Dikutip dari akun resmi penulis Biografi Kapten Pierre Tendean, Nurindah Rukmini Chamim, pujaan hati Pierre Tendean rupanya sudah meninggal pada tahun 2019 lalu.
Almarhumah wafat pada usia 72 tahun di Klaten, Jawa Tengah pada 27 juli 2019 pukul 08.30 WIB.
Almarhumah dibaringkan berdekatan dengan makam ayah dan ibunya di Pemakaman Kuncen Yogyakarta.
Almarhumah meninggalkan 2 anak, dan 5 cucu.
Sedikit perjalanan kisah cinta Kapten Pierre Tendean dan Rukmini
Pierre dan Rukmini berkenalan melalui dua sahabat baik Pierre sesama Dan Ton Yonzipur 1/DAM 2 Bukit Barisan, Medan, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.
Pierre gerah didesak terus menerus oleh keduanya untuk bertemu gadis yang lebih akrab dipanggil Mimin tersebut.
Justru setelah mengenal sosok Mimin, figur gadis yang masih duduk di bangku SMA pada tahun 1963 ini sangat mencuri perhatian sang perwira muda, sehingga pada kunjungan-kunjungan berikutnya Pierre memutuskan tidak dikawal lagi.
Belum lama bersama, Pierre harus meninggalkan puteri sulung bapak Raden Chamim Rijo Siswopranoto itu, ditugaskan sebagai intelijen dalam rangka Dwikora di perbatasan Kepulauan Riau.
Mereka menjalani LDR. Kadang Pierre curhat pada rekan letingnya yg sesama intel, bahwa ia rindu Rukmini, sampai-sampai Pierre diledeki untuk merekam suaranya saja dikirim ke pujaan hati yang lemah lembut, perfeksionis, lincah dan piawai memasak.
Pierre menyempatkan hadir di pesta ultah sweet 17 Mimin 9 September 1964.
Memasuki tahun 1965, hubungan keduanya semakin serius.
Saat keluarga besar Chamim sedang liburan ke Yogyakarta, Mimin diboyong ke Semarang oleh Pierre untuk diperkenalkan kepada kedua orangtuanya & saudaranya Roos dan Mitzi.
Sebelumnya Pierre telah menulis surat kepada Mitzi, bahwa ia sudah menemukan jodohnya.
Sesaat sebelum dipindahkan ke Jakarta April 1965, mengemban amanat baru sebagai ajudan Menko Hankam Jenderal AH Nasution, Pierre mengakui kepada sahabat RF Soeseno bahwa ia telah mengikat Rukmini.
Foto-foto ini adalah Ibu Rukmini waktu buku Sang Patriot masih dalam proses dan foto2 mudanya di tahun 1960-an. Foto terakhir diambil Maret 2019 saat ia menerima & menikmati membaca.
Rela Pindah Agama Demi Pujaan Hati
Dikutip dari akun resmi penulis Biografi Kapten Pierre Tendean @pierresangpatriot, sesungguhnya hubungan Pierre & Rukmini bukan tanpa aral melintang.
Terdapat perbedaan membentang yaitu agama, Pierre kristen, Rukmini muslim.
Mimin hanya bersedia melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius dengan pemuda berkeyakinan sama.
Untuk syarat ini Pierre telah memutuskan menuruti karena ia sangat mencintai gadis sederhana ini & tak mau berpisah dengannya.
Namun awal-awal ayah ibu Pierre justru meragukan Pierre dapat membiasakan diri dengan keseharian keluarga Mimin yang agamis.
Lampu hijau dirasakan Pierre awal Juli 1965 saat melihat adiknya Roos yang akan menikah dengan seorang muslim direlakan ayah mereka pindah agama.
Sejak itu Pierre selalu membahas peresmian pernikahannya dengan Mimin yang direncanakannya di satu hari bulan Desember 1965, terutama dengan Ibu Sunarti Nasution.
Ia bahkan sudah menyampaikan ke ayah AL Tendean kemantapannya ikut keyakinan Mimin.
Bahkan di sore terakhir hidupnya, sebelum ia diculik & dihabisi dengan keji oleh Gerombolan G30S, ia terus saja semangat membahas rencananya itu dengan adik iparnya, Jusuf Razak.
Pertemuan terakhir Pierre dan Mimin terjadi pada 31 Juli 1965 saat Pierre mendampingi Pak Nas tugas ke Medan.
Pierre masih menerima telegram terakhir dari Mimin pada 30 September 1965 malam.
Tujuh tahun berselang, Mimin menemukan jodohnya kembali tahun 1972, dengan seorang karyawan bank swasta.
Mereka dikaruniai 3 anak dan 5 cucu.
Suami Mimin wafat tahun 2014 dan anak perempuan satu-satunya juga telah mendahului.
Sebelum wafat, Mimin tinggal di Bekasi bersama 3 cucunya.
Rukmini jatuh sakit cukup berat sejak akhir Maret 2019 sebelum akhirnya wafat tahun 2019.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Kisah Cinta Tragis Pierre Tendean & Rukmini, Prajurit Tampan Itu Rela Masuk Islam, Gugur 1 Oktober