Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Lapangan Kantor Wali Kota Kupang pada Minggu, 17 Agustus 2025 dipenuhi lautan Warna-warni Pakaian Adat dari daerah-daerah di Nusantara.
Warna-warni Pakaian Adat tesebut dalam rangka memeriahkan HUT ke-80 RI.
Pantauan POS-KUPANG.COM, dari kejauhan, tampak deretan peserta upacara berbaris rapi, masing-masing mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah nusantara.
Balutan tenun ikat Nusa Tenggara Timur, menambah semarak peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di ibu kota NT itu..
Baca juga: Peserta Didik, SMA Negeri 3 Borong NTT Pamer Karya Literasi Sambut HUT ke-80 RI
Upacara yang berlangsung khidmat ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, sebagai inspektur upacara.
Di hadapan ribuan peserta dan undangan, Ketua DPRD Kota Kupang, Richard Odja, dengan lantang membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan.
Hadir pula unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh masyarakat, tokoh agama, serta berbagai elemen pemuda.
Wali Kota bersama Wakil Wali Kota, Serena C. Francis, tak ketinggalan mengenakan busana adat yang memberi nuansa kekayaan budaya Indonesia.
Dalam amanatnya, Wali Kota Christian menyampaikan apresiasi mendalam kepada para anggota Paskibraka.
"Hari ini kalian berdiri di balik seragam putih yang gagah, berdiri tegak di bawah terik matahari. Setiap langkah kalian mengukir makna sejarah. Setiap tarikan napas yang satu dan sama adalah wujud kerjasama, kebersamaan, solidaritas, dan kolaborasi," ujarnya.
Ia juga menyinggung Wakil Wali Kota Serena, yang pernah menjadi Paskibraka di masa sekolah.
Baca juga: Semarakkan HUT ke-80 RI di Perbatasan, Pemerintah Kecamatan Musi Gelar Karnaval Budaya
Menurutnya, hal itu menjadi bukti bahwa generasi muda yang berdisiplin sejak dini berpeluang besar menjadi pemimpin di masa depan.
Pidato Christian juga menyoroti refleksi sejarah.
Ia mengingatkan bahwa perjuangan pendiri bangsa delapan dekade lalu dilakukan dalam segala keterbatasan.
Kini, kata dia, tantangan bangsa berbeda namun tak kalah berat.
"Kita tidak lagi melawan ancaman senjata negara lain, melainkan melawan kemiskinan yang memiskinkan harapan, pengangguran yang melemahkan daya juang, kebodohan yang membatasi langkah, serta ketidakadilan yang menghalangi persatuan," tegasnya.(*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS