Jalankan Program Kampung Literasi Kemendikbud Tunjuk Simpa Sio Institute

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Simpa Sio Institute ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia sebagai Lembaga yang layak menjalankan program kampung literasi.

Untuk menjalankan program kampung literasi Kemendikbud menunjuk Simpa Sio Institute

POS-KUPANG.COM | LARANTUKA - Menjalankan program kampung literasi, Simpa Sio Institute ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) Republik Indonesia sebagai Lembaga yang layak.

Hal ini ditandai dengan pembukaan selubung Baliho mini oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Sekretariat Daerah Kabupaten Flores Timur, Petrus Mado Maran di hari ketiga Kemah Budaya, di Pojok Baca Kampung Literasi Kosaro, Kelurahan Sarotari Tengah, Larantuka, pada Minggu, (17/11/2019).

Persib Isyaratkan Rombak Total Skuat Musim Depan, Ini Daftar Pemain Bakal Terdepak dari Tim Maung

Disaksikan perwakilan dari Kemendikbud, selubung baliho bertuliskan “Tiada Hari Tanpa Belajar” ini menjadi simbol Kelurahan Sarotari Tengah resmi menjadi kampung literasi yang dikelola tim kreatif lembaga arsip dan kajian yang didirikan Bernadus Tukan ini.

Pelaksana harian Lembaga Simpa Sio Institute, Magdalena Eda Tukan mengatakan, kabar baik ini sesungguhnya menjadi berkat bagi semua orang Flores Timur, dimana Kemendikbud memberikan perhatian yang serius untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Flores Timur khususnya anak-anak.

DPRD Sumba Barat Bersama Pemerintah Siap Bahas RAPBD Tahun 2020

“Sebenarnya kampung literasi ini menjadi berkat. Karena kalau kampung literasi sudah ada di satu tempat yang sudah memulai ini, maka dia akan “mengganggu” tempat, kampung, atau komunitas yang lain untuk bisa mewujudkan kampung literasi juga. Sehingga manfaat itu kan menjadi meluas,” kata perempuan yang akrab disapa Eda Tukan ini.

Bila ini terwujud, bukan tidak mungkin Eda mengatakan Flotim bisa dinobatkan menjadi Kabupaten Literasi. Ia mengatakan, Kemendikbud punya standar yang sangat tinggi untuk menetapkan sebuah kabupaten menjadi kabupaten literasi.

“Jadi selama ini orang berpikir keliru bahwa kita bagi-bagi buku, taman baca dimana-mana ujung-ujung sudah menjadi kabupaten Literasi. Itu salah. Mulai dari tingkat desa atau kelurahan kita kembangkan dengan tahapan-tahapan dan indikator-indikator yang memang ditentukan oleh kementerian,” terangnya saat dihubungi, Kamis (21/11/2019)

Lalu bagaiana Simpa Sio Institute berhasil meraih pengakuan dari Kemendikbud sebagai lembaga yang bisa menjalankan program kapung literasi? Eda mengisahkan semua proses ini dilewati tanpa sedikit pun mereka sadar sedang dinilai oleh Kemendikbud.

Proses ini dimulai saat Eda Tukan mewakili Simpa Sio Institute sebagai satu-satunya peserta dari NTT yang mengikuti kegiatan residensi pegiat literasi oleh Kemendikbud di Gowa, Sulawesi Selatan pada Agusus 2018 lalu.

Berbagai kegiatan mereka ikuti di sana di antaranya studi banding, berbagi cerita tentang praktik-praktik baik yang dilakukan komunitas atau lembaga di daerah mereka masing-masing hingga mereka menghasilkan tulisan internal kegiatan.

“Ini juga even pertama dari kementerian yang diikuti oleh Simpa Sio secara kelembagaan. Tanpa saya sadari secara otomatis kami terdaftar sebagai mitra. Ternyata Kemendikbud melakukan seleksi secara diam-diam,” tutur Eda.

Simpa Sio yang konsisten dengan kegiatan literasinya di seputar Kota Larantuka selalu dengan mudah dapat diikuti di media sosial facebook dan instagram. Beberapa kegiatan rutin mingguan dan kegiatan besar selalu mereka kabarkan.

“Jadi ternyata Kemendikbud mencari taman baca atau komunitas mana yang menurut mereka itu sudah layak. Dalam arti sudah  bisa dipercayakan untuk bagaimana mengembangkan sebuah program,” kisahnya.

“Lalu di akhir februari tahun 2019 mereka menghubungi kami dan mengirim beberapa surat dan informasi di email Simpa Sio. Setelah saya cek, hasilnya ternyata kami dinyatakan lolos seleksi untuk menjalankan program kampung literasi.”

Eda melanjutkan, kampung literasi ini dalam pehamannya secara administrasi dia hanya sebatas kampung. Baginya ini sebuah istilah untuk bagaimana gerakan menemukan minat baca itu lebih meluas.

“Misalnya yang Simpa Sio lakukan selama ini dengan anak-anak Simpa Sio, kami mungkin beberapa kali pergi roadshow dongeng ke beberapa keluarahan atau desa. Nah, itu yang dirasa baik,” tutur Eda Tukan.

Simpa Sio Institute akhirnya diundang ke Jogja untuk mengikuti Bimtek dan arahan menjalankan program kampung literasi. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui Simpa Sio Institute sebelumya mendapatkan penilaian akhir.

“Sehingga mulailah kami melakukan rapat koordinasi dan sejujurnya ini pengalaman saya berkoordinasi dan melakukan kerja sama dengan pemerintah. Selama ini kan kita independen. Dan puji Tuhan ternyata apa yang Simpa Sio lakukan selama kurang lebih tiga tahun itu dilihat oleh pemerintah pusat,” ungkap Eda.

“Karena waktu kami ngobrol-ngobroldengan mereka, mereka juga benar-benar mau cari orang yang murni, kelompok-kelompok yang benar-benar kerja dengan kerelaan waktu dan mereka lihat itu sangat luar biasa.”

Setelah mendapatkan lampu hijau dari Kemendikbud untuk mejalankan program kampung literasi, Simpa Sio Institute langsung bergerak cepat melakukan koordinasi dengan pemerintah  Flores Timur dan memilih Kelurahan Sarotari Tengah sebagai pilot project kampung literasi.  

“Kami diskusi dan kami kecilkan skalanya di tingkat kelurahan. Maksudnya apa, supaya besok-besok kalau ada replikasi maka replikasinya ada di kelurahan-kelurahan atau desa-desa yang lain,” Eda menerangkan.

Gayung pun bersambut, pemerintah Kelurahan Sarotari Tengah mendukung penuh gagasan dari Simpa Sio Institute ini. Mereka menunjuk tiga lokasi yang akan dijadikan pojok baca dibawah pengelolaan teknis Simpa Sio Institute.

Tiga lokasi pojok baca tersebut adalah Pojok Baca Kampung Literasi Kosaro samping Taman Doa Tuan Meninu, Pojok Baca di rumah salah satu warga di bagian utara Kelurahan Sarotari Tengah dan di Kompleks Posyandu yang diarahkan menjadi perpustakaan kelurahan.

Lalu apa yang disuport Kemendikbud? “Mereka membantu lebih kepada pengadaan buku. Karena memang kampung literasi itu salah satu indikatornya adalah adanya pondok-pondok baca di lingkup kelurahan atau desa itu,” Eda menjelaskan.

Dengan model kampung literasi seperti ini, Simpa Sio Institute akan tetap konsisten menjalankan programnya mulai dari menggelar buku untuk dibaca dan mendongeng secara rutin di setiap pojok baca.

Di samping itu, ada empat kegiatan besar rutin tahunan yang sudah mereka lakukan sebelumya, dimana kegiatan ini terintegrasi dengan program kampung literasi.

Empat kegiatan besar ini yaitu Festival Serwisu Berbuda selama satu pekan dan puncaknya pada hari anak tanggal 23 juli, kedua, Semiloka Pangan Lokal bersama ibu-ibu dasawisama, kegiatan Kemah Literasi Sains, dan Kemah Budaya.

Dua dari empat kegiatan ini mengalami tren peningkatan peserta selama dua tahun belakangan yaitu Festival Serwisu Berbuda  dan Kemah Literasi Sains . “Ini karena kepercayaan yang begitu tinggi dari orangtua untuk Simpa Sio Institute,” imbuhnya.

Eda menegaskan Simpa Sio Institute selalu membuka diri untuk semua kalangan baik sekolah, lembaga atau komunitas untuk berkolabrasi meningkatkan minat baca anak-anak Flores Timur.

“Walaupun ini di Sarotari Tengah tapi siapa pun boleh datang, mengundang atau bahkan mengajak kami untuk kita jalankan ini sama-sama,” ajak Eda.

Simpa Sio Institute sendiri memiliki 17 orang tim kreatif yang berasal dari berbagai daerah di Flores Timur. Bahkan beberapa anggota tim kreatif ini sudah mulai mengembangkan pojok baca di tempat mereka masing-masing. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO)

Berita Terkini