Dia berteriak mengatakan jajak pendapat itu tidak jujur karena yang dipekerjakan di Unamet adalah orang-orang CNRT, lalu punggungnya ditikam hingga tewas.
Meski begitu hasil jajak pendapat tetap dilangsungkan dan akhirnya hasilnya dibawa ke PBB.
Melansir Harian Kompas, Minggu (5/9/1999), akhirnya PBB mengumumkan hasil penentuan pendapat (jajak pendapat).
Baca juga: Inilah 7 Tempat Wisata Terbaik Timor Leste, Termasuk Tempat yang Belum Terkontaminasi
Sekjen PBB Kofi Annan di New York mengumumkannya pada Sabtu (4/9) pukul 08.00 WIB.
Dari sekitar 450.000 pemilih, 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih untuk menolak otonomi, dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah.
Menurut Kofi Annan, hasil itu menunjukkan bahwa penduduk Timtim menginginkan kemerdekaan.
Pada saat bersamaan, pengumuman itu juga dibacakan Ketua Unamet Ian Martin, di Dili, yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, Portugal, dan Tetum.
Kofi Annan dalam pidatonya meminta semua pihak menghentikan segala tindakan kekerasan yang selama 24 tahun mengakibatkan penderitaan di Timtim.
Suasana di Timtim ketika itu mencekam.
Di beberapa tempat, sebagian kecil penduduk sempat melontarkan kegembiraannya dengan berlarian ke jalan dan bersorak-sorai.
Mereka saling berpelukan dan bertangisan.
Meski saat itu Timor Timur berarti lepas dari Indonesia, namun mereka masih melalui proses panjang hingga diakui dunia dan mengubah namanya menjadi Timor Leste.
Lalu, bagaimana nasib Timor Leste sekarang?
Baca juga: Ternyata Nama Negara Timor Leste Punya Arti yang Unik Loh, Tak Banyak yang Tahu, Apa?
Perekonomian Timor Leste
Melansir laman Heritage, skor kebebasan ekonomi Timor-Leste adalah 45,9.