Oleh karena itu pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban untuk memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
Menurut Wagub Nae Soi, kegiatan ini merupakan ajang menyamakan visi dan persepsi bersama untuk pembinaan kerukunan lebih dinamis dan humanis baik intern umat beragama, antar umat beragama maupun antar umat beragama dan pemerintah yang merupakan pilar penting dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara apalagi masyarakat NTT yang majemuk terdiri dari berbagai agama, suku, ras dan adat istiadat yang berbeda.
"Keragaman ini di satu sisi merupakan kekayaan budaya bangsa di daera ini yang sangat berharga serta menjadi kebanggaan kita. Kita dapat memberikan manfaat yang sebesar - besarnya dalam pembangunan," kata Wagub Nae Soi.
"Namun sebaliknya kemajemukan ini dapat menimbulkan konflik sosial suku ras bahkan agama yang sangat mengancam perpecahan dan integrasi nasional jika kita salah mengelolanya atau salah persepsi," lanjutnya.
Salah satu cara yang perlu dilakukan menurut Wagub Nae Soi adalah dengan membangunkan kesadaran untuk selalu memiliki sikap waspada serta menjaga saling pengertian antara pemeluk agama di masyarakat dan tetap menjaga persatuan sebagai satu bangsa dan setanah air.
"Kehidupan bergama di NTT saat ini dalam suasana yang sangat kondusif. Ini semua karena peran tokoh dan pemuka agama dan majeli agama dari masing - masing agama dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada umatnya," ujar Wagub Nae Soi.
"Untuk itu saya berharap kepada setiap pemeluk agama dapat menjalankan ajaran agamanya dengan sebaik - baiknya sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan diantara sesama dan tidak mempertentangkan perbedaan karena pada dasarnya agama mengajarkan tentang kebaikan dan perdamaian," pungkasnya.(*)