Opini Pos Kupang

Bangun NTT Mulai dari Toilet

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Oleh: Anselmus Sahan, Dosen Universitas Timor, Kefamenanu

POS-KUPANG.COM - Sejak Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi menduduki kursi orang nomor 1 dan 2 NTT, salah satu program yang dibangun di luar program utama pembangunan yang mereka sudah kampanyekan ialah toilet. Konon, ketika melakukan kunjungan ke seluruh pelosok Flobamora, hal pertama yang Pa Gubernur ini lakukan ialah mengontrol kebersihan toilet. Banyak orang mungkin bertanya-tanya untuk apa dia lakukan ini. Pertanyaan yang sama juga menggelora di dalam batin saya.

Ketika saya mengunjungi sebuah SMA di Kota Kefamenanu dan berbincang dengan seorang kepala sekolah, saya merasa terganggu dengan bunyi air dan garukan dari dalam toilet di sekolah itu. Spontan saya bertanya kepada sang kepala sekolah, siapa di dalam toilet dan apa yang dilakukannya. Sahabat saya menjawab, ada petugas kebersihan sekolah (orang biasa sebut sekarang cleaning service) sedang membersihkan toilet. Terus saya bertanya lagi, "Untuk apa dan apa memang selama ini kurang bersih?" Dia mengatakan bahwa Pa Gub akan mengunjungi sekolahnya.

Beberapa Rekomendasi Persiapan Persalinan untuk Ibu Hamil di Tengah Pandemi Covid

"Biasanya, jika ke instansi mana saja, Pa Gub akan langsung masuk toilet dan jika toilet kotor dan jorok, dia akan memarahi pimpinan di sebuah instansi yang dia kunjungi," kata kepala sekolah tersebut. Saya hanya terpana dengan penjelasannya. Sekadar bernostalgia, pada tahun 90-an ke bawah, masih sangat banyak masyarakat di desa-desa yang tidak mempunyai tempat MCK (mandi, cuci dan kakus/toilet).

Pemkab Sumba Timur Simulasi Pemakaman Jenazah Covid-19, Sekda Domu: Supaya Petugas Terampil Bekerja

Jika mau buang air besar (BAB) dibuang disembarang tempat. Tetapi saat ini sudah cukup banyak yang telah memiliki MCK yang permanen. Walaupun masih ada juga yang belum memiliki MCK.

Toilet, DBD dan Corona

Saya yakin, semua warga kota memiliki kualitas toilet yang bagus. Sebuah toilet yang bagus biasanya dilengkapi dengan air secukupnya, sabun cuci tangan dan pengharum serta penerangan yang baik. Kondisi fisiknya pun ada yang cukup bagus dan ada yang sangat bagus sesuai kemampuan pemiliknya. Ada juga toilet yang bergabung dengan kamar mandi keluarga dan menyatu dengan rumah atau toilet di dalam rumah. Namun ada juga toilet yang dibangun sendiri atau terpisah dari rumah induk. Ini berada di luar rumah.

Menurut saya, keluarga yang sehat saat ini sesungguhnya harus berpusat pada kebersihan toilet, yang dilengkapi dengan tersedianya air mandi atau cuci tangan, sabun dan penerangan. Kondisi ini menjadi syarat mutlak. Namun, ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan aspek kesehatan lainnya seperti kebersihan lingkungan, sanitasi, dan pembuangan sampah.

Imbauan Pemerintah tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan perilaku sehat bagi masyarakat semakin kencang hembusannya di saat munculnya demam berdarah (DBD) dan virus Corona (atau Vovid-19). Di NTT saja, DBD tahun ini muncul pertama kali di Maumere dan daerah-daerah lainnya. Petugas kesehatan menghabiskan banyak tenaga dan pikirannya untuk menyelamatkan nyawa manusia, terutama anak-anak, yang menjadi sasaran empuk penyerangan virus DBD.

Kampanye hidup sehat terus mergema seantero daerah dan menghendaki agar masyarakar benar-benar serius membersihkan lingkungannya.

Belum selesai pergulatan petugas kesehatan dengan DBD, tiba-tiba virus Corona menyerang warga Jakarta. Hanya dalam waktu beberapa hari, virus ini menyerang warga Yogya, Bandung, Banten, Semarang, Surabaya dan provinsi-provinsi di luar Pulau Jawa.

Menghadapi virus Corona, Pemerintah telah menerapkan banyak kebijakan, seperti menghentikan penerbangan dari luar negeri, yang mencakup negara-negara yang masyarakatnya telah diserang virus Corona. Di dalam negeri, banyak tempat wisata, kantor, pabrik, sekolah, dan mall ditutup.

Pergulatan Pemerintah terus bergerak. Banyak daerah yang telah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bahkan, ada wilayah tertentu yang menerapkan lockdown bagi orang-orang yang masuk ke wilayahnya.

Harus diakui bahwa tidak pernah ada masyarakat yang mengundang agar virus ini masuk ke Indonesia. Ia datang melalui saudara dan saudari kita dari luar negeri. Ia menyebar melalui ikatan persaudaraan yang telah kita praktikkan di dalam kehidupan bersama selama ini, seperti saat bertemu, kita pasti saling berjabat tangan, berpelukan, berciuman dan saling menepuk pundak, atau berbicara sangat dekat dengan tamu atau kelaurga yang baru bertemu dengan kita.

Kini, di saat si Corona datang, dan hidup di tengah kita, ikatan social itu `terancam' putus untuk sementara dan mata rantai penyebarannya akan putus di saat kita mempraktikkan imbauan Pemerintah untuk melakukan pola hidup yang sehat, seperti mencuci tangan, menjaga jarak dan menggunakan masker.

Salah satu pola hidup sehat yang tidak kalah penting ialah memperhatikan kebersihan toilet. Ingat, membludaknya jumlah pasien DBD itu karena mayoritas masyarakat memiliki toilet tetapi sangat sedikit yang peduli dengan kebersihannya. Menurut ahli kesehatan, DBD itu menyebar melalui nyamuk dan binatang ini, senang hidup di toilet yang jarang dibersihkan atau airnya ditampung. Apalagi jika penerangannya suram, tidak ada ventilasi dan pintu tolietnya reot, maka nyamuk akan dengan mudah bersarang di dalam toilet tersebut. Nyamuk akan menyimpan telur di dalam air dan dua-tiga hari kemudian bakal menetas dan melahirkan nyamuk-nyamuk baru yang siap menggigit tuan rumah.

Di sisi lain, toilet juga patut dibersihkan di saat virus Corona masih menunjukkan taringnya untuk menyerang siapa saja. Warga yang meremehkan toilet bisa mudah diserang virus Corona. Di toilet, penderita Corona bisa memegang apa saja, seperti daun pintu, gayung dan keran air. Inilah media yang memungkin Corona menetap sementara dan menunggu anggota baru untuk diserangnya.

"Gertakan" Pa Gub untuk membersihkan toilet memang bukan sebuah agenda besar pembangunan yang dia kampanyekan. Tetapi, saat ini, kepeduliaannya terhadap toilet menjadi kunci bagi teredamnya serangan DBD dan virus Corona. Kita tentu tidak mau lagi hidup di era 90-an ke bawah seperti diuraikan sebelumnya. Kita juga tidak mau agar kita memiliki rumah yang cukup baik tetapi mengabaikan kebersihan toilet.

Air Bersih dan Rumah Sehat dan Tantangannya

Salah satu bunyi imbauan Pemerintah untuk mencegah penyebaran DBD dan virus Corona ialah "mencuci tangan di air yang mengalir". Setidaknya, imbauan ini mengandaikan tiga hal. Pertama, semua masyarakat Indonesia menggunakan air PAM atau air yang mengalir dan ada di depan dan/atau di dalam rumahnya.

Kedua, masyarakat menggunakan air yang bersumber dari sumur yang kebersihannya terjaga dan memiliki debit yang cukup. Dan ketiga, masyarakat menggunakan air tengki, yang diantar oleh mobil tangki dan harus membayar sekitar Rp 50.000 hingga Rp. 100.000 pertangki.

Menurut data Statistik Air Bersih NTT Tahun 2018 (halaman 8), dilihat dari sumbernya, air baku yang diolah perusahaan air bersih sebanyak 38.420.386 m3. Dari jumlah tersebut, 75,44 persen (atau 28.984.546 m3) di antaranya bersumber dari mata air, air tanah sebesar 12,79 persen (atau 4.912.409 m3), air sungai 10,04 persen (atau 3.858.311 m3), dan dari sumber lainnya 1,73 persen (atau 665.121 m3).
Data dalam Statistik Perumahan Provinsi NTT tahun 2019 (halaman 32-40) disebutkan bahwa setengah dari rumah tangga di NTT mengkonsumsi air minum yang berasal dari mata sumur/mata air terlindung (54,42 persen).

Sumber air minum terbanyak berikutnya adalah leding (15,20 persen), diikuti sumber air tak terlindung (14,99 persen), air kemasan bermerk/isi ulang (9,89 persen) dan sumur bor/pompa (5,50 persen). Ini menunjukkan bahwa leding belum menjadi pilihan utama sebagai sumber air minum, padahal leding merupakan upaya pemenuhan kebutuhan air yang diusahakan oleh pemerintah. Hal ini harus menjadi tantangan bagi perusahaan penyedia air leding untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas air leding yang sehat, berkualitas, terjangkau sehingga dapat membuat masyarakat beralih menggunakan air leding sebagai sumber utama air minum.

Selain itu, masih ada (menurut data sekitar 15 persen) rumah tangga yang sumber utama air minumnya berasal dari sumber air tidak bersih seperti mata air tak terlindung. Kondisi ini tentu patut diperhatikan, mengingat air minum merupakan kebutuhan krusial manusia yang harus terjaga kebersihannya. Kabar baiknya, 74,48 persen rumah tangga di NTT telah memiliki jamban sendiri, sedangkan 12,80 persen rumah tangga memiliki fasilitas buang air besarnya dengan jamban umum. Secara rata-rata masih ada sekitar 13 persen rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB.

Air sebagai kebutuhan hidup yang vital, yang penggunaaannya tidak hanya terbatas untuk minum, tetapi juga digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, cuci, dan lain sebagainya, tentu perlu diperhatikan kebersihan dari sumber air tersebut. Sumber air yang bersih dan sehat harus dijauhkan dari sumber pencemar yang dapat merusak kualitas air. Sumber pencemar diantaranya adalah jamban, air kotor/comberan, tempat penampungan akhir kotoran, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan sumur/saluran resapan.

Kenyataan yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat memiliki sumber air bersih. Di daerah saya, sumber air bersih berasal dari Mutis. Airnya bisa langsung diminum. Sayangnya, air itu hanya mengalir ke wilayah-wilayah tertentu. Jika ada masyarakat yang mau berlangganan, harus antri di Kantor PAM.

Bahkan, sampai sekarang, ada yang masih bermimpi untuk memperoleh air bersih.
Sepertinya, imbauan "cuci tanan di air mengalir" bakal kurang efektif pelaksanaannya karena terkendala sumber air bersih masyarakat kita. Di samping itu, sumber air bersih akan membantu masyarakat untuk rajin menjaga kebersihan toilet sebagai tempat pembuangan terakhir dari hajatannya.

Kita patut bersyukur sebab sampai kini hanya ada 11 warga kita yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kita berharap, saudara kita itu akan lekas sembuh dan kita yang lainnya tetap bebas dari serangan virus ini. Karena itu, Pemerintah NTT juga berkewajiban untuk peduli dengan sumber air bersih masyarakat sehingga kita semua benar-benar siap menghadapi serangan DBD dan virus Corona. Terutama, agar impian kita ialah wajah NTT bersinar sumriah tidak saja oleh keberhasilan sumber daya manusia dan alam yang handal tetapi itu semua harus dimulai dari rumah tangga kita sendiri. (*)

Berita Terkini