh raja atau kepala suku.

"Mahkota raja hanya untuk raja, tidak untuk sembarang orang,"katanya.

Gamel yang juga berprofesi sebagai seorang jurnalis itu, menyoroti soal kekhasan nilai yang terkandung pada mahkota Burung Cenderawasih dapat hilang apabila dipakai oleh semua orang.

Halaman
12

Berita Terkini