Timor Leste

Figur Ini Dibenci Timor Leste & PBB Tetapi Disanjung Publik Indonesia, Begini Kata Prabowo Subianto

Editor: Frans Krowin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eurico Gutteres, milisi Timor Leste, dibenci PBB namun disanjung Indonesia.

POS-KUPANG.COM – Sampai kapan pun kisah tentang Timor Leste menjadi negara merdeka sulit dilupakan Indonesia.

Pasalnya selama puluhan tahun lamanya negara itu merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bahkan negara yang dulunya disebut sebagai Timor Timur itu memiliki kesamaan budaya dengan Indonesia, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kisah itu kini tinggal cerita tentang Timor Leste di masa lalu. Sebab saat ini Timor Leste telah berubah menjadi sebuah negara merdeka di dunia.

Namun terlepas dari fakta sejarah itu, ada satu hal yang sampai sekarang sulit dilupakan.

Hal itu, adalah momen dimana tak sedikit orang Timor Timur tetap menyatakan berpihak pada Indonesia sementara dunia mendukung Timor Leste pisah dari NKRI.

Dan, sosok orang Timor Leste yang sangat berani melawan PBB demi satupadunya Indonesia, adalah Eurico Gutteres.

Sosok ini sangat terkenal dan dikenal oleh semua elemen masyarakat karena keberaniannya melawan PBB.

Baca juga: Belasan Tahun Merdeka, Ratusan Anak Muda Timor Leste Ini Justru Nekat Masuk ke Indonesia, Mengapa? 

Bahkan Eurico Gutteres tak segan-segan membakar dan membunuh sejumlah utusan PBB yang ada di wilayah Indonesia.

Dalam sikapnya itu Eurico Guterres pun dielu-elukan oleh warga Timor Timur yang pro Indonesia.

Eurico Gutteres merupakan milisi pejuang yang sangat menentang kemerdekaan Timor Leste.

Kendati sosoknya tak setenar Xanana Gusmao, tapi di mata warga pro Indonesia, Eurico Gutteres merupakan sosok yang punya andil besar membela Indonesia.

Walau demikian, pandangan berbeda justru dari PBB. PBB menyebutkan bahwa Eurico Gutteres merupakan sosok yang berbahaya.

Dilansir Irish Times yang dikutip dari Intisari Online, Eurico Guterres menentang pemungutan suara kemerdekaan di Timor Leste pada tahun 1999.

Kemudian dia juga membunuh tiga pekerja bantuan dalam serangan massa di kantor komisaris tinggi PBB untuk pengungsian (UNHCR) di kota Atambua, perbatasan Timor Barat.

Pembunuhan tersebut memicu kecaman internasional terhadap Indonesia.

Baca juga: Timor Leste Diacungi Jempol, Mampu Hadapi Covid-19 dengan Korban Paling Minim di Dunia, Indonesia?

Amerika Serikat dan Bank Dunia memeringatkan bahwa bantuan vital bisa terancam jika milisi Timor Leste tidak dikendalikan.

Alhasil, Eurico Guterres harus ditangkap dan diserahkan ke PBB untuk diadili.

"Eurico Guterres ditangkap setelah ada cukup bukti baginya untuk menjadi tersangka perusakan dan pembakaran kantor UNHCR di Atambua," kata Senior polisi Supt Saleh Saaf.

Dia tidak mengatakan apakah Eurico Guterres juga tersangka dalam pembunuhan PBB, tetapi menambahkan bahwa dia bisa menghadapi lebih dari lima tahun penjara karena penghasutan.

Eurico Guterres dicurigai terlibat dalam serangan terhadap rumah seorang tokoh pro-kemerdekaan Timor Leste, Manuel Carrascalao, pada bulan April 1999 di mana beberapa orang terbunuh.

Milisi melakukan kerusuhan setelah pemungutan suara di Timor Timur pada tanggal 30 Agustus 1999, menewaskan ratusan orang.

Jakarta telah menetapkan tiga jenderal di antara sekitar dua lusin tersangka dalam penyelidikan Timor Timur.

Meski pernah jadi buronan internasional dan sempat ditangkap PBB, Eurico Guterres pernah mendapat penghargaan oleh Indonesia.

Baca juga: Ingin Jadi Presiden Timor Leste, Mantan Pastor Gusmao Bakal Berhadapan dengan Pesaing Perempuan

Melansir CNN, Tahun 2020, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menyerahkan sertifikat penghargaan berupa medali dan sertifikat Patriot Pertahanan Nasional kepada 11.485 eks milisi Timor Leste.

Penghargaan itu diserahkan secara simbolis, termasuk kepada Eurico Guterres setelah bebas dari tahanan PBB.

Menurut Prabowo, penghargaan itu menunjukkan komitmen kepada rakyatnya yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya.

Menukil Kemhan RI, Prabowo menjelaskan penghargaan yang ia berikan dalam acara seremonial di gedung Departemen Pertahanan di Jakarta.

Merupakan bentuk penghormatan negara kepada warga negara yang mengabdi untuk menegakkan kedaulatan dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mantan pejuang Timor Timur, katanya adalah warga negara Indonesia yang berjuang  mempertahankan Timor Timur sebagai bagian dari NKRI.

Hal itu ditunjukkan dengan kesetiaan dan keputusan mereka untuk tetap tinggal di Indonesia.

"Negara dan bangsa tidak bisa dibiarkan melupakan pengorbanan dan pengabdian para eks pejuang Timor Timur beserta keluarganya," kata Prabowo.

Baca juga: Timor Leste Berlakukan Pembatasan Wajib di Kota Dili dengan Kasus Covid-19 Varian Delta Paling Parah

Sementara itu, Prabowo sendiri memiliki rekam jejak militer di Timor Timur.

Ia adalah mantan Panglima Peleton Golongan I atau Para Komando yang ikut bersama pasukan lain dalam operasi tim Nanggala.

Menjadi salah satu kelompok peserta operasi Seroja yang melakukan invasi militer ke Timor Timur pada tahun 1975.

Tokoh Timor Leste Pro Integrasi, Eurico Gutteres (Pos Kupang)

Ini Permintaan Eurico Gutteres ke Indonesia

Saat sebagian besar warga Timor Leste memaksa merdeka, ada sosok yang tetap ingin gabung Indonesia.

Sosok yang pro Negara Kesatuan Kesatuan Indonesia atau NKRI tersebut adalah Eurico Guterres. 

Setelah 15 tahun Timor Leste merdeka, tiba-tiba minta ini ke Indonesia

Timor Leste mungkin memilih lepas dari Indonesia sebagai negara merdeka, setelah melalui perjuangan panjang.

Bahkan dalam referendum tahun 2002, sebagian besar orang Timor Leste memilih untuk merdeka.

Akan tetapi, bukan berarti semua rakyat Timor Leste menginginkan kemerdekaan, nyatanya ada beberapa dari mereka yang memiliki jiwa NKRI.

Baca juga: Nasib Rakyat Timor Leste Makin Menyedihkan, Meski Sudah Merdeka Tapi Rakyat Tak Punya Apa-Apa, Lho?

Salah satunya adalah Eurico Guterres, dia adalah pemimpin milisi di Timor Leste yang pro dengan Indonesia.

Namanya mungkin tak setenar Alfredo Reinado, namun dia adalah sosok yang berada di pihak Indonesia meski orang Timor Leste.

Menurut UCA News, setelah kemerdekaan Timor Leste, Eurico Guterres juga pindah ke Indonesia.

Namun, 15 tahun setelah Timor Leste merdeka, Eurico Guterres, ternyata sempat memohon hal ini kepada Indonesia.

Tahun 2017, setelah 15 tahun Timor Leste merdeka, Eurico Guterres menuntut pemerintah Indonesia memulai proses untuk mengeluarkan mereka dari daftar kejahatan serius PBB.

Hal itu supaya bisa memudahkannya dalam bepergian ke luar negeri.

Keluhan tersebut menyebabkan 1.000 mantan pejuang pro Indonesia, yang turun ke jalan-jalan Kupang, berjuang untuk Indonesia.

Nasib mereka sangat kontras dengan perlakuan pahlawan yang diberikan kepada anggota senior angkatan bersenjata Indonesia termasuk pemimpin kampanye Timor Timur.

Baca juga: Rakyat Timor Leste Bocorkan Masalah Pelik Pemerintah, Sebut Merdeka Tapi tak Miliki Apa-apa

Misalnya pensiunan jenderal Wiranto, yang pernah menjadi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo periode pertama.

Eurico Guterres, mantan pemimpin pejuang pro-Jakarta, memohon kepada pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan kepastian hukum bagi 403 warga Timor Leste.

Pasalnya, nama mereka masih dalam daftar 'kejahatan serius' PBB terkait kekejaman selama pendudukan Indonesia di Timor Timur.

Dia mengajukan banding kepada Wiranto, yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.

Sosok Wiranto pula yang menjadi komandan selama pemungutan suara berdarah 1999 untuk kemerdekaan Timor Timur.

"Saya salah satu dari 403 eks warga Timor Timur dan juga Pak Wiranto yang masuk daftar 'kejahatan berat'," katanya.

Baca juga: Ngotot Ingin Merdeka,Timor Leste Malah Minta Bantuan Militer Indonesia, Xanana Beli Senjata Pindad

"Tapi sekarang Wiranto bisa pergi kemana-mana, sementara kami dilarang di mana-mana," ujarnya kepada ucanews.com.

Pada tahun 2003, Wiranto bersama enam jenderal lainnya dituduh oleh Unit Kejahatan Berat PBB bertanggung jawab untuk melatih dan mempersenjatai milisi pro-Jakarta.

Mereka bergabung dengan militer Indonesia dalam membunuh lebih dari 1.000 orang dan memaksa 250.000 orang Timor Leste meninggalkan rumah mereka sebelum dan sesudahnya referendum kemerdekaan.

Guterres mengatakan, meskipun mereka diberikan kewarganegaraan Indonesia setelah perang, mereka tidak dapat meninggalkan Indonesia, termasuk bepergian ke Timor-Leste untuk menemui anggota keluarga karena nama mereka masih ada di daftar PBB. (*)

Berita Lain Terkait Timor Leste

Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan judul Tolak Timor Leste Merdeka & Jadi Buron PBB, Sosok Ini Dipuji dan Dapat Penghargaan dari Prabowo

Berita Terkini