2. Gerhana bulan penumbra (GBP)
Gerhana bulan penumbra (GBP) terjadi ketika bulan melewati bayangan sebagian bumi atau penumbra.
Selama gerhana ini, bulan akan sedikit lebih gelap dari biasanya. "Secara pengamatan, (penampakan bulan) tidak segelap gerhana bulan karena hanya gerhana semu," kata dia.
Gerhana bulan penumbra ini merupakan kondisi bumi menutupi bulan pada bayang semu saja, dan berbeda dengan gerhana parsial yang akan menutup keseluruhan bulan.
Gerhana akan terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika, Asia, Australia, Samudera Hindia, dan Australia. Begitupun di Indonesia, GBP ini dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia jika cuaca mendukung.
GBP ini terjadi pada (6/6/2020), pukul 00.45 WIB dan puncaknya pukul 02.24 WIB, dan berakhir pada pukul 04.04 WIB.
Menurut Astronom Amatir Marufin Sudibyo, meski dapat diamati dari seluruh Indonesia, akan cukup sulit melihat GBP ini karena terjadi bersamaan dengan bulan purnama .
"Sangat sulit dibedakan (fenomena GBP) dengan bulan purnama biasa jika tidak memakai alat bantu optik," ujar dia.
Oleh sebab itu, Anda memerlukan teleskop agar dapat diidentifikasi bagian paras bulan yang menggelap sedikit karena gerhana.
Bulan purnama besar atau Supermoon terlihat dengan latar depan menara seluler di Padang, Sumatera Barat, Rabu (6/5/2020) malam. Fenomena Supermoon atau ketika bulan berada dalam posisi terdekatnya dengan bumi itu yang terakhir di tahun 2020 dan dapat disaksikan mulai Rabu (6/5/2020) hingga tiga hari ke depan.(ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA)
Pengaruh kedua fenomena langit malam nanti Menurut Emanuel, secara ilmiah tidak begitu banyak pengaruhnya kedua fenomena yang kebetulan terjadi bersamaan di bulan Juni 2020 ini.
Selain, siklus-siklus pasang surut air laut. Fenomena ini bisa menjadi edukasi dan wawasan bagi masyarakat tentang fenomena antariksa.
Kedua fenomena ini tidak sering terjadi bersamaan seperti kondisi dini hari nanti, atau tidak ada hubungannya antara strawberry full moon dan gerhana bulan penumbra.