Menjadi penganggur tentu tidak mungkin untuk orang sekelas Muhammad Rizieq Shihab yang sudah mengenyam pendidikan pasca sarjana.
Nah, sementara ini ada ide mengejutkan untuk peran baru yang layak diemban Rizieq Shihab usai keluar dari tahanan.
Adalah Prof. Dr. Ronnie H. Rusli. Guru besar Universitas Indonesia (UI) ini mengusulkan agar sekeluar dari penjara Rizieq Shihab sebaiknya diberi jabatan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Afghanistan.
Menurut Prof. Rusli, secara akademik Habib Rizieq cocok mengemban jabatan sebagai Dubes RI pada pemerintahan Taliban yang bakal berkuasa di Afghanistan.
“Lebih cocok HRS setelah bebas jadi Dubes RI di Pemerintahan Taliban di Afghanistan menurut pendapat secara akademis karena lancar berbahasa Arab sama persis dengan bahasa yang digunakan di Qatar tempat pemimpin Taliban berada selama pendudukan Amerika di Afghanistan,” kata Ronnie dalam tulisan di akun jejaring media sosial Twitter pribadinya, @Ronnie_Rusli, Selasa 17 8 2021.
Memang Prof. Rusli tidak menjelaskan secara eksplisit alasannya mengusulkan Rizieq Shihab menjadi Dubes RI untuk Afghanistan.
Juga belum ada konfirmasi dari pihak Rizieq Shihab sendiri, apakah usulan itu disetujui atau ditolak.
Begitupun pihak pemerintah dan DPR RI hingga saat ini belum menanggapi usultan tersebut
Tetapi, kalau melihat latar belakangnya Rizieq Shihab yang pernah memimpin FPI dan dianggap sebagai kelompok Islam radikal, tampaknya Rizieq cocok untuk membangun lobi politik dengan Taliban.
Untuk diketahui kelompok Taliban telah menguasai Ibu Kota Afghanistan Kabul, sementara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah melarikan diri pada awal pekan ini untuk menghindari pertumpahan darah.
Dengan "penyerahan kekuasaan" itu, praktis Taliban kini kembali menjadi penguasa Afghanistan setelah 20 tahun invasi AS.
Lantas, siapa sebenarnya kelompok Taliban?
Awal Mula Taliban
Dalam bahasa Pashto, "Taliban" memiliki arti "pelajar". Hal ini merujuk pada anggota kelompok yang pernah belajar di bawah Mullah Omar.
Mullah Omar sendiri merupakan pendiri Taliban dan menjadi komandan pasukan mujahidin untuk mendorong Uni Soviet keluar dari Afghanistan pada 1989.