Kebijaksanaan Allah dan Kerajaan Allah menawarkan kepada manusia sukacita sejati yang dialami dan dijumpai melampaui hal-hal yang kelihatan kasat mata. Allah memberikan hikmat bagi setiap orang yang mencari-Nya dengan tulus dan beriman.
Rasionalitas manusia yang terbatas tidak sanggup memahami sepenuhnya rancangan dan desain Allah bagi hidup setiap manusia.
Karena itu dalam ziarah hidup ini, ketika seseorang menemukan kebijaksaan Allah yang diyakini sebagai kebenaran yang membahagiankan dan memberi kedamaian bagi jiwa, segala hal material yang tampaknya membelenggu jiwa dan mengganggu ketenteraman segera ditinggalkannya.
Manusia yang mengalami pencerahan karena menemukan hikmat dan kebijaksanaan Allah dalam hidup, menentukan sikap dan pilihan hidup unik yang kadang sulit dipahami oleh banyak orang.
Dalam refleksi demikian, kita dibantu untuk memahami: Mengapa Bunda Theresia dari Calcuta meninggalkan kenyamanan hidup di dalam biara lalu setiap hari menemui dan melayani orang-orang miskin di persimpangan jalan dan di sudut-sudut kota Calkuta India?
Mengapa pula Sr. Gisela Borowka meninggalkan tanah kelahirannya di Jerman pada era tahun 1960-an dan memilih untuk datang ke Lembata Nusa Tenggara Timur demi melayani kaum kusta?
Mengapa pula Pater Damian de Veuster di usianya yang muda, memilih dan memutuskan untuk meninggalkan sanak keluarga dan menjadi misionaris di Hawaii demi melayani kaum kusta di Molokai?
Mereka tentu memiliki jawabannya masing-masing.
Namun hal tidak terbantahkan dari pilihan dan pelayanan mereka adalah kebahagiaan sejati yang dijumpai dialami melalui cinta dan pengorbanan dalam pelayanan.
Jiwa mereka tenteram dan melakukan segala pekerjaannya dengan sukacita sebagai perwujudan cintanya kepada Allah yang telah memberikan harta terpendam, mutiara indah bagi hidup mereka.
Ziarah hidup manusia ibarat sebuah pencarian terus-menerus untuk menemukan kebijaksanaan Allah sebagai harta yang terpendam dan mutiara yang indah.
Ketika ditemukan dalam hidup, manusia tercerahkan dan tergerak hati untuk hidup menurut kehendak Allah dan nilai-nilai kerajaan-Nya.
Di penghujung ziarah hidup di dunia ini pada akhirnya setiap orang akan berhadapan dengan pertanyaan iman: Harta terpendam manakah dan mutira indah mana yang telah manusia cari dan temukan selama hidup?
Sejauhmana harta terpendam dan mutiara indah itu membantu manusia untuk mengembangakn sikap hidup dan pelayanan yang bermakna demi memuliakan Tuhan dan menghadirkan kebaikan bagi sesama?
Jawaban atas pertanyaan tersebut berkaitan dengan apresiasi dan sikap yang akan kita dapatkan dari Allah sendiri sebagai pencipta dan pemilik kehidupan ini.