PJJ di Masa Pandemi Covid-19 Dorong Guru Kreatif Dalam Mengajar Terutama Pembelajaran Faktual

Penulis: Hermina Pello
Editor: Hermina Pello
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logi Hari Guru Nasional Tahun 2020

Suara para guru ini senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bersama Wahana Visi Indonesia dengan didukung oleh Predikt yang menunjukkan bahwa 76% guru merasa khawatir dan ragu kembali ke sekolah selama masa
pandemi Covid-19.

Secara khusus, guru pendidikan khusus/inklusi cenderung lebih merasa khawatir (79%)
terkait masalah kesehatan, sedangkan guru di daerah 3T lebih khawatir tentang pembelajaran. 

Education Team Leader WVI Mega Indrawati, mengatakan, Dampak Pandemi COVID-19 pada sektor
pendidikan dan kesehatan serta jalan keluar agar dapat mengakomodasi kedua hal tersebut perlu melibatkan
berbagai pihak.

Guru yang merupakan garda terdepan untuk memfasilitasi penyelenggaraan di sekolah juga
perlu diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapat, ide, harapan dan kebutuhannya baik saat Belajar
dari Rumah (BdR) dan Adaptasi Kebiasaan Baru ketika sekolah dibuka kembali.

Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Praptono, mengapresiasi semangat para guru untuk tetap mengajar dan
memberikan yang terbaik untuk anak-anak selama pandemi.

Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah di masa kedaruratan Covid-19 ini dapat digunakan untuk mendukung kesiapan satuan pendidikan, termasuk untuk pembelian alat pelindung diri seperti masker, juga cairan pembersih tangan dan alat kesehatan seperti termometer tembak.

“Mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka, pemerintah telah mengeluarkan panduan bagi pemerintah daerah dan sekolah untuk pembukaan sekolah dengan menyesuaikan zona Covid-19 dan daftar periksa kesiapan sekolah. Keselamatan siswa dan guru harus tetap menjadi prioritas utama,” ungkap Praptono.

Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Papua, Christian Sohilait menyebutkan, hanya 34% siswa di papua yang bisa efektif lakukan pembelajaran secara daring. Sebanyak 66%
sisanya luring.

“Hanya 20 persen saja siswa yang bisa menikmati kuota gratis oleh menteri, dan itu tersebar
di 34%. Kebijakan yang kita lakukan yaitu memastikan jangan sampai ada yg dapat jaringan tapi sarananya
tidak ada. Atau ada yg dapat siaran radio tapi tidak punya radio dan tv. Pendataan ini kami lakukan sambil
mengatasi satu per satu. Kami bekerja sama dengan 9 stasiun RRI dan 6 TV swasta, dan juga bersama dengan
WVI membuat buku-buku yang bisa dibagikan pada anak-anak,” ujar Christian.

Berita Terkini