"Selain itu, dengan identitas warga yang sudah ambil abate itu menjadi pegangan kami. Ketika ada kasus DBD,maka kita bisa cross check nama pasien dengan nama keluarga yang sudah mengambil atau mendapat pembagian abate," ujarnya.
Ivonny mengatakan, identitas masyarakat itu berupa nama kepala keluarga, jumlah tampungan atau bak air dirumah,sehingga pembagian abate disesuaikan dengan jumlah tampungan air.
Upaya itu, lanjutnya,menjadi evaluasi pihak puskesmas,apakah warga itu setelah mendapat abate apakah digunakan atau hanya disimpan.
"Jadi untuk abate ini,selain petugas distribusi kerumah-rumah, masyarakat juga bisa sendiri mengambil di pojok abate. Kita sudah kemas di plastik-plastik dan bisa langsung diambil masyarakat," ujarnya.
Buka Posko
Sementara itu, Puskesmas Bakunase juga membuka Posko DBD. Posko ini dibuka 24 jam setiap hari.
"Kami sudah bukan posko ini sejak 2 Januari 2019 lalu. Petugas stand by 24 jam dan dibagi dalam shift mulai pagi mulai pukul 05:00-pukul 21:00 wita, pukul 21:00 wita hingga pagi," kata dr. Ivonny.
Dia menjelaskan, di puskesmas tentu pihaknya selalu melakukan promosi kesehatan, selain melakukan promosi kesehatan di kelurahan -kelurahan yang merupakan cakupan layanan Puskesmas Bakunase.
"Ada delapan kelurahan yang dilayani oleh puskesmas ini. Kaitan dengan promosi kesehatan, kita ada duta promosi kesehatan (promkes). Duta promkes ini ada tiga orang dan diambil dari masyarakat sendiri," katanya.
Dijelaskan,semua petugas di puskesmas harus bisa melakukan promosi kesehatan dengan cara masing-masing, terutama soal pelayanan kesehatan,termasuk promosi pencegahan DBD.
"Kita berharap dengan adanya pojok abate dan juga posko DBD ini,maka upaya-upaya pencegahan DBD bisa dilakukan semaksimal mungkin," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)