Baca Juga: Armada Militernya Salah Satu Terhebat di Dunia, Tapi China Tak Bakal Bisa Tembus Taiwan, Ternyata Ini Kunci Kemenangan Negara Kecil Tersebut!
Dia mengklaim bahwa para penjaga memaksanya untuk minum obat tradisional dalam botol putih tanpa tanda sekali sehari.
Mereka mengancam akan menahannya bila tidak patuh.
Otoritas lokal mengatakan langkah-langkah tersebut dilakukan demi kesejahteraan penduduk.
Lockdown di Xinjiang diperbaharui setelah total kasus Covid-19 di sana mencapai 826, terhitung sejak Juli.
Baca Juga: Padahal Masih Proses Negosiasi, Tentara China Kembali Tewaskan Pasukan Khusus India di Perbatasan Himalaya, Suasana Pegunungan Tibet Mencekam!
Meskipun jumlah kasus di Xinjiang menjadi beban kasus terbesar di China, langkah ketat dan keras sudah berlaku sejak nol infeksi di sana.
China tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei merupakan pusat penyebaran Covid-19 pertama kali.
Akibatnya kota itu dikunci hingga berbulan-bulan lamanya.
Meskipun Wuhan bergulat dengan lebih dari 50.000 kasus, jauh lebih banyak dari Xinjiang, penduduk tidak dipaksa sebagaimana dilakukan di Xinjiang.
Baca Juga: Baku Hantam Amerika vs China di Laut China Selatan Bisa Rugikan Indonesia, Purnawirawan TNI Beber Imbas Pengungsi Perang Melipir ke Tanah Air
Walaupun lockdown di Wuhan terbilang ketat, tapi warga diizinkan keluar dan tidak dipaksa minum obat tradisional.
Bahkan reaksi pemerintah pada 300 kasus di Beijing pada Juni lalu lebih santai lagi.
Otoritas hanya menutup beberapa lokasi yang dinilai berbahaya dalam beberapa minggu.
Sebaliknya, sekitar setengah dari 25 juta warga Xinjiang di pelosok menjalani lockdown padahal lokasinya jauh dari pusat wabah di Ibukota Urumqi, sebagaimana diberitakan media pemerintah.