POS KUPANG.COM -- Meski Sudah Merdeka Warga Timor Leste urhat Ingin Mati di Tempat Lain karena Hal Ini, Kenapa?
Sudah 20 tahun Timor Leste lepas dari Indonesia atau sejak tahun 1999 melalui referendum.
Negara di bagian timur Pulau Timor itu resmi diakuu sebagai negara oleh PBB pada 20 Mei 2020
Baca juga: Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok
Baca juga: UPDATE Kode Redeem ML 30 November 2020, Cara Tukar Kode Redeem Mobile Legends My Aim is Impeccable
Baca juga: TERBARU FREE FIRE Kode Redeem FF 29 November 2020, Dapatkan Karakter Terbaru DASHA The PARTY GIRL
Meski demikan, Timor Leste masih terjerembab dalam keimiskinan para bahkan oleh lembaga PBB UNDP , perekonomian negara ini berada di urutan 152 dari 162 atau masuk dalam jajaran negara termiskin di dunia
Perjalanan panjang negara bekas jajahan Portugal itu diawarnai dengan konflik politik dan kekerasan bersenjata
Akibatnya bukan saja ancaman kelaparan namun korban kekerasan bisa terjadi kapan pun
Dalam sebuah referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 Agustus 1999, mayoritas rakyat Timor Timur memilih hengkang dari Indonesia.
Segera setelah referendum, kekacauan melanda negara tersebut.
Milisi anti-kemerdekaan Timor Leste memulai kampanye militer bumi hangus, membunuh setidaknya 1.400 nyawa rakyat Timor Timur
Secara internasional, Timor Leste baru diakui sebagai negara dan resmi merdeka dari Indonesia pada 20 Mei 2002.
Namun tak berselang lama, krisis hebat melanda Bumi Lorosae di mana rakyat murka pada pemerintah.
Menyadur Reliefweb, sekira tahun 2006-2007, penduduk Timor Leste terlibat bentrok dengan polisi dan pasukan militer bersenjata.
Situasi politik di Dili saat itu sangat mencekam, Februari 2007, gelombang kemarahan publik terjadi secara besar-besaran.
Penduduk sipil marah besar kepada pemerintah Timor Leste hingga melakukan aksi perlawanan.
Semuanya semakin buruk, ketika Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintahkan untuk menangkap Alfredo Reinado pemimpin pemberontak pada krisis Timor Leste di masa itu.