Karena itu kluster pejabat merupakan kluster yang harus diantisipasi; dan dukungan para pejabat untuk memberitakan hasil pemeriksaannya ke masyarakat akan sangat membantu dalam pelacakan kontak, jika terbukti positif.
Kluster Pekerja/Tempat Kerja
Kepatuhan terhadap protokol C19 para aparat sipil negara ataupun karyawan di berbagai Lembaga dan tempat kerja saat melaksanakan tugas harus makin ditingkatkan untuk mencegah Kluster Perkantoran atau tempat kerja; termasuk tempat ibadah.
Di NTT, saat ini korban virus C19 juga mulai bermunculan di kalangan tenaga kesehatan. Di Ende, beberapa tenaga kesehatan terpapar virus C19 dari transmisi lokal akibat interaksi dengan pasien. Ini juga terjadi Kota Kupang, Sikka, Alor dan Sumba Timur.
Kita juga semua tahu bahwa tenaga kesehatan kita banyak yang gugur selama masa pandemi C19 ini. Untuk itu perlindungan lebih bagi mereka merupakan pilihan yang utama. Melindungi mereka bukan hanya lewat kelengkapan APD, tapi juga bagaimana kita berperilaku agar tidak menambah jumlah yang positif C19 untuk menjaga ketersediaan sumberdaya kesehatan kita, baik fasiltas dan tenaga kesehatan tidak overload.
Kluster Asrama/Barak
Dari Kompas (21/9) juga diberitakan, di Provinsi Riau, Pasien C19 dari "Kluster Asrama "terus bertambah. Kondisi ini juga terjadi di NTT. Jumlah kasus baru dari "Kluster Asrama/Barak" juga mendominasi dalam kenaikan kasus di NTT saat ini; terutama berasal dari basis-basis pelatihan yang mengumpulkan banyak orang di satu tempat.
Beruntung kluster ini di NTT sudah `di-amankan' oleh kesatuannya sehingga tidak menjadi sumber penularan baru di masyarakat. Untuk itu, kegiatan-kegiatan institusi yang mengumpulkan orang banyak dalam satu tempat dan waktu yang lama, perlu ditinjau kembali. Sebab ini mengundang bahaya.
Kluster Keluarga dan Pelaku Perjalanan
Kluster lain yang paling bahaya dan perlu antisipasi segera atau "Kluster Keluarga". Dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 NTT terlihat Kluster Lokal di lingkungan keluarga inti atau kerabat sangat tinggi.
Ada 9 dari 17 Kabupaten/Kota yang melaporkan penularan lokal kluster keluarga. Penularan lokal ini memberikan kontribusi 35 persen total penderita C19 di NTT. Dari data yang ada, satu indeks kasus dalam keluarga, bisa menularkan rata-rata antara 4 -10 orang.
Dengan budaya kekeluargaan yang tinggi di NTT, terutama tingkat pertemuan hidung dan pipi juga tinggi saat bertemu di dalam tenda pesta dan dukacita sangat memungkinkan timbulnya kluster-kluster keluarga di NTT.
Dengan meroketnya angka kasus C19 di NTT, sudah saatnya pemerintah tegas mencegah terjadinya kluster keluarga di NTT melalui pembatasan acara sosial kemasyarakatan untuk sementara waktu.
Kluster pelaku perjalanan di NTT menyumbang hampir setara dengan kluster lokal. Ini menunjukan bahwa aktivitas dan mobilisasi sosial antardaerah dapat memindahkan virus dari daerah lain yang "merah" ke NTT.
Segera kembali pada pengetatkan protokol C19 bagi pelaku perjalanan merupakan hal yang tidak bisa ditawar; terutama bagaimana surveilans berbasis masyarakat, pemantauan terhadap isolasi mandiri dan test sample swab pelaku perjalanan bisa segera di terapkan di NTT.
Rendahnya Angka Test