Masa Lalu Timor Leste Jadi Bagian Indonesia, Dianggap Jadi Duri dalam Daging dan Tak Layak Merdeka
POS KUPANG.COM -- Timor Leste masuk menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI bernama Timor Timur juga didukung oleh Australia dan Amerika
Namun, selama pendudukan Indonesia, Australia juga ikut ngotok agar wilayah kecil di bagia timur Pulau Timor itu lepas dari Indonesia
Tujuan Australia adalah ingin mengusai kekayaan perairan Timor Leste yang terdiri dari gas dan minyak bumi
Kini, Timor Leste meenjelma menjadi ancaman baru bagi Australia setelah negara itu lebih dekat dengan China yang kini sedang berselisih dengan Australia
Menjadi wilayah Republik Indonesia merupakan bagian sejarah Timor Leste.
Timor Leste pernah menjadi bagian wilayah Indonesia antara tahun 1975 hingga 1999.
Baca juga: Anna Maria Hanya Ibu Sambung, Inilah Sosok Ibu Kandung Gading yang Jarang Disorot, Cantik & Modis
Baca juga: Tetangga Masuk Kamar dan Tunjukan Alat Kelamin ke Istri, Suami Kalab Hingga Habisi Tamu Tak Diundang
Baca juga: Mobil Mewah Anji Dibobol, Sang Musisi Hanya Bisa Mengelus Dada saat Laptob dan Kamera juga Hilang
Baca juga: Dikabarkan Putrinya Kabur ke KPAI Gegara Dipukul Nikita Mirzani,Lolly Ungkap Fakta,Sebut Dipo Latief
Baca juga: Usai Seteru degan Nikita Mirzani, Ustaz Maaher Ditangkap, Nyai:Pasalnya Kurang Nanti Saya Tambahin
Bumi Lorosae bergabung dengan Indonesia setelah diinvasi, sementara berpisah dengan Indonesia melalui referendum.
Baik pengintegrasian dengan Indonesia maupun kemerdekaan Timor Leste, Australia terlibat dalam prosesnya.
Invasi Timor Leste, yang saat itu bernama Timor Timor, dilakukan setelah Portugis meninggalkan Timor Leste, wilayah jajahannya selama ratusan tahun.
Bergabungnya Timor Leste dengan Indonesia tidaklah melewati keputusan yang mudah.
Melansir The Strategist (28/1/2020), Australia menjadi negara yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Hal itu diungkapkan dalam buku kebijakan Canberra, dari invasi hingga kemerdekaan, dipamerkan dengan dirilisnya catatan kabinet pemerintahan Howard untuk tahun 1998 dan 1999 oleh National Archives of Australia.
Itu merupakan sebuah buku, laporan dan kiriman setebal 900 halaman, yang menunjukkan perdana menteri yang kuat, Gough Whitlam, memaksakan kehendaknya sementara Departemen Luar Negeri menderita dan resah.
Diceritakan bahwa dalam pertemuan dengan Soeharto pada bulan September 1974, Whitlam meninggalkan catatan peringatan yang menyatakan bahwa Timor Timur harus berintegrasi dengan Indonesia.