Pilpres 2019

Jokowi Lakukan Serangan Balik ke Prabowo, Dua Bulan Jelang Coblosan Tampil Lebih Agresif

Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo menyapa warga sekitar Tambora setelah meninjau kegiatan Pemodalan Nasional Madani alias PNM di Lapangan Bola Perisma, Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Rabu (8/1/2019).

POS-KUPANG.COM  - Ada Yang berbeda dengan gaya Kampanye calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi pada Akhir pekan Pertama Februari inisial.

Adapun Jokowi kini mulai agresif memainkan strategi menyerang.

Bahkan, Jokowi menjawab satu per satu menyatakan dan tudingan yang sebelumnya sempat dilontarkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan kubunya.

Selain itu, Jokowi pun bahkan melakukan serangan balik terhadap pasangan calon nomor urut 02 itu, yakni Prabowo - Sandiaga.

Salah satunya dengan cara menjawab pesimisme, misalnya terkait Indonesia yang disebut-sebut Prabowo akan bubar dan punah.

Joko Widodo alias Jokowi menyindir pihak-pihak yang menebar pesimisme dengan menyebut Indonesia akan bubar dan punah dalam waktu dekat.

Jokowi menilai narasi hanya menggiring masyarakat pada pesimisme. Jokowi menyetujui Indonesia adalah negara besar dengan 260 juta penduduk.

Prabowo Subianto Sebut Sri Mulyani Menteri Pencetak Utang, Begini Komentar Presiden Jokowi

Tagar KyaiMaimoenDoakanPrabowo Trending Twitter, Cuitan Fadli Zon hingga Videonya Viral!

8 Potret Cantik Maria Hostiana, Perwakilan Nusa Tenggara Timur di Ajang Puteri Indonesia 2019

Mengelola Indonesia, kata Jokowi, memang tidak mudah. Banyak tantangan yang menantang.

Untuk itu, menurut Jokowi, sikap optimistis harus dimunculkan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

"Masak ada yang bilang Indonesia bubar, punah. Bubar sendiri saja, punah sendiri saja. Tapi jangan ngajak-ngajak kita," kata Jokowi saat berbicara silaturahmi dengan paguyuban pengusaha Jawa Tengah, di Semarang Town Square, Semarang, Sabtu (2/2/2019).

Adapun Jokowi juga menjawab Prabowo yang membandingkan Indonesia dengan Haiti.

Presiden Joko Widodo menunggangi kuda bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ()

Ia mengingatkan bahwa Indonesia memasuki negara dalam kelompok negara dengan keuangan besar di dunia, G20.

Oleh karena itu, tak tepat membandingkan Indonesia dengan negara kecil di Amerika Utara itu.

"Gimana kalau ekonomi atau orang yang ngerti ekonomi makro, ya senyum-senyum membandingkan bukan apel ke apel seperti itu," kata dia.

Jawab Hoax

Menjawab Hoaks Keesokan harinya, Minggu (3/2/2019), Jokowikembali melancarkan serangan pada Prabowo -Sandiaga.

Kali ini ia menyumbang sebagian hoaks yang disebarkan oleh kubu dirilis.

Misalnya hoax tentang tujuh kontainer surat suara tercoblos yang pernah dikicaukan oleh Wakil Sekjen Andi Arief di akun twitternya.

Pasangan capres-cawapres Jokowi-Maruf Amin menemui para relawan dan pendukung di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/9/2018). Setelah dari Tugu Proklamasi, Jokowi-Maruf Amin akan langsung menuju Kantor KPU untuk mengambil nomor urut sebagai peserta Pemilu Presiden 2019. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Juga tentang selang cuci darah RSCM yang disebut oleh Prabowodipakai hingga 40 kali.

Selain itu, Jokowi juga membicarakan masalah penganiayaan yang mendukung Prabowo - Sandi, Ratna Sarumpaet.

"Ada lagi yang katanya dianiaya, mukanya babak belur, lalu konferensi pers, menuduh nuduh kita," kata Jokowi saat membahas deklarasi dukungan Koalisi Alumni Diponegoro di Kota Lama, Semarang, Minggu (3/2/2019).

Jokowi memuji sosok Ratna Sarumpaet yang pada akhirnya mengakui kepada publik bahwa lebam dari operasi plastik, bukan karena dianiaya orang yang tidak diketahui dikirim kubu Prabowo -Sandiaga .

Namun, Jokowi menyindir pihak-pihak yang menentang kebohongan Ratna Sarumpaet kepada publik.

"Saya acungi jempol ke Ratna Sarumpaet. Yang enggak benar itu ngabarin dianiaya. Itu maunya apa? Mau nuduh kita? Tapi masyarakat sudah cerdas dan pintar-pintar," kata Jokowi.

Counter Attack

Tak hanya menjawab tudingan-tudingan yang sebelumnya dilontarkan kubu Prabowo-Sandi, Jokowi pun kali ini balik melempar tudingan untuk lawan politiknya.

Ia menyebut kubu Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing dalam mengundang kontestasi pilpres 2019.

Karena menggunakan konsultan asing, menurut Jokowi, strategi kampanye yang digunakan kubu untuk melawan memecah belah masyarakat.

"Yang dipakai konsultan asing. Enggak mikir ini memecah belah orang atau tidak, enggak mikir menganggu ketenangan rakyat atau tidak, ini membuat rakyat khawatir atau tidak. Membuat rakyat takut, enggak peduli," kata Jokowi saat bertemu dengan sedulur kayu dan mebel di Karanganyar, Minggu (3/2/2019).

Jokowi dan Prabowo (Tribunnews)

Jokowi meminta konsultan asing apa yang digunakan kubu Prabowo-Sandi. Namun ia sempat menyinggung soal propaganda Rusia.

Jokowi di debat capres 2019 (Capture Youtube)
"Seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu. Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoak sebanyak-banyaknya sehingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu," kataJokowi.

Tanggapan Lawan Politik

Kubu Prabowo-Sandi menilai langkah Jokowi yang mulai memainkan gaya menyerang ini sebagai bentuk kepanikan. Sebab, berdasarkan survei internal mereka, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi mulai menipis. "Pak Jokowi panik dan stress. Kami merasa prihatin dengan kondisi beliau yang seperti dalam keadaan tertekan," kata juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade.

Adapun Andre Rosiade pun membantah pernyataan Jokowi yang menuding Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing dan propaganda Rusia.

Menurut dia, hal itu adalah sebuah fitnah dan hoax.

"Itu fitnah keji, propaganda Rusia darimana. ita setiap hari berkampanye sesuai dengan aturan KPU," kata dia.

Selain itu, Andre Rosiade menilai pernyataan Jokowi tersebut sangatlah berbahaya.

Sebagai presiden, kata Andre Rosiade, pernyataannya tersebut bisa merusak hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia.

"Sebagai petahana seharusnya pernyataannya lebih bijak, kalau menyerang Pak Prabowo seharusnya dengan elegan. Jangan membawa-bawa Rusia, bisa mengganggu hubungan diplomatik," katanya.

Sudah Telat

Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, langkah Jokowi yang mulai memainkan gaya menyerang ini sebenarnya sudah terlambat.

Sebab, kampanye tinggal dua bulan lagi. Tudingan-tudingan dari kubu Prabowo yang ditanggapi oleh Jokowi juga sudah mencuat ke khalayak sejak beberapa bulan lalu.

"Karena teori komunikasi mengatakan, siapa yang lebih dulu, dia akan lebih terekam pada peta kognisi khalayak," kata Emrus.

Kendati terlambat, Emrus menilai tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Menurut dia, langkah Jokowi yang secara langsung mementahkan tudingan-tudingan kubu Prabowo menjadi pencerahan bagi masyarakat dalam menentukan pilihan.

"Sehingga publik bisa menentukan pilihan mereka atas perbedaan pandangan Jokowi dan Prabowo ini," kata Direktur Eksekutif Emrus Corner ini. (*)

Berita Terkini