Ayahnya adalah pebisnis sukses, memiliki banyak cabang bank swasta.
Dengan uang ayahnya lah Sinaga dapat kuliah S2 dan S3 di Inggris sampai penahanannya pada 2/6/2017.
Ayah Sinaga juga menjadi sosok yang membayar apartemen Sinaga di pusat kota Manchester.
Satu-satunya keluarga yang datang di salah satu persidangannya adalah ibunya.
Ia datang pada sidang dengar pertama, tetapi selanjutnya tidak datang lagi, apalagi saat anaknya mengaku tidak bersalah.
Namun ibunya menuliskan pernyataan saksi, yang dilaporkan sebagai pembelaannya.
Gulfan Afero, konsulat Kedutaan Besar Indonesia di London menyebut keluarganya menggambarkan dia baik, pintar, rajin ke gereja untuk beribadah.
Saat memberikan dakwaan, Hakim Suzanne Goddard QC menyatakan langsung kepada Sinaga jika keluarganya "tidak tahu sama sekali tentang aslinya keburukanmu."
Polisi menemukan bukti Sinaga menarget setidaknya 190 korban.
Saat sidangnya, banyak pula yang mulai melaporkan kasus pemerkosaan mengarah ke pria tersebut.
Banyak pihak Indonesia menyatakan di media sosial jika Sinaga membawa malu bagi negara, ada juga yang meminta dia seharusnya dihukum mati.
Namun hukuman mati sudah dihapuskan di Inggris sejak tahun 1965.
Beberapa netizen juga menanyakan kondisi mental pria itu, tetapi Afero menyatakan jika pikiran pria itu sangat tenang.
"Aku bertemu dia 3 kali di penjara dan dia terlihat bahagia, sehat dan tenang," ujar Afero.
"Dia tahu apa yang dia hadapi dan dia tidak menunjukkan rasa menyesal karena dia bersikeras tidak bersalah."