Nah ... di sinilah terletak warta perumpamaan itu. Siapa pun diajak menyadari bahwa Bapa yang diperkenalkan Yesus itu bertindak seperti ayah yang pengampun dan pemurah. Dan, gagasan atau persepsi "pendosa mesti dihukum" dan "orang baik mesti diberi pahala" tidak cukup untuk memperkenalkan Bapa yang seperti itu. Gagasan macam itu justru akan membuat orang merasa terus-terusan menyesal seperti si bungsu, atau kesal melulu seperti si sulung.
Perumpamaan ini setidaknya membantu kita selama Masa Prapaskah ini untuk bermenung kebesaran Bapa di surga. Ia mencintai si bungsu orang yang berdosa" dan mengasihi si sulung "orang yang kaku hati". Ia tak duduk mengadili atau menghukum. Ia justru "tergopoh-gopoh" mendatangi kita yang berdosa dan remuk hatinya. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: