POS KUPANG.COM--- Sembilan orang tewas akibat penembakan brutal di dua bar shisha di Hanau, Jerman, Rabu (19/2/2020).
Pihak berwenang di Jerman menyebut pelaku penembakan di dua bar tersebut adalah terduga ekstremis sayap kanan.
Pelaku penembakan yang menewaskan 9 orang tersebut diidentifikasi bernama Tobias R.
Kanselir Angela Merkel menyebut, ada banyak indikasi bahwa Tobias ber aksi didasari oleh rasisme.
Dilansir BBC Kamis (20/1/2020), Turki menyatakan lima warganya masuk ke dalam sembilan tewas dalam penembakan di bar shisa tersebut.
Harian Jerman Bild memberitakan, Tobias berusia 43 tahun, mempunyai izin kepemilikan senjata, dengan magasin peluru ditemukan di dalam rumahnya.
• Ini Misi Geoffrey di Laga Persib Bandung vs Tira Persikabo, Hanya Beberapa Menit Striker Maung
Jaksa penuntut memasukkan kasus ini sebagai terorisme, dengan si ekstremis sayap kanan ditemukan bunuh diri telah bunuh dan ditemukan tewas bersama ibunya.
Otoritas berwenang tengah memeriksa sebuah video yang diduga diunggah pelaku beberapa hari sebelum penembakan. Pelaku membicarakan tentang teori konspirasi sayap kanan.
Media setempat juga melaporkan, Tobias R menuliskan sepucuk surat pengakuan bahwa erangan itu terjadi di tengah meningkatnya kekerasan sayap kanan.
"Rasisme adalah racun. Kebencian adalah racun, dan racun ini sudah mengakar di masyarakat kita dan melakukan kejahatan," katanya di Berlin.
• Duet Geoffrey dan Wander Luiz Makin Tajam, Lini Depan Maung Bandung Makin Garang Liga 1 2020
Apa yang diketahui tentang penembakan tersebut?
Penembakan massal tersebut terjadi pada pukul 22.00 waktu setempat dengan targat pertama adalah bar shisa Midnight di pusat Hanau.
Setelah itu, Tobias diketahui berkendara ke daerah tetangga Kesselstadt, sekitar 2,5 kilometer jauhnya, dan menembaki Arena Bar & Cafe.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, dia berharap pemerintah Jerman bisa melakukan segala langkah yang diperlukan untuk menangkal serangan lain.
Serangan tersebut membuat polisi melakukan pencarian menggunakan helikopter, di mana awalnya mereka menduga ada lebih dari satu penyerang.