POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Lokasi Pantai Harnus yang ada di wilayah Kelurahan Lewoleba Timur, Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata seringkali disalahgunakan oknum tak bertanggungjawab menjadi tempat mesum pada malam hari. Kondisi ini sering dikeluhkan warga Kota Lewoleba sebagai tempat 'ukur badan' para remaja dan kaum muda karena lokasinya yang gelap tanpa adanya lampu penerangan.
Kondisi ini juga turut diungkapkan Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata, Rofinus Laba Lasar. "Itu tempat yang paling ramai," ungkap Rofinus, Kamis (3/10/2019).
Selain maraknya praktik prostitusi terselubung di tempat-tempat hiburan malam di Kota Lewoleba, aktivitas mesum dan pergaulan bebas remaja dan kaum muda juga bisa jadi penyebab tingginya angka penderita HIV/Aids di Kabupaten Lembata.
• Unik, Warga Perbatasan dan TNI Kibarkan Bendera Raksasa di Puncak Manuaman Belu
Secara terpisah, Sekretaris Camat Nubatukan, Mustan Paokuma, membenarkan kalau sudah ada laporan dari warga kalau lokasi Pantai Harnus sering dijadikan tempat mesum.
Pada saat pihak kecamatan mengadakan kunjungan kerja di Kelurahan Lewoleba Utara, Kecamatan Nubatukan, kata Mustan, ada warga juga yang menyampaikan hal ini.
"Kami sudah sempat menyampaikan kepada bagian kelistrikan untuk bisa menambah sistem penerangan," urainya, Jumat (4/10/2019).
• Pilkada 2020 - Manggarai dan Manggarai Barat Belum Selesai Bahas Anggaran
Menurut laporan dari warga, Mustan menuturkan, ada orang yang memanfaatkan satu bangunan kosong di sekitar Pantai Harnus yakni gedung bekas yang dulunya dipakai sebagai Pos TNI AL sebagai tempat aktivitas mesum. Lokasi gedung itu sekarang mubazir dan tak terpakai lagi.
"Kita bukan darurat sampah yang kelihatan saja, tapi juga darurat sampah sosial. Ini bahaya."
Laporan lain dari warga adalah juga perihal kurangnya pengawasan pemilik kos-kosan di Kota Lewoleba sehingga disalahgunakan oleh pelajar dan orang dewasa.
"Selama ini kos ini kita lihat bangunan saja, pemiliknya ada di Larantuka, di Kupang. Mereka hanya membutuhkan uangnya saja. Mereka tidak pernah mengecek siapa yang menghuni kos itu. Kadang kos kosan itu ditempati laki-laki dan perempuan. Itu munculnya saat kami kunjungan ke Kelurahan Lewoleba Tengah," papar Mustan. Dia berharap masalah-masalah sosial semacam ini bisa segera diatasi.
Sama dengan Rofinus dan Mustan, Pengelola program HIV/Aids KAPD Lembata, Kornelia Nugi Baon juga merasa prihatin dengan areal Pantai Harnus dan sekitarnya yang acapkali disalahgunakan pada malam hari.
Bukan sebagai tempat rekreasi, tapi justru pantai yang dekat dengan Pelabuhan Laut Lewoleba itu dijadikan tempat maksiat anak muda. Situasi ini berbahaya karena bisa jadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus HIV/Aids di Lembata.
Kornelia menyebutkan kasus HIV/Aids yang selama ini terjadi di Kabupaten Lembata, 80 persen penyebabnya adalah karena seks bebas. Berdasarkan data yang dikeluarkan KPAD, dari total 27 pengidap HIV/Aids tahun 2019 di Lembata, setidaknya terdata ada 10 orang penderita berusia 20-24 tahun dan 9 orang penderita berusia 24-49 tahun.
Dia sangat berharap kasus ini bisa ditekan di masa mendatang dengan adanya koordinasi yang baik antar pihak pemerintah dan swasta.
Tren Kasus HIV/Aids di Lembata Meningkat
Pengidap HIV/Aids di Kabupaten Lembata meningkat tajam selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata, angka kasus HIV/Aids di wilayah ini mengalami peningkatan tajam sejak tahun 2016 yang berjumlah 49 kasus, pada tahun 2017 berjumlah 53 kasus, tahun 2018 berjumlah 66 kasus dan periode Januari-Agustus tahun 2019 ditemukan 27 kasus.
Dari total 27 kasus pada tahun 2019 ini, pengidap Aids berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang dan 16 orang berjenis kelamin perempuan.
Mirisnya, berdasarkan jenis pekerjaan, Ibu Rumah Tangga (IRT) menempati posisi teratas pengidap Aids terbanyak dari kategori pekerjaan yakni sebanyak 14 kasus, kemudian disusul petani sebanyak 8 kasus.
Dari jumlah 27 yang ditemukan positif mengidap HIV/Aids pada tahun 2019, di antaranya juga ada 5 penderita ibu hamil; 3 orangnya ditemukan di Kecamatan Nubatukan, 1 orang di Kecamatan Buyasuri dan 1 orang di Kecamatan Ile Ape.
Dari data ini juga kemudian diketahui bahwa jumlah kasus penyakit ini di Kabupaten Lembata juga paling banyak diidap warga berusia 20-24 tahun atau 34 persen dari total pengidap Aids pada tahun 2019, dan kemudian disusul penderita berusia 25-48 tahun sebanyak 9 kasus, 7 kasus yang berusia 50 tahun ke atas dan 1 kasus ditemukan pada anak berusia di bawah 4 tahun.
Dari total 27 kasus di tahun ini, pengidap Aids terbanyak berasal dari Kecamatan Nubatukan dengan jumlah 15 orang. Di tingkat Provinsi NTT, Kabupaten Lembata berada di posisi kelima pengidap HIV/Aids terbanyak setelah Kota Kupang, Kabupaten Belu, Sikka dan Manggarai. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)