Opini Pos Kupang

Hari Persaudaraan Internasional

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Bangsa ini juga patut berbangga, karena sejak merebaknya Covid 19, semangat solidaritas di kalangan anak bangsa yang bhineka ini, tumbuh subur. Modal sosial berupa gotong royong, setia kawan, dan saling membantu sebagai perwujudan cinta sesama, sudah sejak lama ada, tumbuh dan berkembang.

Sikap dan perbuatan luhur ini, sebagai wujud pengalaman nilai-nilai Pancasila, justru dilakukan warga bangsa yang mayoritas beragama Muslim, bahu membahu dengan sesamanya pemeluk agama lain membantu mereka yang menderita, tanpa mempedulikan latar belakang suku dan agamanya.

Pesan Hari Persaudaraan Internasional juga dimaksudkan agar kita semakin sadar untuk memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan hidup. Banjir bandang, tanah longsor dimana mana saat musim penghujan adalah bukti rusak dan kurang terawatnya lingkungan hidup.

Abarasi pantai, berkurangnya hutan bakau dan rusaknya biota laut adalah ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Jadi, bencana demi bencana alam yang terjadi, harusnya menyadarkan kita bahwa ada yang salah dalam perlakuan manusia terhadap alam.

Peringatan Hari Persaudaraan Internasional di waktu mendatang, hendaknya ditandai dengan tindakan nyata membantu mereka yang menderita dan upaya konkrit memelihara serta mencegah kerusakan lingkungan hidup.

Tentu diharapkan sudah ada program-program yang tepat dan berkelanjutan dari pemeritah propinsi dan kabupaten/kota untuk mengurangi kemiskinan dan memelihara serta memperbaiki lingkungan alam yang rusak.

Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah yang telah mendapat mandat dari rakyat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sehingga mereka bisa hidup lebih baik.

Dari pihak masyarakat diharapkan semakin tumbuh dan berkembangnya semangat solidaritas dari mereka yang lebih beruntung karena memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada para nelayan, petani dan peternak yang tinggal di pedesaan. Solidaritas tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk "Peduli Fakir danTanah Air" menjelang setiap peringatan Hari Persaudaraan Internasional. Wujud nyatanya seperti antara lain: Semua ASN yang menduduki jabatan di propinsi maupun kabupaten/kota, menyisihkan sedikit penghasilannya untuk membantu para janda dan orang-orang tua yang sudah tak mampu bekerja, berupa bingkisan sembako (beras, ikan asin, minyak goreng, mie instan). Jumlah atau banyaknya, tergantung keiklasan hati mereka yang memberi.

Hal yang sama juga bisa dilakukan para pengusaha dan pensiunan yang pendapatannya berkecukupan, serta siapa saja yang tergerak hatinya untuk membantu sesama yang menderita.

Dalam hal ini, hal penting yang patut dicatat adalah, tidak boleh ada paksaan, karena hakekat solidaritas adalah kerelaan berdasarkan rasa setia kawan, senasib seperjuangan, sehingga mau menanggungkan penderitaan orang lain. Kalau hal ini terlaksana, maka semua orang yang solider, sudah melakukan perbuatan Pancasila.

Sedangkan cinta tanah air, bisa dilakukan antara lain dengan "gerakan tanam air hujan" melalui kegiatan membuat jebakan-jebakan air di lingkungan sekitar atau di daerah sekitar sumber air.

Hal ini erat kaitannya dengan persediaan air untuk konsumsi dan usaha pertanian yang terasa kurang, dan jangan sampai lebih berkurang lagi di tahun tahun mendatang.
Gagalnya program TJPS Propinsi pada Maret-September 2020 antara lain disebabkan oleh keurangan air.

Pemerintah perlu turun tangan untuk menggerakan masyarakat guna berpartisipasi dalam kegiatan ini, sekaligus mengerahkan peralatan berat seperti excavator, pada tempat-tempat yang membutuhkannya.

Kalau gerakan ini dilakukan terus menerus, tidak saja akan memanen sumber sumber mata air baru, tetapi juga mencegah erosi dan banjir bandang. Jangan biarkan air hujan yang hanya turun sekitar 3-4 bulan setahun, mengalir percuma ke laut, menyebabkan banjir dan mengikis humus tanah. Jangan pula menganggap hal ini sepele, sebab akibat ulah kita yang kurang bertanggung jawab sekarang, anak cucu kita menderita dikemudian hari.

Kota Kupang misalnya, warganya sudah lama mengeluh karena kekurangan air, tetapi Pemerintahnya tidak tergerak membuat jebakan-jebakan air, dan mengerahkan masyarakatnya untuk kegiatan tersebut. Tiap musim hujan kita menyaksikan pemandangan sama yaitu jalan raya yang landai, berfungsi sebagai saluran yang mengalirkan begitu banyak air hujan berikut sampah ke laut.

Halaman
123

Berita Terkini