Penjahit Masker Kain Pertama di Kota Kupang Sudah Jahit Lebih dari 5000 Masker

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Safrudin Tonu atau yang lebih akrab disapa Opa sedang menjahit kopiah.

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pria bernama Safrudin Tonu, penjahit masker kain pertama di Kota Kupang sudah menjahit lebih dari 5000 masker kain seorang diri.

Pria asal Alor ini mengakui mengambil keputusan untuk coba - coba menjahit masker kain ketika wabah Covid-19 mulai melanda Kota Kupang dan ketersediaan masker yang sangat minim bahkan langka kala itu.

"Saya jahit masker ketika pas wabah dan memang masker langka sehingga saya ambil keputusan saya coba - coba buat makser tanpa belajar sebelumnya" katanya pada Senin (01/06/2020).

Dua Pasien Terduga Terkena Racun Belerang Sudah Membaik

Ia mengatakan, model masker dilihatnya di internet kemudian didownload dan langsung membuat makser berdasarkan gambar yang dilihatnya. "Langsung download di internet dan langsung bikin (masker)" ujarnya.

Ia menceritakan, awalnya agak takut menjahit masker sebelum pemerintah menginstruksikan untuk menjahit masker kain karena saat itu masker yang disarankan adalah yang memenuhi standar kesehatan.

Di Nagekeo OTG Bertambah, Simak Penjelasan Jubir Posko Covid-19 Nagekeo

"Masker kain itu saya duluan bikin. Pertama kali itu takut setengah mati tu karena harus pakai yang standar kesehatan to" ceritanya.

"Jadi awalnya sebelum pemerintah suruh bikin masker kain itu saya sudah buat hanya masih takut - takut tapi ternyata sekarang masker jadi kebutuhan darurat" sambungnya.

Safrudin belajar menjahit secara otodidak karena saat bersekolah di Dili, ia tinggal bersama penjahit sehingga dari situ ia mulai melihat - lihat dan belajar menjahit.

"Saya tidak belajar khusus" ungkapnya.

Meski baru terjun ke dunia menjahit secara serius pada 2016 silam, hasil karyanya tidak kalah saing dengan para penjahit profesional yang sudah berkecimpung didunia menjahit bertahun - tahun.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa hasil karyanya dibawah naungan Rumah Kreatif Hulnani, sudah dijual di Dekranasda NTT berupa topi, kopiah, tas, dompet maupun masker.

"Sebenarnya ini khusus topi kopiah tas dan dompet. Kalau masker ini pas corona saja" ungkapnya.

Ketika ditemui POS-KUPANG.COM, Opa, begitu sapaan akrabnya sedang membuat kopiah yang sudah dipesan sebelumnya. Setelah proses finishing kopiah selesai, ia membuat masker.

Disela waktu senggangnya ia memodifikasi kain - kain bekas untuk dijadikan masker. Sebagian untuk dijual, sebagian lagi untuk disumbangkan.

Untuk membuat 1 masker earloop berukuran 18 x 25 cm, ia membutuhkan waktu 8 menit sedangkan untuk masker dengan pola lipit - lipit ia membutuhkan 11 menit.

1 meter kain dapat dibuat 15 masker kain earloop ukuran 18 x 25 cm.

Founder Rumah Kreatif Hulnani ini mengakui, masker yang dijahitnya sudah dikirim ke beberapa daerah selain Kota Kupang seperti Sumba, Alor dan Lembata.

Sebagian besar hasil kerjanya terutama masker disumbangkan secara cuma - cuma meski ia sendiri tidak berkelimpahan.

"Saya kerja tapi sebagian untuk kegiatan sosial jadi disumbangkan saja"

"Waktu itu saya kasih - kasih saja karena orang butuh banyak. Orang punya duit tapi cari masker tidak ada. Tapi lebih banyak yang datang cari di rumah itu saya kasih saja. Kecuali minta lebih dari 5 itu ada biayanya. Kalau hanya 1 atau 2 saya kasih saja" ceritanya.

"Saya bantu - bantu saja. Di jalan mereka minta saya kasih. Setiap kali jalan saya selalu bawa masker jadi kalau ketemu orang - orang yang tidak pakai masker saya kasih" lanjutnya.

Ia mengakui sudah terbiasa hidup berbagi sehingga tidak menjadi satu beban baginya meski ia berbagi dalam keadaan pas - pasan.

Safrudin juga menceritakan, ia mendapatkan hadiah berupa mesin jahit listrik dari pendeta Jemmy Kilapong dari Yayasan Generasi Unggul. Ia mengatakan, ini adalah berkah yang didapatkan ditengan wabah Covid-19.

"Jadi ini berkah yang saya dapatkan dari corona ini. Saat itu mesin jahit saya rusak, di hari yang sama pendeta telepon untuk antar mesin jahit. Pagi - pagi saya lagi duduk otak atik mesin jahit pak pendeta telpon mau antar mesin jahit. Jadi begitu ceritanya" ungkapnya.

"Pendeta tau dari postingan di facebook. Dia juga baca sehingga minta nomor saya jadi kita telepon" tambahnya.

Safrudin berprinsip, ketika ia memberi dengan ikhlas, Tuhan akan menggantikan dengan cara lain sehingga saat mendapat mesin jahit ia mengaku tidak kaget.

"Saya tidak kaget karena memang saya sudah memberi jadi saya siap menerima" katanya dengan nada berkelakar.

"Memang dapatnya dengan cara yang saya tidak pernah bayangkan sebelumnya tapi saya sudah berbuat lah jadi prinsipnya berbuat baik saja" katanya.

"Saya juga punya prinsip, hanya burung - burung sejenis yang terbang beriringan jadi orang - orang baik itu Tuhan akan kumpulkan jadi satu" tutupnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ella Uzu Rasi)

Berita Terkini