Setiap pagi banyak anak muda Timor berbaris di dekat kedutaan Portugis di Dili untuk mengurus paspor Portugis mereka sehingga mereka bisa pergi ke Eropa untuk bekerja.
Migrasi pekerja adalah satu akibat, sementara munculnya geng-geng merupakan akibat lainnya.
Bukan hanya di ibu kotanya, Dili, geng jalanan juga ditemukan di kota besar lainnya, seperti Ainaro dan Same.
Dikutip dari UCA News, di Timor Leste geng jalanan sering menyebut diri mereka sebagai kelompok seni bela diri atau organisasi olahraga.
Seperti kelompok seni bela diri lainnya, mereka mengklaim hanya sebagai organisasi olahraga, tetapi memiliki persaingan sengit dengan kelompok lain, terutama PSHT dan Korka.
Anggota kelompok seni bela diri tersebut secara luas diyakini terlibat dalam kekerasan dan mereka memiliki citra yang buruk di masyarakat.
Korka dengan lebih dari 20.000 anggotanya secara konsisten dituduh memprovokasi dan melakukan kekerasan, terutama membakar 50 rumah di Ainaro pada Agustus 2004.
Pada 2017, Korka secara resmi berafiliasi dengan partai politik Khunto (Kmanek Haburas Unidade Nasional Timor Oan), yang kini menjadi bagian dari koalisi Alliance for Progress and Change pemerintah.
Sementara itu, PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) diduga erat kaitannya dengan kekerasan.
Meskipun PSHT di Timor-Leste mengklaim sebagai cabang independen Indonesia, polisi perbatasan telah menahan ratusan pengikut PSHT yang bepergian ke Atambua di Indonesia untuk upacara wisuda.
Meski tidak berafiliasi secara resmi, PSHT secara luas dianggap dekat dengan Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT) dan partai politik Partai Pembebasan Rakyat (PLP).
Anggota diyakini menggunakan organisasi tersebut untuk menyelesaikan perselisihan keluarga dan komunal.
Pada 2013, pemerintah mengeluarkan resolusi untuk menghentikan kegiatan klub seni bela diri di Timor-Leste menyusul berbagai insiden kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anggotanya.
Baca Juga: Kemesraan Timor Leste dengan China Bukan Satu-satunya, Perkara Ini Juga Jadi Ancaman Bagi Hubungan Australia dengan 'Ladang Uangnya'
Namun pada pemilu 2017 dan 2018, banyak partai politik yang menggunakan kelompok pencak silat untuk mendapatkan suara.