Renungan Harian Kristen Protestan

Jika Tuhan Menyesal Mengangkat Seseorang Jadi Pemimpin, Ia akan Menggantinya dengan yang Baru

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pdt. DR Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

Jikalau kita melihat apa yang di depan mata, lalu menilainya, maka sesungguhnya kita belum mengenal orang itu. Apalagi kalau yang kita lihat hanya fotonya dan statusnya di FB, apalagi status yang sudah edil ulang-lang pakai Photo Editor, atau Adobe photoshop dll, heheheh.
Alkisah ada seorang pemuda berkenalan dengan seorang gadis melalui Facebook.

Perkenalan mereka berlanjut ke hubungan cinta bahkan serius untuk menikah. Namun sangat menyedihkan, ketika mereka berjumpa muka dengan muka, betapa kecewanya sang pemuda, karena ternyata wajah asli dari gadis itu sangat berbeda dengan wajah yang dipasang di akun Fbnya. Gadis itu ternyata seorang ibu yang sudah berusia 50 tahun dengan postur tubuh "lemari 3 pintu".

Pada status terpampang wajahnya yang aduhay bagaikan bidadari setara Sandra Dewi, dengan postur tubuh "setengah pintu lemari", kenyataannya postur tubuh lebih dari 3 pintu lemari, Hahahaha.

Selain ceritera ini, ada banyak pengalaman membuktikan bahwa kita lebih tertarik pada penampilan seseorang. Padahal yang tampak dari luar belum tentu memancarkan kebaikan hati atau keaslian dari orang tsb. Bagi yang sudah terlanjurnya jalani sudah. Kalau dapat suami yang suka mendengkur ya enjoi aja, anggap saja suara dari tetangga sebelah yang sedang lagi sensor kayu. Atau kalau ada yang dapat istri yang "cerewetnya minta ampun", anggap saja sedang nonton Drakor (drama Korea) secara live, hehehe.

Kembali ke (laptop: memangnya ini acaranya Tukul Arwana?) teks kita tadi. Dalam teks kita ini, Tuhan Allah memerintahkan Samuel menuju ke Betlehem (tepatnya, di Efrata) untuk mengurapi seorang raja di sana.

Dalam perjalanan ke sana, nampaknya pikiran Samuel dihinggapi pertanyaan: "mengapa ke Betlehem Efrata?" Orang pada masa itu tahu bahwa kaum yang tinggal di sana adalah kaum yang terkecil dari suku Yehuda (bdk. Mikha 5:1). Jelas bahwa Allah mengarahkan Samuel ke tempat kaum terkecil untuk nanti akan mengurapi orang terbesar di Israel di kemudian harinya. Ini merupakan suatu hal yang diluar dugaan.

Dari kaum yang terkecil ini, Allah menunjuk satu keluarga, yaitu keluarga Isai. Apakah keluarga Isai juga menyadari siapa orang yang akan Allah pilih? Rupanya tidak!. Keluarga Isai tidak satupun menyadari siapa orang yang Allah pilih itu.

Isai hanya menyiapkan ketujuh anaknya laki-laki, meski ia punya delapan. Tidak pernah terlintas dalam pikiran Isai bahwa Daud (anaknya yang ke deklapan) mungkin yang akan menjadi orang pilihan Tuhan itu.

Sekali lagi, tidak pernah terlintas. Karena itu, Daud seorang anak kecil yang telah disuruh menggembalakan domba, ketika ada peristiwa penting di keluarganya itu.

Apakah ketujuh anak Isai menyadarinya? Semua anak menduga bahwa yang terpilih adalah Eliab. Hal ini wajar karena Eliab adalah anak sulung dan juga seorang prajurit berpengalaman. Bahkan, Samuel sendiri juga berpikir bahwa Eliab-lah orang yang dipilih Allah itu. Ternyata dugaan itu meleset. Tuhan menolaknya.

Ketika Eliab ditolak Allah, pandangan mata orang pada waktu itu tertuju kepada Abinadab, yang juga tidak kalah bersaing dengan kakaknya. Ketika Abinadab ditolak juga, pandangan orang tertuju kepada Syama. Demikian seterusnya, dan tidak ada satupun dari ketujuh anak ini yang Allah pilih. The Best Seven atau the best seven rising starnya Isai semua telah ditolak Allah. Tujuh anak yang terbaik yang dipunyai Isai telah ditolak Allah. Ketika Samuel bertanya pada Isai apakah masih memiliki anak lagi Isai mengatakan hanya mereka bertujuh saja yang pantas untuk dipilih.

Karena dalam benak Isai, masak seorang anak kecil, yang disuruh menjaga hewan piaran di hutan pantas untuk menjadi raja? Tetapi karena didesak oleh Semuel, maka Daud yang lagi berada di "hutan" yang dipanggil juga untuk menghadap Samuel.

Dalam teks dikatakan dalam ayat 11 Lalu Samuel berkata kepada Isai: "Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya: "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari."
Dan akhirnya Daud dipanggil menghadap. Seorang anak kecil yang polos, lugu dan tanpa beban dan tak pernah menyangka untuk nanti menjadi Raja Israel. "Wajahnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok 1 Sem 16:12).

Singkat cerita Daudlah yang terpilih sebagai raja yang diurapi Allah. Allah memilih Daud sebagai orang yang terkecil di keluarga Isai, yang merupakan kaum yang terkecil di Yehuda. Meskipun ia yang terkecil dari yang terkecil, namun ia memiliki hati yang lebih besar dari semuanya. Hati Daud inilah yang Allah lihat, sehingga Ia memilih Daud. Memang, hati yang besar akan menuntun seseorang melakukan hal-hal yang besar. Tetapi bukan berarti semua orang besar serta merta memiliki hati yang besar.

Tuhan memilih Daud, oleh karena Ia melihat hati Daud. Dan itu terbukti dalam kepemimpinan Daud yang mengandalkan tiga hal utama yang juga harus dimiliki oleh setiap orang beriman: yaitu Iman, ketaatan dan rasa hormat serta cinta kepada Allah.

Halaman
1234

Berita Terkini