Seorang peternak babi di TTU ungkap dugaan faktor utama penyebab ratusan ekor babi mati di TTU
POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU-Rio Hartanto, seorang peternak babi di Desa Tapenpah, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara ( TTU) menduga, faktor penyebab utama dari matinya ratusan ekor ternak babi secara mendadak di daerah tersebut disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu.
Menurutnya, cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini seperti panas yang berkepanjangan dan hujan yang tidak menentu membuat ratusan ekor babi milik warga mati mendadak.
• Komisi IX DPR RI Dorong BP Jamsostek NTT Lindungi Pengrajin Tenun di Pulau Sumba
"Ini karena faktor cuaca juga. Cuaca ini kan tidak bersahabat. Hujan terus panas sekali. Sapi saja banyak yang mati," kata Rio kepada Pos Kupang melalui sambungan telepon selulernya, Jumat (21/2/2020).
Menurutnya, saat ini pemerintah sedang mengambil sampel darah babi untuk dikirim ke laboratorium peternakan yang ada di Medan, namun hasilnya belum keluar.
• Pojok Dialektika Jikom Undana Kupang Bedah Buku Potret Budaya Televisi Masyarakat Perbatasan
Rio mengatakan, karena hasil laboratorium belum keluar, maka siapa saja tidak bisa sembarangan menfonis kalau penyebab matinya ratusan ekor babi karena African swine fever (ASF) virus.
"Tapi harus diakui memang gejalanya mirip semua, diawali dengan demam. ASF itu juga demam," ungkapnya.
Rio mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh peternak saat ini adalah memberikan vitamin serta memperhatikan pakan yang diberikan kepada babi.
"Kuncinya kasi vutamin. Terus pakannya jangan memberikan makanan sisa. Lalu kebersihan dari kandang juga harus diperhatikan," terrangnya.
Menurutnya, jika para peternak memberikan vitamin secara rutin, kemudian pakan diberikan dengan lancar, serta kandang dibersihkan secara rutin, maka daya tahan tubuh babi akan meningkat.
"Nah kalau saya tahan tubuhnya meningkat, maka penyakit akan sangat sulit menyerang babi," terangnya.
Ketika ditanya apakah ternak babi miliknya juga mengalami hal yang sama, mati mendadak seperti yang dialami oleh warga lain, ungkap Rio, babi miliknya tidak mati mendadak seperti yang dialami warga.
"Mati hanya satu atau dua ekor saja. Tapi itu karena dipisahkan dari induknya, mungkin karena stres atau baku tendes. Tapi kalau penyakit tidak ada," ungkapnya.
Diakui Rio, pola peternakan miliknya menggunakan sistem bio security, sehingga tidak semua orang dapat masuk di kandang tersebut.
"Jadi kebersihan tetap terjaga. Saya semprot infektan, airnya juga saya kasih infektan untuk cuci kandang, karena kandang saya punya itu modern," terangnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)