Hati-hati Konsumsi Daging Babi, Menurut Para Ahli Gizi Ada Binatang Berbahaya Ini di Dalamnya

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Daging Babi Disulap Jadi Daging Sapi, Beredar di Pasaran, 4 Pedagang Diamankan, Ini Kronologinya

Hati-hati Konsumsi Daging Babi, Menurut Para Ahli Gizi Ada Binatang Berbahaya Ini di Dalamnya

POS-KUPANG.COM - Masyarakat Kupang atau NTT biasa memelihara babi dan mengonsumsi daging babi. Mereka sudah tahu seberapa enak konsumsi daging babi. 

Mungkin karena itu ada saja pedagang daging yang main curang dan mengelabui masyarakat yang oleh karena perintah agama dilarang mengonsumsi daging babi.  Mereka mengoplos daging babi dengan daing lain biar cita rasanya lebih enak.

Informasi terkait adanya daging babi yang diolah sedemikian rupa menyerupai daging sapi dijual bebas di Kabupaten Bandung beredar di sejumlah media sosial sejak Minggu (10/5/2020).

Berdasarkan keterangan dari pihak kepolisian, ada dua warga Solo yang tinggal di Bandung mendapat kiriman daging babi dari Solo.

Kemudian mereka melakukan pengolahan daging babi tersebut menyerupai daging sapi dan meminta dua temannya untuk menjual daging tersebut ke beberapa daerah di Bandung.

Meski termasuk tindakan kriminal dengan cara penipuan ini, masyarakat menjadi resah lantaran daging babi ini dijual dengan harga yang setara dengan daging sapi.

Tak hanya itu, daging babi juga disinyalir merupakan salah satu sumber dari penyakit cacing pita.

Lantas, apa saja dampak yang terjadi saat mengonsumsi daging babi?

Tiap tahunnya, Sumatera Utara memproduksi lebih dari 40,000 ton daging babi. (Getty Images)

Menanggapi hal itu, Dosen Prodi Gizi Kesehatan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Harry Freitag mengungkapkan, daging babi dianggap berbahaya lantaran ada potensi terinfeksi cacing pita.

"Jadi, daging babi memiliki risiko tinggi mengandung parasit Trichinella spiralis atau roundwormTaenia solium atau tapeworm, dan Toxoplasma gondii," ujar Harry saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Menurutnya, pada daging babi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan daging lainnya.

Meskipun hal ini bergantung pada negara, infeksi cacing ini juga dapat dideteksi di negara maju.

Adapun negara maju yang banyak mengonsumsi daging babi yakni Amerika maupun Eropa.

Di dua negara ini juga sering dilakukan infeksi produk-produk daging babi guna mengontrol jumlah daging babi dengan cacing.

Meski begitu, Harry mengungkapkan bahwa seiring semakin modernnya zaman, kasus cacing pita pada babi ini mulai berkurang.

Salah satu upaya yang dapat dicegah yakni dengan memasak daging tersebut hingga benar-benar matang.

"Oleh karena itu, cara pengolahannya harus tepat salah satunya adalah dimasak dengan benar-benar matang," kata dia.

Penjelasan dokter gizi klinik

Ilustrasi daging babi. (Dok. Shutterstock/ Rustle)

Tidak hanya itu, dokter spesialis gizi klinik dari Mpchtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospital, Jakarta Selatan, dr Inge Permadhi juga mengungkapkan hal serupa terkait bahaya mengonsumsi daging babi.

" Daging babi juga berisiko menyebabkan infeksi parasit (parasitnya berupa cacing pita dan cacing Truchinella spiralis), sehingga tidak boleh dikonsumsi mentah atau setengah matang," ujar Inge saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Inge juga mewajibkan agar tidak terkena infeksi dari parasit, sebaiknya daging harus dimasak matang.

Hal inilah yang membedakan antara daging babi dengan daging sapi.

Menurut Inge, daging sapi dapat dimakan setengah matang atau mentah.

Terkait penyakit yang disebabkan oleh cacing pita, dokter spesialis ahli gizi, DR dr Samuel Oetoro menjelaskan, ada sejumlah gejala yang timbul bagi seseorang yang terinfeksi parasit cacing pita.

"Ia akan susah gemuk, dan kekurangan sel darah merah," ujar Samuel kepada Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Selain itu, Samuel mengungkapkan, infeksi parasit cacing pita ini umumnya terjadi pada anak-anak, dan sangat jarang dialami oleh orang dewasa.

3 Efek Samping Mengonsumsi Daging Anjing

Berdasarkan data dari Dog Meet Free Indonesia (DMFI), 13.700 anjing dibunuh untuk dikonsumsi di Solo Raya.

Hal itu pula yang membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginstruksikan agar pemerintah daerah di Jateng membuat peraturan larangan mengonsumsi daging anjing.

Ganjar mengatakan, anjing bukanlah binatang untuk dikonsumsi.

Bahkan hal tersebut juga telah diatur dalam perundang-undangan, yakni Undang-undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan.

Perlu diketahui mengonsumsi daging anjing juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

Berikut 3 efek negatif mengonsumsi daging anjing:

1. Rabies

Salah satu bahaya terbesar mengonsumsi daging anjing adalah penyebaran rabies dari hewan ke manusia.

Di Filipina, sekitar 10.000 anjing dan 300 orang terbunuh oleh rabies setiap tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan vaksinasi anjing secara massal untuk mencegah penyebaran rabies.

Namun, perdagangan daging anjing yang telah melintasi perbatasan internasional membuat pencegahan rabies sangat sulit.

Kita bisa saja terinfeksi rabies selama proses penyembelihan dan menyebarkan penyakit dari anjing ke manusia lainnya.
Pada 2008, 20 persen anjing di rumah jagal di Hoai Duc, Vietnam ditemukan menderita rabies.

Tahun sebelumnya, Vietnam menderita wabah rabies dengan sekitar 30 persen kematian disebabkan oleh pembantaian anjing untuk daging.

2. Infeksi parasit

Mengonsumsi daging anjing diketahui bisa meningkatkan risiko infeksi parasit seperti E.Coli dan Salmonella.

Daging anjing juga bisa meningkatkan risiko infeksi bakteri seperti antraks, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis. Infeksi bakteri tersebut dapat menyebar melalui daging ke manusia.

Bakteri penyebab kolera juga mudah disebarkan dan berkembang melalui proses transportasi massal dan pembantaian anjing untuk dikonsumsi.

Setelah wabah besar-besaran kolera di Vietnam, perwakilan WHO Jean-Marc Olive, memeringatkan bahwa mengonsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko teinfeksi bakteri hingga 20 kali lipat.

3. Trikinosis

Banyak anjing bersentuhan dengan tikus dan kotoran yang dapat menyebabkan mereka menelan larva parasit trikinosis.

Trikinosis adalah parasit zoonosis yang dapat dengan mudah ditularkan dari anjing ke manusia melalui konsumsi daging yang terinfeksi.

Setelah parasit ini berada di tubuh manusia, mereka dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan di dasar kuku dan mata, di samping kelemahan otot yang parah.

Jika tidak diobati, trikinosis bisa berakibat fatal.

Bahaya Konsumsi Daging Bangkai

Berkaitan dengan bahaya konsumsi daging babi, tidak jarang juga Anda tidak tahu kalau Anda sedang mengonsumsi daging bangkai.

Terutama untuk Anda yang biasa membeli daging yang sudah dipotong di pasar, yang Anda tidak pernah tahu apakah daging itu berasal dari hewan yang masih hidup saat disembelih atau justru diambil dari hewan yang sudah mati lemas karena menderita penyakit tertentu.

Contoh kasusnya, seperti yang dialami belasan warga di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Mereka mengalami keracunan setelah mengonsumsi daging bangkai kambing yang mati setelah mendapat suntikan obat viton, pada Desember 2019.

Mereka dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan setelah mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, juga diare.

Selama ini larangan mengonsumsi daging bangkai memang sudah diketahui secara luas oleh masyarakat.

Sebaliknya, hewan unggas atau ternak yang mati dan menjadi bangkai, disarankan untuk segera dikubur atau dibakar agar tidak menimbulkan penyakit, dan bukan diolah untuk konsumsi.

Lantas apa bahaya mengonsumsi bangkai?

Dokter Ahli Gizi Dr. dr. Tan Shot Yen M.Hum memaparkan alasannya.

Daging bangkai sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi masyarakat, karena berbagai risiko virus dan penyakit yang mungkin saja ditularkan kepada mereka yang mengonsumsinya.

Tidak peduli apakah hewan itu mati karena sakit, terkena virus, mengalami hal-hal nahas seperti kecelakaan atau bencana alam, ataupun alasan yang lain.

"Hewan kalau mati bukan karena disembelih kudu ditelusuri matinya kenapa. Apakah hewan-hewan ini matinya sial ketabrak (berarti) dia bebas penyakit? Pernah vaksinasi?" kata dr. Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (29/12/2019).

Hal itu dikarenakan hewan yang mati meskipun kondisi terakhir terlihat baik-baik saja tidak bisa menjamin apapun ketika akhirnya diolah dan dijadikan hidangan untuk anggota keluarga.

 "Kelihatan sehat tidak sama dengan bebas penyakit loh. Kalau peternakan kan memang secara khusus dipantau, diberi vaksinasi, registered, bahkan sapi-sapi ada capnya," jelas dr. Tan.

Tidak dibenarkan

Untuk itu, mengonsumsi daging bangkai dengan alasan apapun sangat tidak dibenarkan.

Di dalam dunia kesehatan, terdapat 2 pembagian secara umum penyakit yang bersumber dari hewan atau zoonotic diseases.

Pertama adalah parasit atau bakteri yang tidak secara langsung membuat hewan mati, namun berbahaya bagi manusia.

"Yang paling terkenal tentu Tifus, Salmonella. Makanya makan telur mentah atau ayam mentah mending dipikir seribu kali. Telur dan daging ayam adalah media terbaik buat kembang biak kuman Tifus," jelasnya.

Sementara yang kedua, adalah penyakit yang membuat hewan bersangkutan mati. Misalnya TBC, septikemi (infeksi menyeluruh dalam darah), pneumonia, tumor/kanker, peritonitis (infeksi rongga perut) yang terjadi di hewan ternak seperti sapi.

Bisa juga seperti virus flu babi yan menewaskan banyak babi di Sumatera Utara.

"Memang ada jenis-jenis penyakit hewan yang tidak menulari manusia, tapi bukan berati kita anggap enteng," sebutnya.

Ia pun mencontohkan virus flu burung yang semula tidak banyak diketahui masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, sistem imun manusia menurun akibat kebiasaan hidup yang tidak teratur, virus ini pun dengan mudah menyerang manusia.

"Jadi yang terbaik mengonsumsi hewan tentu yang sudah terverifikasi oleh keamanan pangan, dalam hal ini kita beli dari rumah penyembelihan resmi yang biasanya para penjual ayam atau daging di pasar mendapat pasokannya dari sana," imbuh dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berikut Bahaya Konsumsi Daging Babi Menurut Para Ahli Gizi"

Berita Terkini