"Jadi uangku ya uang dari hasil kos-kosan itu," tandasnya.
Pada saat itu, Marion mengelola kos-kosan dengan jumlah kamar sebanyak delapan unit.
Tarif sewanya pun sama, senilai Rp 250 ribu per kamar, maka dalam sebulan ia menerima uang sebanyak Rp 2 juta.
Namun tentu saja penghasilan itu masih harus dibagi untuk biaya listrik, air, dan gaji untuk satu pria yang dipercaya menjaga kos-kosan.
Menariknya selama mengelola kos-kosan, Marion cukup tegas hingga terlihat seperti ibu kos galak.
Pasalnya, ia tak ragu mengusir siapa saja yang menunggak pembayaran hingga menegur penghuni kos atau tamu yang berisik dan buat onar.
Apalagi pada saat itu Marion hanyalah anak SMA, sementara mereka yang ngekos rata-rata anak kuliahan.
"Ada yang gak bayar tiga bulan, waktu itu dapet laporan dari kios punya papa mama di depan kosan yang disewa orang," ujarnya.
"Nah kan dia yang biasa jagain, bilang minta tolong dong ambilin duitnya. Aku tanya dong, ini belum bayar tiga bulan? Dia bilang iya," kenangnya.
"Langsung aku ke belakang, ku marahin, aku usir sampai mereka takut sama aku dan panggil aku kakak. Padahal aku anak SMA dan mereka anak kuliahan," jelasnya.
"Ada juga yang gak tertib, ribut, aku marahin tuh sama temen-temennya juga aku marahin," sambungnya.
"Habis aku ibu kosnya. Gak bisa kalau sampai ini kos kotor, ribut, karena nanti aku yang diamukin sama papa," tandasnya.*
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: Jadi Juragan Kos-kosan Sejak SMA, Marion Jola Tak Ragu Usir Penyewa Kamar yang Nunggak Bayar Tiga Bulan: Mereka Sampai Takut Sama Aku..