Soal Perintah Wakil Bupati TTS Cabut Laporan Polisi, Dirut PDAM SoE Lily Hayer Enggan Berkomentar

Penulis: Dion Kota
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur PDAM Soe, Lily Hayer

Laporan Reporter Pos-Kupang.Com, Dion Kota 

POS-KUPANG.COM | SOE - Direktur PDAM Soe, Lily Hayer yang dimintai komentarnya terkait perintah Wakil Bupati TTS, Jhony Army Konay untuk mencabut laporan polisi terkait dugaan pengrusakan jaringan pipa Bonleu, memilih untuk tidak berkomentar. Dirinya juga engga  menjawab apakah Laporan terus sudah dicabut atau belum?

Ia menyebut, saat ini dirinya ingin fokus ke pelayanan terlebih dahulu supaya semua cepat selesai dan pelayanan kembali normal.

Padahal, penutupan sumber mata air Bonleu oleh tokoh adat Bonleu sendiri menyebabkan air Bonleu tidak bisa sampai ke kota soe. Mata air Bonleu sendiri merupakan penyuplai air terbesar untuk PDAM Soe. Jika ingin konsen ke pelayanan dan pelayanan menjadi prima, seharusnya masalah Bonleu menjadi prioritas untuk diselesaikan.

" Saya tidak ada komentar soal itu. Karena sekarang saya fokus ke pelayanan dulu," tulisnya singkat dalam pesan WhatsApp yang diterima POS-KUPANG.COM, Selasa 1 Juni 2021.

Baca juga: Portugal, Prancis dan Jerman Adu Kuat Agar Lolos, Ini Peta Persaingan Ketat Grup Neraka Euro 2020

Untuk diketahui, Para amaf Desa Bonle'u yang terdiri dari Liem-Olla, Baun-Anone bersama meob, Ollin-Fobia, memimpin masyarakat melakukan aksi penutup sumber mata air Bonleu, Minggu 30 Mei 2021. Tak kurang dari 97 masyarakat nampak menghadiri aksi penutupan sumber mata air Bonleu yang dilakukan secara adat.

Sebelum melaksanakan ritual adat penutupan sumber mata air, Meo Ollin-Fobia, Joni Babu mematahkan ranting daun lalu diberikan kepada  Obed Liem, Markus Liem dan Simon Liem  yang merupakan amaf di wilayah tersebut. Ranting daun tersebut lalu digantungkan di dekat saluran pipa pembuangan sebagai  tanda larangan agar tidak serta merta orang dapat melepaskan air kembali ke Kota Soe tanpa sepengetahuan para Amaf serta Meob di wilayah tersebut.

Soleman Fallo, yang merupakan amaf di Desa Bonleu mengatakan, sudah sejak lama sebenarnya masyarakat memiliki niat untuk menutup sumber mata air Bonleu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap Pemda TTS yang dinilai ingkar janji sejak tahun 1996 silam.

Dimana saat pertama kali merintis pembangunan jaringan pipa air Bonleu, Bupati TTS kala itu, Piet Sabuna berjanji kepada masyarakat akan membangun jalan hotmix di desa Bonleu, jalan sumbu kabupaten (Saubalan-Bonleu), membangun jembatan Noebesi yang menghubungkan kabupaten TTS dan TTU, pembagian hasil 10 persen dari pengelolaan air Bonleu serta menyediakan jaringan listrik untuk masyarakat Bonleu.

Baca juga: Prediksi Cuaca di Wilayah Provinsi NTT, Begini Penjelasan BMKG, Waspada dan Hati Hati

Baca juga: Cek Saldo Rekening Anda, Hari Ini Gaji ke-13 dan Gaji Bulan Juni 2021 PNS/TNI Polri Cair Bersamaan

Namun hingga kini, janji-janji tersebut hanya isapan jempol semata.

Dirinya merasa, selama ini Desa Bonleu diperlakukan layaknya anak tiri, sangat minim perhatian walaupun memiliki potensi air dan hasil pertanian. Warga Desa Bonleu hanya bisa menjadi penonton dari pembangunan di desa lain.
Wakil Bupati (Wabup) TTS, Jhony Army Konay memerintahkan Direktur PDAM Soe, Lily Hayer untuk secepatnya mencabut laporan polisi dugaan pengurusan jaringan pipa. Jika tidak segera dicabut, Wabup Army mengancam akan mencopot Lily dari jabatannya.

" Saya perintahkan segera cabut laporan itu, atau saya cabut dari jabatannya," tegas Wabup Army dalam rapat klarifikasi yang di ruang komisi II DPRD TTS yang juga dihadiri pihak PDAM Soe. Namun sayangnya, dalam rapat klarifikasi tersebut Lily Hayer justru tak hadir.

Wabup Army menyesalkan langkah yang diambil pihak PDAM Soe dalam menyelesaikan persoalan di Desa Bonleu. Mirisnya lagi, langkah mempolisikam oknum warga Bonleu tersebut dilakukan Lily tanpa berkoordinasi dengan dirinya.

"  Saya sangat sesalkan, kenapa tidak ada koordinasi dengan saya. Direktur PDAM Soe harus tahu etika juga. Saya ini wakil bupati. Saya justru tahu dari media. Saya sangat sesalkan hal ini," ujar Wabup Army.

enyesalan terhadap langkah yang diambil pemda TTS juga disampaikan  ketua komisi II, Imanuel Olin, wakil ketua komisi II, Melianus Bana, Anggota Komisi II, Antoneta Nenabu, Dominggus Beikliu dan Samuel Sanam. Hanya Lorens Jehau, Anggota Komisi II DPRD TTS dari Fraksi Golkar yang mendukung langkah pemda TTS mempolisikan oknum masyarakat Bonleu yang menutup sumber mata air Bonleu.

Halaman
12

Berita Terkini