NTT Kebut Tiga Terminal Barang Internasional, Dorong Ekspor Impor

Penulis: Teni Jenahas
Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengerjaan Terminal Barang Internasional di Desa Humsu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Jumat (5/7/2019).

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Terminal Barang Internasional (TBI) mulai dibangun di tiga lokasi berbeda, yaitu Wini (Kabupaten Timor Tengah Utara), Motaain (Kabupaten Belu) dan Motamasin (Kabupaten Malaka). Tahapan pengerjaan awal sudah dilakukan, di antaranya pembersihan lokasi proyek.

Pembangunan TBI Wini dengan lokasinya di Desa Humsu Wini, Kecamatan Insana Utara. Tidak jauh dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Wini. Saat ini sudah memasuki tahap persiapan dan pembersihan lokasi proyek.

"Jadi pekerjaan ini sudah masuk tahap pekerjaan persiapan, dan pekerjaan striping. Striping itu tahap pembersihan lokasi," kata Inspektor Lapangan dari CV. Hasta Perkasa Engineering, Yopi Lodo saat ditemui di lokasi proyek Desa Humsu Wini, Jumat (5/7/2019).

NTT Potensial Pasar Pinang, Pedagang Jual 2 Ton Sepekan

Menurut Yopi, pembersihan lokasi proyek seluas 17.000 meter persegi (m2) sejak 21 Mei sehingga sudah hampir selesai. "Sesuai dengan kontrak, kita mulai kerja sudah pada bulan pertama minggu terakhir. Karena jadwal kontraknya sejak tanggal 21 Mei 2019," terang Yopi.

Yopi menjelaskan, pengerjaan proyek TBI Wini memakan waktu enam bulan ke depan. "Jadi pekerjaan ini dilaksanakan dengan jangka waktu selama 180 hari terhitung sejak tanggal 21 Mei 2019," sebutnya.

Yopi optimis perusahaan dapat mengerjakan proyek itu, karena didukung dengan armada yang banyak dengan material tersedia di tempat. "Artinya bahwa material sudah mulai diangkut ke lokasi proyek sehingga kami yakin bisa selesai sesuai target yang ada di dalam kontrak."

Pemprov NTT Intervensi Budidaya Tanaman Pinang

Pada Jumat siang itu, eksavator dan walas ada di lokasi proyek. Dua alat berat itu melakukan pembersihan dan penggalian. Selain itu, terdapat beberapa truk besar dan kecil mengangkut material batu. Juga terlihat tumpukan tanah sisa galian. Beberapa tumpukan batu krikil terlihat di sana. Namun di lokasi proyek tidak ditemukan papan informasi proyek.

Pengerjaan TBI Wini dikerjakan PT Timor Indah Mandiri. "Proyek ini dikerjakan PT. Timor Indah Mandiri. Sementara CV. Hasta Perkasa Engineering sebagai perusahaan pengawas," jelas Direktur PT. Timor Indah Mandiri, Sirlus Mau Talo saat ditemui di lokasi proyek.

Menurutnya, pembangunan TBI Wini menelan anggaran Rp 14 miliar lebih. Dana bersumber dari APBN tahun 2019 di Kementerian Perhubungan. Sedangkan lokasi proyek seluas 17.000 m2. "Sesuai dengan kontrak yang ada, waktu yang diperlukan untuk mengerjakan proyek ini selama 180 hari kerja, dan kita sudah mulai kerja sejak tanggal 21 Mei lalu," terangnya.

Jepara Klaim Tenun Ikat Sumba Timur

Sirlus optimis perusahaannya bisa menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut karena didukung dengan armada yang sangat memadai, seperti alat berat dan truk serta para pekerja yang trampil. "Selain itu, material kami juga sudah ada ditempat, jadi dengan waktu yang ada kami bisa selesai sesuai dengan target yang ada di dalam kontrak," ujarnya.

TBI Motamasin juga mulai dibangun. Lokasinya di Desa Matemauk, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka. Letaknya berada di pinggir jalan utama Betun-Motamasin, sekitar 500 meter dari PLBN Motamasin.

Lokasi proyek sudah dibersihkan, namun belum ada material bangunan. Ada alat berat di sana. Pembersihan lahan dimulai Selasa (2/7/2019), diawali dengan ritual adat. Operator alat berat, Efri Natonis yang mengatakan, kegiatan pembersihan lahan sudah hampir selesai.

DPRD NTT: Tarik Tenun Ikat Tiruan

Proyek pembangunan TBI Motamasin tahap I dikerjakan PT Tahta Timor Terpadu dengan nilai kontrak Rp 7 miliar lebih, bersumber dari APBN tahun 2019. Waktu pelaksanaan selama 180 hari terhitung tanggal 29 Mei 2019.

Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XIII Provinsi NTT, I Ketut Suhartana, S.SiT, MT melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Santo Igno Gelu, S.SiT, mengatakan, pembangunan tiga TBI di Provinsi NTT menelan anggaran Rp 37 miliar. "Dari toral itu, masing-masing untuk Motaain Rp 15 miliar, Wini Rp 15 miliar dan Motamasin Rp 7,5 miliar," kata Santo saat dikonfirmasi Senin (8/7/2019).

Santo menjelaskan perkembangan atau progres pembangunan ketiga TBI. Menurutnya, untuk Motaain tahap I telah mencapai 48 persen, Motamasin tahap I mencapai 4,3 persen dan Wini sudah mencapai 8,4 persen pada tahap I.

RAMALAN ZODIAK BESOK Sabtu 13 Juli 2019 Aries Tidak Percaya Diri Scorpio Bingung Libra Banyak Sabar

"Diharapkan pembangunan selesai tahun depan dan dapat dimanfaatkan pada 2021 mendatang," ujarnya.

Mengenai rekanan, Santo mengatakan, berbeda-beda sesuai hasil pemenang tender yang ditetapkan oleh Pokja Kementerian Perhubungan RI. "TBI yang dibangun ini diharapkan untuk mendukung ekspor dan impor barang antara negara perbatasan, terutama di NTT-Timor Leste," kata Santo.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT, Isyak Nuka, ST, MM mengatakan, pembangunan tiga TBI dilakukan oleh Kementerian Perhubungan melalui Satker di NTT. "Kita hanya lakukan koordinasi saja, begitu juga dengan anggarannya dari sumber APBN," kata Isyak.

Isyak Nuka (POS KUPANG/ OBY LEWANMERU)

"Tahun 2020 diharapkan bisa selesai sehingga segera dimanfaatkan. Pada tiga titik ini sudah ada PLBN," tambahnya.

Menurut Isyak, dengan adanya TBI maka semua arus barang yang akan diekspor atau diimpor harus melalui terminal barang tersebut.

Sementara itu DPRD Provinsi NTT menyambut baik pembangunan TBI di wilayah NTT. Sekretaris Komisi I DPRD NTT, Emanuel Kolfidus mengatakan, adanya pembangunan TBI tentu akan memberikan banyak peluang usaha terutama ekspor impor barang dari dan ke NTT.

"Rencana ini kita sambut baik, karena akan memberi manfaat lebih kepada NTT, antara lain, memperlancar mobilisasi barang, juga dari aspek ekonomi lokal akan semakin membaik," kata Emanuel.

Lewat OST BTS World, BTS Pecahkan Rekor OST Terlaris Kalahkan Drakor Winter Sonata Setelah 17 Tahun

Dijelaskan, adanya terminal barang juga akan membuat NTT semakin terkenal yang tentu baik untuk pariwisata dan jasa.

"Kami pada prinsipnya dukung,karena sarana tersebut dapat meningkat perekonomian masyarakat, selain itu dapat membuka akses ekspor impor dari dan keluar NTT," katanya.

Ganti Rugi Rp 2,2 Miliar

Warga Motamasin, Kabupaten Malaka menyambut baik pembangunan TBI. Menurut warga, terminal barang berdampak ekonomi serta ada warna kemajuan dalam bidang pembangunan di wilayah Motamasin.

Warga Metamauk, Paulus Bau Halek mengatakan, lokasi TBI tersebut merupakan tanah miliknya yang sudah diserahkan kepada pemerintah seluas 25.000 m2. Nilai ganti rugi senilai Rp 2,2 miliar, sudah dibayar lunas.

Derita Pasutri Patah Kaki di Sikka Sampai ke Telinga Presiden Jokowi

Paulus menuturkan, sejak awal pemerintah mencari lahan pembangunan terminal, banyak yang tidak rela menjual tanahnya. Pasalnya, harga yang diberikan pemerintah tidak sesuai dengan permintaan pemilik lahan.

"Dulu mereka (pemerintah-Red) tawar tanah di sebelah saya ini tapi terakhir tidak jadi karena soal harga. Terus saya bilang, saya ada tanah bisa bangun di saya punya tanah," kata Paulus.

Paulus rela menjual tanah dengan harga yang standar karena ia ingin daerah Motamasin terus maju, dibuktikan dengan adanya pembangunan PLBN Motamasin.
"Dulu coba kita tidak kasih tanah untuk bangun perbatasan pasti uang miliar tidak datang ke sini dan itu bangunan megah tidak ada," ujarnya.

Sepuluh Lokasi Wisata Favorit di Pulau Sumba Cuaca Cerah

Paulus mengatakan, dengan pembangunan TBI Motamasin maka ke depannya daerah itu semakin maju dan banyak terserap tenaga kerja baik saat proses pembangunan maupun setelah proyek selesai.

"Anggaran begitu besar jangan ditolak bawah ke sini karena nanti ada dampak untuk kita. Kalau pun bukan kita yang rasakan tapi anak-anak dan cucu kita yang rasakan nanti," tutur Paulus.

Menurut Paulus, lokasi TBI berada di Dusun Metamauk sehingga masyarakat Metamauk yang pertama mendapatkan dampaknya. Dusun itu didiami 65 kepala keluarga.

BREAKING NEWS : Kakek 81 Tahun Ditemukan Tak Bernyawah di Tepi Kali Boen Kabupaten TTU

Warga Metamauk lainnya, Benyamin Tefa juga mendukung proyek pembangunan TBI Motamasin. "Wilayah Motamasin yang dulu dengan sekarang sangat jauh berbeda. Dulu sebelum adanya PLBN, Motamasin sangat sepih, rumah-rumah pendududuk tidak terlalu banyak," kata Benyamin.

Pengusaha Antusias

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi NTT, Arthur Lay menyambut positif dan mendukung dibangunnya terminal barang internasional di Motaain, Motamasin dan Wini.

Arthur Lay bersama Presiden Jokowi (IST)

Ketika terminal tersebut dibangun dan berfungsi maka akan ada akses baru yang dibuka. Mulai dari lapangan pekerjaan, perkembangan sektor pariwisata, perhotelan dan lainnya.

"Setelah kita membangun, kita menyambut positif. Tetapi pertanyaannya ialah bagaimana kita mempersiapkan sektor ini? Bagaimana suport daripada pemerintah untuk mengembangkan? Jangan sampai kita hanya sekedar membangun terminal internasional tetapi konsep ke depan belum cermat. Bahwa kalau hari ini dibangun maka darimana, kemana, lalu tujuannya ke siapa saja, ada usaha apa yang bertumbuh, berapa banyak pendapatan yang akan berkembang, itulah yang harus dipikirkan dan menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama," tandas Arthur saat dihubungi Minggu (7/7/2019).

Renungan Harian Kristen Jumat 12 Juli 2019 Jangan Turut Menghakimi Seseorang Menurut Kata Orang!

Menurut Arthur, agar terminal tersebut dapat berjalan kontinyu dan komoditi dari NTT bisa mengisi peti kemas dari Surabaya maka pemerintah dan pengusaha harus duduk bersama membahas skema khusus terkait hal ini.

"Dari pulau Timor memiliki hasil yang baik, bukan peti kemasnya kosong. Kalau mau melihat dan cermati sudah ada akses peti kemas. Memang hasilnya belum banyak sehingga harus coba berpikir bersama bukan hanya material yang dipikirkan untuk dikirim tetapi seharusnya sudah terproduksi atau sudah sedikit siap," kata Arthur.

Arthur mengatakan ada skema khusus atau intervensi (stimulus) dari pemerintah sehingga pengusaha mampu, tidak hanya menjadi suplier tapi bisa membangun produksi.

VIDEO: Taman Nasional Komodo Dijadikan Destinasi Premium. Ini Kata Presiden Jokowi

"Contohnya kita kirim kopra maka sebenarnya kopra sudah ada produksi misalnya minyak. Sedangkan kalau kelapa harusnya diproduksi bukan hanya kirim gelondongan. Masyarakat lebih banyak mengirim gelondongan karena kebutuhan pasar. Masyarakat kecil membutuhkan uang yang cepat," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Arthur, pengusaha-pengusaha lokal harus mengambil peran itu. Para pengusaha diberikan stimulus dan skema sehingga memproduksi kopra dan dipastikan diterima oleh pengusaha lokal berapa pun jumlahnya.

Setelah memproduksi, kata Arthur, maka akan ada lapangan pekerjaan yang dibuka dan dengan sendirinya pendapatan daerah bertambah.

SIMAK YUK:Demi Membayar Kontrakan dan Baju Sekolah Anak, Warga ini Nekat Jadi Kurir Sabu

Ia menyebutkan contoh lainnya buah kelapa. Menurutnya, sabutnya bisa dipakai untuk jok, kasur, dan lainnya. Cangkang kelapanya bisa dibuat menjadi arang dan isi di dalamnya bisa menjadi kopra.

"Jangan kita kirim gelondongan terus diproduksi orang lalu kita impor lagi dari orang. Hari ini akses target pasar kita ada, bagaimana mampu berinvestasi maka itu kita perlu skema khusus, duduk bersama pemerintah dan pengusaha untuk membahas ini," imbuh Arthur.

Punya Produk

Pengamat Ekonomi Regional, Dr. James Adam mengatakan, pembangunan terminal barang di Wini, Motaain dan Motamasin, tiga lokasi sebagai pintu masuk wilayah NTT, memang sudah mesti ada untuk mendukung ekspor impor.

Dr. James Adam, MBA (DOK PK)

Namun karena selama ini barang ekspor dan impor masih melalui pintu Pelabuhan Tenau dan Surabaya sebagai pelabuhan transit, maka pemerintah daerah harus membuka ke tiga lokasi itu sebagai lokasi baru untuk in and out (keluar masuk) produk.

Jika pemda sudah memiliki produk yang akan di ekspor dan impor dalam jumlah besar maka pembangunan terminal barang di tiga lokasi tersebut menjadi penting.

Namun jika volume ekspor dan impor masih sedikit, maka lebih baik mengoptimalkan saja Pelabuhan Tenau dan Pelabuhan Perak sebagai transit sebab low cost (biaya rendah).

Renungan Harian Katolik Jumat 12 Juli 2019 Matius 10 : 16- 23 Tantangan Perutusan

Soal dampak ekonomi, jika fasilitas di tiga lokasi sudah tersedia dan volume produk meningkat maka yang pasti ekonomi daerah akan terdorong naik. Apalagi kantong-kantong ekonomi kecil di sekitar lokasi tersebut akan terbuka.

Untuk itu, pemda dan pengusaha lokal harus bisa membuat perencanaan dan strategi yang baik agar ketika ketiga lokasi itu dibuka, maka produk harus tersedia dan kontinuitas distribusi komoditas tidak boleh macet tetapi harus lancar setiap waktu.

"Oleh karena itu, harus dibuat analisa jangka panjang paling tidak 25 tahun berkaitan produk ekspor juga impor supaya pergerakan ekonomi nantinya tidak berjalan sesaat saja," kata James Adam. (jen/mm/yel/yen/yon)

Berita Terkini