26) Di perguruan tinggi, misalnya, 90 persen Satuan Kredit Semester (SKS) isinya adalah mata-mata kuliah wajib yang materinya mungkin tak banyak berubah dengan materi dua atau tiga puluh tahun lalu.
27) Jumlah mata kuliah pilihan sangat sedikit sekali. Padahal, pada mata kuliah-mata kuliah pilihan ini kita punya kesempatan besar untuk mengadaptasi perkembangan serta perubahan baru yg terjadi di sekitar kita.
28) Pada pendidikan dasar dan menengah, saya menilai jumlah mata pelajaran di sekolah kita terlalu banyak, sehingga akhirnya tidak terjadi pendalaman materi, baik di kalangan siswa maupun guru.
29) Semuanya jadi terjebak pada jam pelajaran panjang. Kalau kita belakangan mengeluhkan minimnya pendidikan karakter, menurut saya itu terjadi karena waktu anak-anak kita banyak tersita di sekolah.
30) Pendidikan karakter itu adanya di lingkungan keluarga n lingkungan sosial, bukan di buku pelajaran. Kalau anak-anak waktunya habis di sekolah, kpn mereka bs menyerap nilai-nilai pendidikan lain yg hanya bisa disampaikan lewat institusi keluarga atau institusi sosial lainnya?
31) Kita butuh konsep yang matang terkait arah pendidikan nasional ini. Tapi, konsep yg baik dan hebat saja tidak cukup, jika tidak didukung oleh infrastruktur birokrasi yang kompatibel. Dua-duanya sama-sama harus diperhatikan oleh Menteri Nadiem. @Kemdikbud_RI
32) Namun, jika harus memilih, saya sendiri cenderung lebih memprioritaskan reformasi birokrasi daripada mengejar konsep yang canggih-canggih. Sebab, sehebat apapun menterinya, jika birokrasi di bawahnya memble, pendidikan kita tak akan banyak bergeser.
33) Sebaliknya, jika birokrasinya efisien, efektif dan adaptif, maka seburuk apapun menterinya, pendidikan kita akan tetap berlayar ke arah yang benar.
@Kemdikbud_RI
34) Sekali lagi, saya ingin mengingatkan Pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa pendidikan bukanlah tempat berjudi dan berspekulasi.
@Kemdikbud_RI
Nadiem Makarim: Saya Suka Hal-hal Rumit dan Sulit
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim mengaku, alasan dirinya menerima permintaan Presiden Joko Widodo untuk menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju karena merasa diberikan tantangan baru.
Hal itu disampaikan Nadiem ketika mengikuti rapat kerja bersama Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Nadiem mengatakan, ia menyukai hal-hal rumit dan sulit sehingga bertekad memberikan inovasi maupun lompatan baru dalam bidang pendidikan.
"Karena itulah saya menerima tantangan ini. Dan secara pribadi saya suka hal-hal rumit dan sulit," kata Nadiem Makarim.
"Banyak orang bilang, 'wah enggak mungkin dilakukan, diperbaiki'. Saya paling senang dengar itu. Sebelum membangun perusahaan saya, saya juga dibilang begitu, 'ini apa, enggak mungkin'. Tapi itu jadi energi buat saya," tuturnya.