Para Peneliti Ungkap Pandemi Virus Corona di Indonesia Akan Berakhir Bulan Juni, Ini Pertimbangannya
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Para peneliti kembali melakukan kajian pemodelan untuk melihat potensi penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia.
Hasil prediksi optimis berakhir pada minggu akhir bulan Mei 2020.
Model yang digunakan dalam kajian prediksi ini adalah model probabilistik yang didasari atas data real atau Probabilistik Data-driven Model (PDDM).
Peneliti yang terlibat dalam kajian ini ialah Guru Besar Bidang Statistika di Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr rer nat Dedi Rosadi SSi MSc, alumni MIPA UGM Drs Heribertus Joko Kristadi MSI, dan alumni PPRA Lembaga Pertahanan Nasional RI Dr Fidelis Indriarto SSi MM.
• Najwa Shihab Tiba-tiba Sebut Syahrini Tebal Muka dan Percaya Diri Bak Ratu Sejagat, Ada Apa?
• Tak Disangka, Ternyata Ini Dia Pemain Asing Pertama Persib Bandung, Bukan Kuartet Polandia
Apa itu model PDDM? Model PDDM yang digunakan peneliti adalah model teori antrean dengan mengasumsikan proses pasien datang ke rumah sakit sebagai penderita Covid-19 positif mengikuti proses antrian Markovian.
Setelah dilakukan pencocokan model terhadap data total penderita Covid-19 positif ,maka peneliti mampu menjelaskan banyak fenomena penting berdasarkan model yang digunakan itu.
Model PDDM merupakan penyempurnaan dari model statistika dasar yang dikembangkan oleh Heribertus Joko Kristadi.
Disampaikan oleh Dedi, model PDDM telah dicoba dan dibandingkan dengan berbagai model statistika, pembelajaran mesin atau machine learning, dan runtun waktu seperti kurva Gompertz, Logistic model, Model Eksponensial, ARIMA, dan lain lain.
Namun menurut dia, model PDDM ebih baik untuk menggambarkan total data penderita Covid-19 daripada prediksi berdasarkan model matematika dinamik.
Ditambahkan oleh Fidelis, hasil analisis yang bombastis dan estimasi yang kurang akurat sebelumnya dikhawatirkan menambah keresahan masyarakat dan rawan dimanfaatkan secara kurang bijak oleh pihak-pihak yang punya kepentingan.
• Pasangan Artis yang Dirumorkan Cinlok Saat Syuting Drama Korea, Mulai Park Min Young hingga Hyun Bin
• Pasangan Artis yang Dirumorkan Cinlok Saat Syuting Drama Korea, Mulai Park Min Young hingga Hyun Bin
"Model dinamik matematik yang digunakan oleh beberapa pihak memberikan prediksi yang terlalu berlebihan dengan eror yang sangat tinggi dan direkomendasikan untuk digunakan dengan kehati-hatian untuk Indonesia," ujar Fidelis.
Kenapa harus model PDDM? Setidaknya ada dua alasan utama kenapa para peneliti memilih model PDDM dalam memprediksi potensi akhir pandemi Covid-19 di Indonesia.
1. Berkemampuan seperti machine learning
Menurut Dedi, meskipun model PDDM sederhana, tetapi mampu memberikan akurasi prediksi satu harian ke depan yang sangat baik.
Bahakan, disebutnya sebanding dengan kemampuan prediksi model machine learning yang kompleks seperti model jaringan syaraf tiruan maupun model lebih canggih lainnya.
2. Punya keunggulan lebih
Ada sejumlah keunggulan pada model PDDM ini, kata Dedi, yang tidak dimiliki oleh model-model lain yang diuji dan dikembangkan sebelumnya.
• Kabar Bahagia, So Ji Sub Resmi Nikahi Mantan Reporter Cantik Cho Eun Jung, Selamat!
• Resmi Menikah, Inilah 5 Fakta Cho Eun Jung, Istri Aktor Drama Korea So Ji Sub, Beda Usia 17 Tahun
Berdasarkan model PDDM, rata-rata eror kesalahan prediksi selama 2 minggu terakhir hanya sebesar 1,5 persen.
Setelah diujikan prediksi ke depan selam 4 hari terakhir sejak 26 Maret, eror yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen yakni maksimum sebesar 0,9 persen dan minimum 0,18 persen.
"Keunggulan lainnya dari model PDDM adalah kemampuannya untuk memprediksikan waktu terparah dan waktu berakhirnya pandemi Covid-19 ini di Indonesia," kata Dedi melalui keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Selasa (7/4/2020).
Dengan model PDDM, Dedi menyebutkan diperkirakan penambahan maksimum total penderita Covid-19 per hari adalah di sekitar minggu kedua April 2020, yakni disekitar 7 - 11 April 2020.
Dengan penambahan lebih kurang 185 pasien per hari, dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya.
Berdasarkan data yang ada diperkirakan pandemi akan berakhir lebih kurang 100 hari setelah 2 Maret 2020 yakni disekitar tanggal 29 Mei 2020.
Maksimum total penderita Covid-19 positif adalah sekitar 6174 kasus.
• Resmi Menikah, Inilah 5 Fakta Cho Eun Jung, Istri Aktor Drama Korea So Ji Sub, Beda Usia 17 Tahun
• Ternyata Bisa Cegah Diabetes hingga Kanker, Ini 10 Manfaat Buah Rambutan, YUK Simak Faktanya
"Sejak pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil," ujar dia.
Catatan hasil prediksi bisa berhasil Akurasi prediksi kasus konfirmasi positif Covid-19 melalui model ini, presentase eror seringkali didapati di bawah angka 1 persen.
Tetapi, para peneliti tetap menyarankan agar mudik lebaran tidak dilakukan dan kegiatan selama berkumpul di bulan Ramadhan ditiadakan.
Intervensi pemerintah melalui parsial lockdown dan social - physical distancing yang ketat terus harus dilakukan sampai pandemi benar-benar berakhir pada awal Juni 2020.
Hal itu disebabkan, akurasi prediksi sebelumnya didasari atas data penderita sampai tanggal 26 Maret 2020.
Selain itu, diasumsikan telah adanya intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ke-3 bulan Maret 2020 dan telah berhasil.
Sementara itu, efek pemudik dari kota besar yang terdampak Covid-19 saat awal aturan social - physical distancing baru diberlakukan, diasumsikan oleh para peneliti tidak signifikan.
"Model ini juga masih membatasi bahwa efek-efek eksternal lainnya seperti suhu udara, jumlah populasi, kepadatan penduduk, dan lain-lain, diasumsikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penderita," tutur Dedi.
Oleh para peneliti model PDDM ini akan terus di perbaharui setiap hari sehingga prediksi dari model PDDM akan betul-betul mencerminkan perubahan dari data yang ada.
Masih menurut Dedi, kajian yang mereka sampaikan didasari oleh skenario optimis.
Namun dapat pula di gunakan untuk menguji berbagai skenario akibat intervensi dan atau pengaruh faktor-faktor penting eksternal Sebagai contoh, dengan model ini dapat disimulasikan efek apabila terjadi kenaikan penderita Covid-19 pada minggu akhir Maret 2020 dikarenakan banyaknya pemudik dari kota besar yang terdampak Covid-19 ke daerah-daerah lain.
* 6 Pertanyaan Ini Jawab Apakah Saya Terinfeksi Corona hingga Bagaimana Mengatasi Virus Covid-19
Gejala Virus Covid-19 sangat bervariasi, dan banyak di antaranya yang tidak menunjukkan gejala atau minim gejala.
Orang yang terinfeksi corona tanpa gejala inilah yang memungkinkan penyebaran makin luas.
Oleh sebab itu, banyak negara menggalakkan tes corona untuk mengetahui seberapa banyak orang yang terinfeksi corona di negaranya.
Hal yang mungkin banyak ditanyakan orang adalah bagaimana mengetahui terinfeksi corona atau tidak, dan bagaimana seharusnya bersikap jika Anda berpikir terinfeksi?
Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan orang dan jawabannya menurut ahli seperti dilansir The Guardian, Minggu (5/4/2020).
1. Adakah cara untuk mengetahui seseorang pernah terinfeksi Covid-19?
Dr. WIlliam Hillmann selaku direktur rumah sakit umum di Massachusetts menjawab saat ini tidak ada tes yang dapat menjawab pertanyaan itu.
"Kami sedang mengembangkan tes antibodi untuk memeriksa infeksi Covid-19 sebelumnya. Tapi hal ini belum siap untuk penggunaan klinis," katanya.
Dia melanjutkan, satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah seseornag terinfeksi virus corona atau tidak adalah mengujinya.
2. Bisakah saya terinfeksi Covid-19 tanpa menunjukkan gejala?
Hillmann mengatakan, banyak orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala dan tidak tahu bahwa mereka mengidap Covid-19 karena hanya muncul gejala ringan seperti pilek dengan hidung tersumbat dan sakit tenggorokan.
Atau hanya mengira sedang flu karena merasakan demam tinggi, nyeri otot, sesak napas, dan batuk.
Semua gejala itu muncul, hingga gejala yang paling parah adalah gangguan pernapasan dan membutuhkan perawatan.
Penelitian terbaru menunjukkan, kehilangan indra penciuman dan perasa juga merupakan tanda-tanda infeksi Covid-19.
3. Berapa presentase orang terinfeksi Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala?
Dokter David Buchholz selaku asisten profesor pediatri di pusat medis Irving Columbia University mengatakan, tes Covid-19 di New York hanya menguji orang yang paling sakit.
"Kami tidak tahu berapa angka pastinya," kata dia.
Namun, sebuah penelitian di China menemukan bahwa 86 persen orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
4. Apakah orang yang asimptomatik alias tidak menunjukkan gejala juga menularkan virus?
Hillmann menegaskan, sebagian orang yang terinfeksi tapi sama sekali tidak menunjukkan gejala dapat menularkan virus SARS-CoV-2 ke orang lain.
"Namun kami tidak tahu berapa lama mereka dapat menularkannya. Karena pada saat ini kami tidak memiliki jenis pengujian untuk melihat kasus infeksi tanpa gejala," kata Hillmann.
Dia melanjutkan, ketika orang terinfeksi dan menunjukkan gejala mereka pasti dapat menularkan virusnya.
Satu sampai dua hari sebelum gejala muncul, kemungkinan besar orang yang terinfeksi juga menularkan virus.
Ketika virus lemah dan mulai sembuh, orang tersebut masih bisa menularkan virus selama beberapa hari.
"Kami memiliki beberapa bukti penularan masih terjadi bahkan beberapa minggu setelah gejala sembuh. Sulit untuk mengetahui apakah itu virus hidup yang masih dapat menginfeksi seseorang, atau apakah itu hanya virus mati yang ditumpahkan tubuh," ungkapnya.
5. Apa yang harus dilakukan jika curiga terinfeksi Covid-19, tapi tidak tahu pasti?
Buchholz mengatakan, kita semua harus menjadi panutan untuk orang lain.
Hal yang bisa dilakukan adalah menjaga jarak minimal dua meter dengan orang lain.
Hal yang sama pun disampaikan Hillmann.
Dia mengatakan, selain menjaga jarak dengan orang lain kita juga harus menjaga kebersihan tangan.
6. Jika saya pernah terinfeksi, mungkinkan akan kambuh lagi?
Buchholz mengatakan, hingga saat ini tidak ada bukti bahwa seseorang bisa terinfeksi Covid-19 lebih dari sekali.
"Lebih baik untuk menjaga kekebalan tubuh dalam beberapa waktu ke depan, setidaknya satu tahun agar tidak terinfeksi Covid-19," ungkapnya.
* WASPADA! Ini Deretan Kasus Pasien Terinfeksi Virus Corona Tanpa Gejala, Tanpa Demam, Hanya Haus
Masyarakat diimbau terus meningkatkan kewaspadaan karena saat ini, mereka yang terinfeksi Virus Corona menunjukkan tanda-tanda yang tanpa gejala atau mereka yang disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Angkanya juga mencengangkan karena hampir 60% pasien corona atau Covid-19 tidak merasakan gejala gangguan kesehatan apapun.
Fenomena OTG ini dikemukakan Juru Bicara Presiden untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto.
"Hati-hati, sekarang gambaran yang terbanyak, hampir sekitar di atas 60 persen atau ada yang mengatakan sampai 70 persen penderita positif Covid-19 tanpa gejala," kata Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin (6/4/2020).
Dalam istilah jangkitan Covid-19, orang-orang ini disebut dengan OTG atau orang tanpa gejala.
Oleh karena itu, Yuri tetap meminta masyarakat menunda mudik dan tidak bepergian.
Berikut sederet kasus-kasus pasien corona tanpa gejala di sejumlah daerah yang dirangkum oleh Kompas.com:
1. Hanya merasa kehausan
Salah seorang pasien yang sempat dinyatakan positif corona dan tak mengalami gejala adalah warga Solo, Jawa Tengah, Purwanti.
Purwanti yang saat ini telah dinyatakan sembuh mengungkapkan, dirinya tak merasakan sakit apa-apa saat dinyatakan positif Covid-19.
Ibu tiga anak itu bercerita dirinya sama sekali tak mengalami demam, batuk, pilek atau sesak napas.
Tetapi anehnya, ia terus-menerus merasa kehausan.
"Waktu dirawat saya ditanya dokter, keluhannya apa, ndak ada. Cuma waktu itu di rumah sakit itu rasane ngelak (rasanya haus) gitu lho, Pak. Mimun terus gitu rasane (rasanya) cuma itu thok (saja)," tutur dia.
Purwanti meyakini kondisi tanpa gejala itu dipengaruhi daya tahan tubuhnya.
Ia mengatakan, rutin mengonsumsi empon-empon semejak almarhum suaminya yang lebih dahulu terinfeksi Covid-19 dirawat di rumah sakit.
2. Dialami 30% pasien positif Covid-19 di Sumbar
Sebanyak 30% dari total pasien positif Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) terdeteksi tanpa gejala seperti batuk, sesak napas dan demam.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Andani Eka Putra.
"Betul, 30% lebih atau lima dari total pasien Covid-19 di Sumbar terdeteksi tanpa gejala," kata dia.
Lima orang tersebut terinfeksi dan dinyatakan positif setelah berkontak langsung dengan pasien positif lainnya.
"Mereka tanpa gejala dan hasil laboratoriumnya positif. Inilah yang perlu diwaspadai," kata Andani.
Andani memaparkan kondisi tanpa gejala ini bergantung pada kondisi imun.
"Kalau imunnya bagus yang terinfeksi ini tidak menunjukkan gejala. Namun, setelah itu virusnya semakin banyak dan imun menurun baru menunjukkan gejala," ujar dia.
3. Tak bergejala, diisolasi mandiri dan nekat keluar
Seorang pasien positif corona di Prabumulih, Sumatera Selatan nekat keluar naik ojek saat menjalani karantina di rumahnya. Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan, Yusri membenarkan perginya pasien tersebut dari rumah dengan menggunakan ojek.
Pasien bernomor 09 tersebut, kata Yusri, memang tak dikarantina di rumah sakit dan hanya menjalani isolasi mandiri di rumah.
Yusri menjelaskan, penyebabnya lantaran pasien tidak memiliki gejala seperti yang kebanyakan dirasakan oleh penderita corona.
Namun, lantaran nekat keluar, pasien lantas dijemput untuk diisolasi di rumah sakit.
"Info terakhir sudah dijemput PSC Dinkes untuk menjalani isolasi di rumah sakit," kata dia.
4. Di Malang, 3 OTG dinyatakan positif corona
Tiga orang tanpa gejala (OTG) dinyatakan positif virus corona baru atau Covid-19 di Malang.
Humas Satgas Covid-19 Kota Malang Husnul Muárif menjelaskan tiga orang tersebut kini menjalani isolasi mandiri di rumahnya.
Namun tiga pasien positif itu tetap dalam pengawasan ketat oleh petugas kesehatan setempat.
"Itu adalah kategori yang OTG. Jadi orang tanpa gejala tapi pernah kontak dengan PDP atau yang confirm positif," kata Husnul.
5. Bupati Karawang: Saya tak bergejala
Bupati Karawang Cellica Nurrachdiana merupakan salah satu pasien yang mengaku tak mengalami gejala dan dinyatakan positif corona.
Hal itu dikatakan oleh Bupati Cellica melalui akun Instagramnya pada Selasa (24/3/2020).
"Karena saya sendiri pun yang enggak bergejala dinyatakan positif," kata Cellica. Bahkan ia mengaku suhu tubuhnya normal.
Dengan kondisi itu, Cellica meminta masyarakat waspada karena penderita Covid-19 tak selalu terlihat sakit.
(Sumber: Kompas.com (Penulis: Perdana Putra, Riska Farasonalia, Aji YK Putra | Editor: Farid Assifa, Dony Aprian)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunakan Model PDDM, Peneliti Prediksikan Corona di Indonesia Berakhir Juni",
Penulis : Ellyvon Pranita