"Oh lega, boleh tidur di bawah nggak saya?" ucap Ganjar mengulang perbincangannya dengan kondektur kereta.
"Kenapa pak?" ucap sang kondektur. "Aku ngantuk banget ini. Akhirnya saya tidur, ngorok saya," kata orang nomor satu di Jawa Tengah ini sambil terkekeh.
Foto Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang sedang tidur di lantai gerbong kereta, viral di media sosial dan menjadi perbincangan para netizen. Dari penuturan Ajudan Gubernur Jateng, Dwi Aseanto, ia membenarkan apa yang dilakukan sang Gubernur. Ganjar menata selimutnya sendiri untuk dijadikan alas tidur.
Dikutip dari wikipedia, H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 28 Oktober 1968 adalah Gubernur Jawa Tengah periode kedua yang menjabat sejak 5 September 2018.
Sebelumnya, ia adalah Gubernur Jawa Tengah periode pertama sejak 23 Agustus 2013 hingga 23 Agustus 2018 dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan periode 2004-2009 dan 2009-2013.
Selain itu, Ganjar juga menjabat sebagai Ketua Umum KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) periode 2014-2019 berdasarkan Kongres KAGAMA November 2014 di Kendar
Ganjar Pranowo dilahirkan dari keluarga sederhana di sebuah desa di lereng Gunung Lawu, Karanganyar dari ayah bernama S. Pamudji (1933-2017) dan ibu Sri Suparni.
Ganjar Sungkowo, demikian nama awalnya, merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Saudara kandung dari Ganjar Pranowo antara lain Pri Kuntadi, Pri Pambudi Teguh (salah satu hakim agung di Indonesia, yaitu Hakim Agung Kamar Perdata[3]), Joko Prasetyo, Prasetyowati, dan yang terakhir Nur Hidayati.[4] Ayah Ganjar Pranowo sendiri merupakan seorang polisi dan sempat ditugaskan untuk mengikuti operasi penumpasan Pemberontak PRRI/Permesta.
Seperti halnya Joko Widodo, Ganjar Pranowo juga memiliki kisah penggantian nama yang lazim terjadi pada tradisi anak-anak di tanah Mataraman zaman dahulu.
Nama asli dari Ganjar Pranowo adalah Ganjar Sungkowo yang berarti "Ganjaran dari Kesusahan/Kesedihan (Sungkowo)".
"Ganjar berarti hadiah dari Sang Pencipta, sedangkan nama belakang ini berhubungan dengan keadaan ketika Ibu mengandungku. Saat itu keluarga kami sedang banyak dirundung kesusahan. Sungkowo sendiri memiliki arti kesedihan," seperti dikutip di dalam novel "Anak Negeri; Kisah Masa Kecil Ganjar Pranowo".
Namun, ketika memasuki masa sekolah nama Sungkowo diganti dengan Pranowo. "Ibu dan Bapak takut kalau hidupku kelak selalu berkubang kesialan dan kesusahan bila memakai nama Sungkowo."