Konflik Israel Palestina

Komandan Tertinggi Israel, Benjamin Netanyahu Mantan Pasukan Elit Sebut 188 Korban Tak Disengaja

Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu dan kondisi Gaza terkini

Sebagai orang yang fasih berbahasa Inggris dengan aksen Amerika yang khas, dia menjadi wajah yang dikenal di televisi AS dan menjadi perwakilan yang efektif bagi Israel.

Setelah bertugas di kedutaan Israel di Washington DC (1982-84), dia menjadi duta besar Israel untuk PBB (1984-88).

Pemimpin termuda

Pada 1996, Netanyahu memenangkan Jabatan Perdana Menteri Israel. Keberhasilan ini membawanya menjadi pemimpin termuda.

Netanyahu sempat mengkritik keras perjanjian perdamaian Oslo 1993 antara Israel dan Palestina.

Tapi untuk memajukan proses perdamaian dengan Palestina, dia akhirnya menandatangani kesepakatan, yang menyerahkan lebih dari 80 persen dari Hebron ke kendali Otoritas Palestina.

Sempat mundur setelah kalah dalam pemilu 1999, dan pada 2005 kembali mengundurkan diri sebagai protes atas penarikan Israel dari Jalur Gaza.

Pada 2009, Netanyahu kembali memenangkan kepemimpinan di partai Likud, dan terpilih sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya.

Serangan ke Gaza

Serangan Palestina dan aksi militer Israel berulang kali membawa “Negeri Zionis” ke dalam konfrontasi di dalam dan sekitar Jalur Gaza, sebelum dan setelah Netanyahu kembali menjabat pada 2009.

Pada akhir 2012, ia memerintahkan serangan besar-besaran setelah eskalasi tembakan roket ke Israel.

Kekerasan lintas batas berkobar lagi dan setelah gelombang serangan roket pada Juli 2014.

Insiden ini kembali ditanggapinya dengan kampanye militer lainnya.

Perang 50 hari itu menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina, kebanyakan dari mereka warga sipil, menurut pejabat PBB dan Palestina. Di pihak Israel, 67 tentara dan enam warga sipil tewas.

Baca Juga: Di Tengah Bengisnya Kekerasan terhadap Palestina, Joe Biden Justru Setujui Penjualan Senjata Besar-besaran ke Israel

Halaman
123

Berita Terkini