Berita Timor Leste

Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok

Editor: maria anitoda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok

POS-KUPANG.COM - Dibalik Hari Proklamasi Timor Leste, Inilah 5 Kisah Kontroversial Bumi Lorosae yang Bikin Dunia Syok

Tanggal 28 November 1975 adalah hari proklamasi Republik Demokratik Timor Leste.

Sayangnya, proklamasi itu tidak disambut dengan suka cita.

Baca juga: Nama 7 Jendral Indonesia yang Dituduh PBB Lakukan Kekerasan di Timor Leste, Media Inggris Ungkap Ini

Baca juga: TERBARU FREE FIRE Kode Redeem FF 29 November 2020, Dapatkan Karakter Terbaru DASHA The PARTY GIRL 

Baca juga: Ramalan Zodiak Senin 30 November 2020, Sagitarius Asmaramu Bergejolak Tetap Tenang Jangan Buru-buru

Ada yang mengatakan karena Deklarasi Kemerdekaan itu dinyatakan secara sepihak, dampaknya malah sebabkan perang saudara.

Mengutip dari laman Pemerintah Timor-Leste, disebutkan wilayah mereka sejak 1859 masuk ke dalam wilayah kekuasaan Portugis, sementara Pulau Timor bagian barat ada di bawah kekasaan Belanda.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Pemerintah Indonesia menegaskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dunia internasional, serta tidak memiliki ambisi teritorial terhadap Timor Timur.

Wilayah non-otonom

Karena itu sejak 1960, PBB menganggap Timor-Leste sebagai wilayah non-otonom yang ada di bawah pemerintahan Portugis.

Dari 1962 hingga 1973, Majelis Umum PBB mengakui hak Timor-Leste untuk menentukan nasib sendiri.

Namun, Portugal menolak mengakui hak tersebut dan mengakui Timor-Leste sebagai provinsi Portugis, setara dengan provinsi-provinsi lainnya.

Setahun kemudian pada 1974, terdapat Revolusi April yang memulihkan demokrasi di Portugal dan Pemerintah Portugal menghormati hak penentuan nasib sendiri untuk Timor-Leste.

Menindaklanjuti progres ini, pada Mei 1974 dibentuk lah Komite Penentuan Nasib Sendiri Timor Timur di Dili, yang saat ini menjadi ibu kota negara.

Sejumlah pengamat independen yang berkunjung ke wilayah Timor Timur menilai mayoritas masyarakat di sana menolak untuk berintegrasi atau bergabung dengan Indonesia, dikarenakan perbedaan budaya sebagai salah satu alasan utamanya.

Baca juga: Nama 7 Jendral Indonesia yang Dituduh PBB Lakukan Kekerasan di Timor Leste, Media Inggris Ungkap Ini

Baca juga: PROMO KFC Hari Ini 30 November 2020 Free KFC Soup dan Perkedel Khusus Home Delivery KFC

Baca juga: BPN Sumba Timur Terapkan Layanan Sertifikat  HT Elektronik Pioner di NTT

Proklamasi

Program dekolonialisasi mulai gencar terjadi sejak Januari 1975, kerajaan kolonial Portugal dibubarkan, gerakan pembebasan di tataran lokal pun meningkat.

Halaman
123

Berita Terkini