Kadis Pariwisata NTT Marius Jelamu Beda Pendapat dengan Kepala Kantor Bahasa Valentina Lovina Tanate

Penulis: Lamawuran
Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Pariwisata NTT, Dr. Marius Jelamu sedang melayani wawancara dengan wartawan.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ambuga Lamawuran

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Negara-negara dengan destinasi wisata yang maju memiliki keunikan.

Di Jepang, sebagaimana yang dikisahkan Kepala Kantor Bahasa NTT, Valentina Lovina Tanate, menginginkan para pengunjung mempelajari bahasa ibu mereka.

"Negara-negara dengan pariwisata yang maju sangat menghargai bahasa ibu mereka," katanya, Sabtu (2/2/2019).

Dia menilai, Gubernur NTT harus juga menerbitkan Pergub tentang penggunaan bahasa Indoensia dan bahasa daerah.

"Ini malah bahasa asing," katanya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Jelamu, mengatakan ada perbedaan substansial antara negara Jepang dan Provinsi NTT.

"Saya yakin ibu ini sangat jarang bergaul di dunia internasional. Tulis itu. Kenapa orang Jepang atau Prancis mau supaya orang lain belajar bahasa mereka? Karena dia merasa diri sangat hebat. Pusat teknologi dan ilmu pengetahuan. Lalu kekuatan kita apa?" katanya kepada POS-KUPANG.COM, Minggu (3/2/2019).

Nasib Perkawinan Ahok dan Puput Nastiti Devi Menurut Para Peramal: Ada Peluang Cerai

Pedoman untuk Mendapatkan Keturunan (Anak) Menurut Kelompok Doa Santo Petrus Malang Raya

BREAKING NEWS: Rumah Warga di Desa Oelami Hangus Terbakar Dilahap Jago Merah

Dia berharap pihak Kantor Bahasa NTT berpikir cerdas. Baginya, ilmu pengetahuan sekarang sudah sangat berkembang.

"Kalau mereka mau mengoreksi kita, okelah. Tapi mereka juga harus memiliki cara berpikir yang cerdas. Ilmu pengetahuan ini berkembang cepat sekali. Sekarang, NTT ini adalah destinasi wisata internasional. Kita membutuhkan pasar. Kita ikuti kemauan pasar, bukan kemauan kita. Kalau kita terus begini, kita tidak laku di pasar. Kita mesti ikuti kemauan pasar," ucap Marius.

Dia katakan, salah satu kemauan pasar adalah mengetahui bahasa Inggris.

"Ketika kita buat satu lompatan sejarah, mereka menarik kita ke belakang. Mungkin mereka memiliki tugas seperti itu, tapi jangan vulgar lah. Apalagi, English Day ini hanya sehari. Sama sekali tidak merendahkan martabat bangsa," katanya.

Marius lalu membandingkan kondisi di Provinsi Bali.

"Di Bali itu ada Perda Bahasa Inggris. Di Bandung itu hari Kamis Inggris. Kita Rabu Inggris. Orang-orang mau maju seperti itu," jelas Marius. (*)

Berita Terkini